Cahaya matahari pagi mulai menembus sela-sela bangunan lama di Jalan Tunjungan. Sekawanan anak main bola atau bersepeda, muda-mudi jalan kaki sambil berswafoto. Pun pula, beberapa keluarga tampak menggandeng anaknya, dan sekumpulan orang lagi gowes. Mereka mulai bersliweran untuk menikmati Car Free Day di Jalan Tunjungan, jantung Kota Surabaya, Minggu (21/5/2023) pagi.
Sepanjang jalan dari Gedung Siola hingga ujung Jalan Tunjungan, tepatnya Jalan Kenari, mural-mural tematik menghiasi bangunan-bangunan tua. Itu agaknya menjadi spot apik, menjadi latar buat para pengunjung untuk berswafoto atau foto bareng teman maupun keluarga. Barangkali dalam hitungan menit foto-foto mereka telah menghiasi halaman media sosial masing-masing. Tak apa, Jalan Tunjungan jadi makin dikenal.
Sementara trotoar yang nyaman, kursi besi bernuansa klasik, maupun tempat duduk segi empat dari beton di sepanjang jalan semakin memanjakan warga Surabaya, maupun luar Surabaya mau berlama-lama menikmati suasana Tunjungan Romansa. Udara pagi masih cukup segar. Jika lelah jalan kaki atau olahraga ada sejumlah cafe, resto dan kedai kekinian siap sajikan menu-menu kearifan lokal yang akan memanjakan lidah.
Jalan Tunjungan menjadi jantung kota sekaligus ikon Surabaya. Jalan yang membentang arah utara selatan itu memang sarat sejarah. Dulunya, Tunjungan adalah koridor penghubung antara Kota Lama (Kota Indisch, 1870 – 1900) dan Kota Baru (Kota Gemeente, 1905 – 1940). Jalan ini tumbuh dan berkembang sebagai shopping street dengan shopping arcade (pusat perbelanjaan) pada zamannya. Untuk itu, kini Pemkot Surabaya memberi titel “Tunjungan Romansa”.
Sengaja, pagi itu saya menikmati dulu suasana jalan kaki di Jalan Tunjungan sambil menunggu kesiapan panitia acara Pra Event Gana Siddhi Fest. Yakni, acara Hunting Street Photograpy dengan tema “Another of Me” yang diadakan oleh Mahasiswa Fakultas Fisip, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universita Bhayangkara (Ubhara) Surabaya. Kebetulan saya diminta untuk membersamai mereka.
Kegiatan Pra Event Gana Siddhi Fest sebagai bagian penilain mata kuliah bagi mahasiswa, diikuti lebih dari 60 mahasiswa. Untuk meramaikan kegiatan tersebut, street photograpy diikuti pula oleh sejumlah peserta dari kalangan siswa SMA/SMK Surabaya. Turut hadir dosen pengampu mata kuliah, Dr. Fitria Widiyani Roosinda; dan Poetoe Soerya, Professional Photographer & Graphics Designer.
Ketika saya didapuk panitia untuk memberikan pengantar kepada peserta sebelum hunting, saya tekankan bahwa street photography ada hal yang mesti diperhatikan. Lantaran memotret di ruang publik, merekam objek-subjek foto, dan peristiwa yang real time, spontan, dan apa adanya, diperlukan kepekaan yang kuat terhadap momen yang terjadi di jalanan. Tanpa melupakan etika, meski memotret di ruang publik itu legal.
Tya Roosinda, sapaan akrab Dr. Fitria Widiyani Roosinda, menuturkan bahwa luaran Mata Kuliah Event, mahasiswa mampu menyelenggarakan event di tempat umum, harus di-blast di medsos, dan ada pemberitaan media massa. Lewat mata kuliah ini mereka dituntut belajar bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sebuah event. Mereka pun mencari sponsor sendiri untuk event ini.
“Meski banyak drama dan gak selalu mulus, tetapi semua adalah bagian dari pembelajaran. Sebab, yang terpenting adalah proses mereka dapat menyelesaikan segala permasalahan di dalam rangkaian event tersebut,” tuturnya.
Ganna Siddhi Fest, lanjut Tya Roosinda, nama yang mereka buat sendiri, bermakna puncak kesempurnaan. Sesuai namanya, mereka berharap seluruh rangkaian event prosesnya berjalan sempurna. Event ini terbagi dua tahap. Pertama, pra event diisi dengan hunting foto untuk melatih kepekaan sosial dalam meng-capture momen human interest di sepanjang Jalan Tunjungan. Kedua, main event diisi dengan workshop fotografi, fashion show, pameran foto, dan musik Surabaya.
“Another of Me” adalah tema besar dari Ganna Siddhi Fest ini. Berarti, ‘diriku yang lain yang harus kamu kenali’. Mereka mencoba menampilkan semua sisi apa adanya yang selama ini tidak mereka tampakkan, misalnya potensi-potensi yang mereka miliki. “Another of Me” juga berarti manusia ada tak hanya pada panggung depan, namun juga ada pada panggung belakang, tambah Tya Roosinda.
“Memahami kedua sisi manusia, akan membuat kepekaan mereka untuk menoleransi perbedaan. Muara dari kesemuanya adalah puncak kesempurnaan yang pengejawantahannya dari pelaksanaan rangkaian event,” pungkasnya.
Sementara itu, Nur Fitri Ani Kenanga, Ketua Panitia Ganna Siddhi Fest, mengatakan bahwa “Another of Me” merupakan tema yang diusung pada acara Hunting Street Photography Pra-Event Gana Siddhi Fest. Tema tersebut memiliki maksud yakni melihat diri sendiri pada orang lain yang tengah berada di lingkungan sosial. Sehingga kita dapat merasakan atau memposisikan diri kita pada orang lain tersebut.
“Tujuan acara ini diadakan mengajak generasi muda agar lebih giat dalam menekuni bidang fotografi. Harapan besar, dari sebuah potret yang dihasilkan tak hanya berupa sebuah gambar, namun memiliki makna atau arti secara tersirat kepekaan sosial pemotretnya,” kata Kenanga, sapaan akrabnya.
Sasaran kegiatan tersebut, lanjut Kenanga, yakni untuk memenuhi kewajiban Tugas Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya dalam Kelas Perencanaan Event. Selain itu juga, kegiatan ini dapat mempromosikan Ubhara Surabaya kepada masyarakat, khususnya para pelajar SMA/SMK agar mengetahui lebih dalam tentang keberadaan kampus Ubhara.
“Tak lupa, karena masih memiliki serangkaian acara, sehingga tujuan Pra Event diadakan adalah guna meramaikan puncak acara kami, “Main Event” yang akan diadakan pada hari Minggu, 28 Mei 2023 berlokasi di Cafe Locker Space, belakang Taman Apsari Surabaya. Jangan lupa catat tanggalnya,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Nur Fitri Ana Melati, salah satu mahasiswa peserta Street Photograpy, mengatakan jika acaranya menarik dan berkesan. Dengan tema yang sederhana dan lokasi yang strategis, sehingga memungkinkan kami mudah untuk mendapatkan objek maupun subjek foto yang sesuai dengan tema “Another of Me” tersebut.
“Senang sekali, terdapat banyak penggambaran diri saya di dalam lingkungan sosial saat Car Free Day itu berlangsung. Oleh karena itu, saya mendapatkan satu foto yang menggambarkan diri saya. Harapan ke depan, acara hunting seperti itu terus tetap ada, guna mengasah skill fotografi. Selain itu, juga agar dapat merasakan atmosfir kebersamaan dengan masyarakat,” harap kembaran ketua panitia.
*
Saya acungkan dua jempol sebagai apresiasi setinggi-tingginya kepada para panitia dan para peserta. Dengan kegiatan langsung praktik akan membantu mereka untuk memiliki wawasan, ulet dan gigih dalam berkompetisi, mampu beradaptasi dalam lingkungan, dan siap mengembangkan kompetensi profesional untuk terjun di bidang profesi senyatanya kelak. Maka, ikuti proses, lantaran proses tak akan khianati hasil.
Yang Terekam Mata Lensa Handphone
“Another of Me” – Pra Event Ganna Siddhi Fest
Mahasiswa Fakultas Fisip Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya
Rek ayo rek mlaku-mlaku nang Tunjungan ….. lagu fenomenal yg dipipulerkan Mys Mulyadi tersebut indah untuk dikenang dan elok untuk ditelusuri.