Bukan hanya eksotika panorama alam dan keunikan ragam budaya, tetapi Bali juga memiliki berbagai jenis kuliner yang tentu menggoda lidah. Menu olahan hasil laut di Pantai Kusamba, salah satunya.
Pantai Kusamba terletak di wilayah Kabupaten Klungkung, yaitu Desa Kusamba. Desa ini berada di jalan raya antara Klungkung dan Karangasem (Amlapura), dekat dengan Goalawah. Lokasi ditempuh dari Kota Denpasar dengan rute Jalan By Pass Prof. Ida Bagus Mantra.
Kurang lebih satu jam perjalanan.Sepanjang pantai banyak rumah makan yang menyediakan masakan yang berbahan dasar hasil olahan laut. Sate lilit.
Sate lilit merupakan salah satu andalan yang patut untuk dicoba. Menu ini awalnya merupakan hidangan khas dari masyarakat Klungkung. Hidangan ini sekarang mudah ditemukan di banyak lokasi di seputar Bali. Sate lilit menjadi kuliner khas, selain babi guling dan lawar.
Unik bentuknya, tidak seperti sate pada umumnya. Terbuat dari daging ikan tuna yang dilumatkan menjadi adonan. Adonan kemudian dibumbui dan dibakar hingga mengeluarkan aroma yang khas.

Aroma kunyit dan serai yang dominan menjadi pemikat untuk mencicipi kuliner ini. Rasa pedas dari bumbu-bumbu yang meresap di dalam adonannya dijamin membuat lidah bergoyang.
Satu menu paket terdiri atas seporsi nasi, sate lilit, sate tuna, pepes tuna, semangkuk sup ikan, plecing kangkung kacang, sambel matah, dan acar. Per orang dibandrol cuma Rp30.000,00.
Taste yang dihadirkan selain sangat lezat dan gurih. Untuk urusan kehalalan jangan khawatir, karena kuliner yang dijual disini pemiliknya seorang muslim.
Di sekitar pantai pun ada musholla dan masjid sehingga bagi wisatawan yang ingin menunaikan ibadah dapat sejenak mampir, sebelum atau usai makan jika waktu salat tiba.

Sisi Lain Pantai Kusamba
Desa Kusamba tidak hanya menyuguhkan wisata kuliner dari olahan hasil laut. Tidak jauh dari pantai terdapat sebuah bangunan makam yang banyak dikunjungi sebagai wisata relegi, yaitu makam Habib Ali bin Abu Bakar Al Hamid.
Makam keramat ini terletak tidak jauh dari selat yang menghubungkan Klungkung dengan Pulau Nusa Penida. Di depan makam dibangun patung seorang tokoh berserban dan berjubah menunggang kuda.
Menurut penuturan salah satu warga bahwa sewaktu hidupnya, Habib Ali bin Abu Bakar Al Hamid menjadi guru bahasa Melayu Raja Klungkung, Dalem I Dewa Agung Jambe. Waktu itu, beliau diberi seekor kuda untuk kendaraan pulang pergi antara Kusamba dan Klungkung.
Tokoh ini diyakini sebagai penyebar Islam di Bali. Habib Ali sangat dekat dengan keluarga kerajaan. Bahkan, dia ditunjuk sebagai penerjemah atau ahli bahasa yang bertugas mengajarkan bahasa Melayu.
Sewaktu Habib Ali pulang dari Klungkung, sesampai di pantai Desa Kusamba, beliau diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal dengan senjata tajam secara bertubi-tubi.

Habib Ali yang masih berada di atas kudanya tewas tersungkur di tanah. Akhirnya, jenazah Habib Ali dimakamkan di ujung barat pekuburan desa Kusamba.
Anehnya, pada malam hari setelah pembunuhan, terjadi peristiwa yang sangat menggemparkan. Bagian atas makam Habib Ali mengeluarkan api yang berkobar-kobar membumbung ke angkasa.
Semburan api tersebut bergulung-gulung bagaikan bola api dan terbang untuk mengejar sang pembunuh. Kobaran api terus mengejarnya hingga membakar mereka satu persatu. Tak seorang pun dari pembunuh yang tersisa.
Kusamba, wilayah dengan mayoritas penduduk muslim. Dikenal sebagai perkampungan muslim yang terletak di tanah Bali bagian timur. Islam telah dianut banyak penduduk di wilayah ini selama ratusan tahun lalu di tengah-tengah mayoritas pemeluk Hindu Bali.
Harmoni kehidupan kedua keyakinan ini memang telah terjalin erat sejak dahulu. Tak jarang terjadi pernikahan di antara mereka. Sehingga tercipta akulturasi, atau perpaduan dua budaya yang hidup secara bhinneka tunggal ika.
