Di berbagai kota di tanah air ini, tempat-tempat olahraga bertebaran, apakah di pusat kota, ‘kota dalam kota’, atau bahkan di pinggiran kota, termasuk di Surabaya ini. Bagi pecinta olahraga ‘mancal pedal’, kini tempat yang lagi hit di Surabaya yakni di Segitiga Basrah, meliputi Jalan Basuki Rahmat, Jalan Gubernur Suryo dan Jalan Panglima Sudirman. Atau, populernya dengan sebutan Basrah Loop.
Jarak sekali putar di Basrah Loop sekitar 2.7 kilometer, biasanya para pesepeda nge-loop kisaran 5-10 kali putaran. Mereka start nge-loop mulai pukul 05.00 hingga pukul 07.00, saat itu arus lalu lintas kendaraan R2 dan R4 belum padat, belum banyak orang berangkat ke kantor. Pola pergerakan berbagai jenis, tipe atau brand sepeda bergerak saling mendahului bisa dilihat setiap pagi.
Lantas mengapa Basrah Loop menjadi tempat yang lagi hit, lagi viral, atau tempat favorit berkumpulnya pesepeda dan fotografer saat ini? Dari pantauan di lapangan, rute Basrah Loop memang nyaman bagi pesepeda dan fotografer. Pesepeda melintas di lajur khusus sepeda di sisi kanan sepanjang Segitiga Basrah sehingga fotografer mudah menentukan angle.
Sementara itu, Wahyu D., salah satu pesepeda yang sedang istirahat usai nge-loop, menuturkan bahwa rute Basrah Loop salah satu rute favorit bagi kalangan pesepeda, khususnya yang ingin lakukan sprint. Di samping rute yang dilalui nyaman, berada di lajur sepeda di sisi kanan terus, lokasinya juga di tengah-tengah kota. Banyak spot ikonik yang dapat dipakai untuk background foto.
“Basrah Loop salah satu rute favorit, rutenya nyaman buat sprint. Selain kondisi aspal cukup mulus, berputar di lajur sepeda sisi kanan terus. Meski nyaman, namun harus tetap waspada,” tutur pehobi bersepeda, Rabu pagi (13/10/2021)
Simbiosis Mutualism antara Pesepeda dengan Fotografer
Apa yang menjadikan para pesepeda itu merasa bangga akan hobinya? Salah satu kebanggaan mereka yakni berapa kilometer jarak yang telah mereka lahap, atau rute ekstrem mana yang telah mereka taklukkan. Satu misal, dari Surabaya – Arosbaya Bangkalan PP sekitar 100 kilometer, atau rute Surabaya ke Tretes Pasuruan PP dengan tanjakan dan turunan yang cukup panjang.
Sebuah pertanyaan muncul, ketika para pesepeda ketika sampai di finis atau tempat tujuan, apa yang bisa menjadi bukti bahwa mereka telah kayuh sepeda ke sana? Pesepeda yang tergolong atlet, mereka tentu akan melihat pada bike computer untuk melihat waktu pencapaian. Capaian waktu yang mereka pamerkan. Lantas, bukti apa yang bisa dipamerkan bagi para pesepeda kebanyakan? Foto!
Foto merupakan dokumen saksi sejarah tentang perjalanan hidup seseorang yang bisa bercerita tak terbatas oleh ruang dan waktu. Sebagaimana Andy Warhol (1928-1987), seorang produser rekaman dan aktor, mengatakan, “Hal terbaik mengenai sebuah gambar adalah gambar itu tidak pernah berubah, bahkan ketika orang-orang yang ada di dalamnya sudah berubah.”
Mas Tolik, salah satu Photo Cyclist, mengatakan bahwa pada awalnya memang bersepeda saja meskipun ada hobi fotografi. Melihat trend bersepeda makin tinggi, khususnya di Basrah Loop ini, tampaknya ada peluang yang bisa ditangkap untuk jasa fotografi. Mulai saat itu, bersama beberapa teman kami mulai serius untuk menjadi fotografer sepeda.
“Di samping berolah raga untuk jaga kebugaran, sambil tekuni hobi, insyaallah bisa datangkan rezeki,” kata Mas Tolik disela-sela motret pesepeda di pojok Jalan Panglima Sudirman, dekat Taman Air Mancur, Rabu pagi (13/10/2021)
Kenyataannya, pesepeda tak hanya senang bersepeda saja, namun juga mengunggah foto saat bersepeda di media sosial mereka. Peluang inilah yang dilirik oleh beberapa fotografer untuk mengabadikan aktivitas pesepeda. Bagi fotografer keuntungan finansial didapat, bagi pengguna jasa, yakni para pesepeda, tentu senang dengan foto-foto yang mereka dapatkan. Maka, terjalin simbiosis mutualism, saling menguntungkan.
*
Mengingat infrastruktur jalan belum memadai, meski bersepeda itu tergolong kegiatan positif, namun pesepeda diharapkan agar tetap berada di lajur yang telah disediakan. Etika berlalu lintas pesepeda menjadi sorotan lantaran sering ditemukan bersepeda dalam kelompok besar dan menutupi pengguna lalu lintas yang lain. Kiranya tak salah amat jika mereka merasa jengkel lalu mengumpat.
Euforia bersepeda di Basrah Loop tak bisa dihindari lantaran pengguna sepeda saat ini masih tetap menjamur. Agaknya, bersepeda sekadar hobi, belum menjadi penunjang aktivitas sehari-hari. Beragam faktor, mulai dari keamanan, polusi udara, serta minimnya fasilitas pendukung bersepeda yang menjadi kendala. Di sisi lain, tatanan sistem transportasi di negeri ini terlanjur memanjakan kendaraan bermotor.
Mantap sekali pak Ali Mucshon, menyenangkan, jadi kebanggaan warga Surabaya
Cukup ramai tiap padi mulai pukul 05.00 hingga pukul 07.00, sebelum orang-orang berangkat kerja.
Kendaraan bermotor belum ramai. Mereka berputar 5-10 kali.
Sehat-sehat selalu nggih, Bu.
Matur suwun.