“Hidup ini terlalu singkat, jangan menua sia-sia. Namun, belum terlambat jika mau berbagi kepada sesama.”
Dengan sekecil apapun bentuk perhatian atau kepedulian seseorang kepada orang lain adalah nilai yang sangat berarti, lebih-lebih bagi yang sedang membutuhkan. Bencana alam silih berganti membuat penderitaan dialami banyak orang, atau kesulitan hidup yang mendera sebagian masyarakat hendaknya dapat membuka mata hati bagi yang diberikan kelonggaran untuk mengulurkan tangan.
Sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tak akan pernah lepas dari ketergantungan kepada orang lain. Tak peduli status sosial apa yang dia sandang, apakah kaya, miskin, pintar, ataupun yang belum pintar. Perhatian atau kepedulian dengan kasih kepada sesama secara konsisten bisa memberikan efek aura positif yang sangat besar dalam kehidupan.
Semakin banyak kebaikan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain itu sama halnya dia telah banyak pula berbuat kebaikan yang dilakukan kepada diri sendiri. Ibaratnya, siapa yang menabur maka dialah yang akan menuai. Salah satu eksistensi manusia berkepribadian baik, yakni akan tampak bukan karena seberapa banyak, namun seberapa tulus kebaikan yang dia lakukan kepada orang lain.
Seseorang dapat melakukan apa saja untuk berbuat kebaikan kepada orang lain dengan dasar atas kemampuan atau keahliannya. Tak perlu berkecil hati bagi mereka yang ingin melakukan kebaikan tetapi tak memiliki kelebihan harta. Senyum, pikiran, saran, nasihat, atau tenaga secara tulus untuk membantu dapat menjadi ladang kebaikan yang dapat membantu menbuat orang lain senang.
Hal ini menunjukkan bahwa semua orang tentu memiliki kesempatan yang sama untuk bisa melakukan kebaikan kepada orang lain, sepanjang mereka mampu dan mau melakukannya. Sekecil apapun kebaikan yang dilakukannya kepada orang lain tidak akan pernah sia-sia lantaran apa yang dilakukan selain memberi manfaat kepada orang lain, sejatinya juga memberi manfaat bagi dirinya.
Memberi tak perlu meminta harap. Ketika masih terbesit dibenak meminta harap atau balasan, maka ketulusannya masih perlu dipertanyakan. Hidup akan terasa nikmat ketika kita mampu berbuat kebaikan kepada orang lain, dan mampu membuat orang lain senang. Hal itu salah satu tanda bahwa kita diberi kelebihan oleh Allah karena rasa kasih yang kita miliki bisa dibagikan kepada orang lain.
Manusia diciptakan Tuhan dg tujuan tertentu.Tentunya salah satu tujuannya agar saling membantu. Gunakan tanganmu untuk membantu sesamamu
Mas Santoso A.,
Inggih, itulah salah satu tugas kita sebagai khalifah di bumi.
Hablumminnas tak harus membedakan siapa, dari mana, sebagai apa.
Sehat dan sukses selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur nuwun.
Shiipp. Barokallah. 👍
Bu Siti Nur Hasanah,
Aamiin….
Meski sesederhana mungkin apa yang bisa kita perbuat kepada orang lain, semoga membawa kebaikan.
Sehat dan sukses selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur nuwun.
Mantaf. Sarat dengan muatan Pengalaman batin. Peka terhadap rangsang jiwa. Goodjob
Pakbro Karyo Wahono,
Ya, awalnya hanya melihat, memotret, kemudian mengulasnya jadi sebuah tulisan.
Semoga bermanfaat.
Sehat dan sukses selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur nuwun.
Mantaf. Sarat dengan muatan Pengalaman batin. Peka terhadap rangsang jiwa. Goodjob
Pakbro Karyo Wahono,
Ya, awalnya hanya melihat, memotret, kemudian mengulasnya jadi sebuah tulisan.
Semoga bermanfaat.
Sehat dan sukses selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur nuwun.
Sambil olga jalan pagi sekalian menolong orang lain. Salam Osigawa, sehat jiwa raga
Pak Hendro,
Di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun kiranya kita tak segan untuk ‘mengulurkan tangan’.
Sehat dan sukses selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur nuwun.
Ya ya ya … Hidup perlu dijalani dengan tulus ikhlas. Ketika terbersit bangga atau “umuk” menyertai uluran tangan, hilanglah makna berbagi. Namun, bila keinsanan diri dimampukan-Nya untuk tulus dalam berbagi yang terbaik dari sebagian titipan Ilahi kepada segenap yang memerlukan, wow … “mendalannya” yang dijanjikan 70.000% dapat secara tak terduga dijadikan rezeki yang hakikinya menjadi titipan baru nan potensial menjadi ladang subur ….
Keren banget, Pak @alison.id atas kisah inspiratifnya …
Assalamualaikum wr wb
Pakbos,
Sehat-sehat dan sukses selalu kagem Panjenengan beserta keluarga besar.
Inggih, leres saestu antara ikhlas dan “umuk” rasanya memang tipis sekali jaraknya.
Semoga kita senantiasa disadarkan bahwa ketika dimampukan-NYA untuk berbuat kebaikan sesuai kadar kemampuan bisa jauh dari rasa “umuk”.
Apa yang telah dan akan kita lakukan sebagai bagian dari bangsa ini kiranya sebagai menjadi ladang kebaikan.
Matur nuwun sanget atas support dan apresiasi Panjenengan yang tak henti-henti.
Wassalamualaikum wr. wb.