Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat

  • EDUKASI
Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat
Share this :

Jika kita cermati kendaraan sebuah kendaraan baik mobil, motor, atau bahkan sepeda yang lama tidak kita gunakan tentu akan rusak. Mengapa rusak ? Karena tidak bergerak. Beberapa komponen mesin atau sistem kelistrikan akan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tak ubahnya dengan manusia, jika ‘mager’ atau malas gerak, maka organ-organ tubuh akan mulai terganggu fungsinya.

Mungkin tanpa disadari, lantaran pekerjaan atau kebiasaan saat ini kita kurang bergerak dalam aktivitas sehari-hari. Ini dikenal dengan istilah pola hidup sedentari (sedentary). Sedentary artinya duduk terus menerus. Gaya hidup ini memperlihatkan kondisi seseorang yang kurang bergerak.

Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat
Sedini mungkin anak mesti diajarai bergerak

Kodrat manusia hidup harus selalu gerak. Kondisi kurang gerak melahirkan konsekuensi tidak baik dalam kehidupan manusia. Aktivitas fisik kurang dan pola makan yang tidak sehat merupakan faktor risiko terpenting terjangkitnya Penyakit Tidak Menular (PTM).

Mengutip dari laman resmi kemkes.go.id, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dari Kementerian Kesehatan (halaman 141) menunjukkan, sebesar 24,1 persen penduduk Indonesia menjalani perilaku sedentari lebih dari enam jam per hari. Gaya hidup sedentari menjadi isu penting di Indonesia dan bahkan dunia.

Akibat pola hidup seperti ini, seperempat jumlah penduduk Indonesia terancam peningkatan risiko PTM. Saat ini, penyebab kematian tertinggi di Indonesia dan dunia, termasuk di antaranya adalah PTM. Jenisnya yang paling umum adalah stroke, penyakit jantung, dan diabetes mellitus (DM). Hal ini menyebabkan jadi pencegah masyarakat memiliki kehidupan kesehatan yang lebih baik.

Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat
Sambil bergerak ‘berlari’ bangun suasana gembira (Foto sebelum pandemi Covid-19)

Bergerak Itu Penting

Dilansir dari republika.com, spesialis kedokteran olahraga dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Dr Ade Jeanne L Tobing SpKO, mengatakan untuk melawan gaya hidup sedentari, disarankan untuk melakukan latihan fisik minimal 30 menit sehari, setidaknya tiga kali dalam sepekan, atau total 2,5 jam per pekan di mana pun, termasuk di dalam rumah.

Lebih lanjut Ade menjelaskan, tulang memerlukan bantuan otot dan sendi untuk bergerak. Sendi memungkinkan tubuh untuk bergerak dalam banyak cara. Sekuat-kuatnya tulang, bagian ini dapat patah, otot dapat melemah, dan sendi, serta tendon, ligamen, dan tulang rawan, dapat rusak karena cedera atau penyakit.

Tulang, sendi, dan otot, tambahnya, bekerja sama untuk mendukung setiap gerakan manusia setiap hari. Tulang adalah jaringan hidup yang mengalami perusakan dan pembentukan (remodeling). Latihan fisik dengan pembebanan (weight bearing exercise) menyebabkan jaringan tulang baru terbentuk sehingga membuat tulang lebih kuat dan padat.

Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat
Selain sehat, bersepeda bersama bangun keakraban (Foto sebelum pandemi Covid-19)

Aktivitas fisik semacam ini juga membuat sendi lebih fleksibel dan otot lebih kuat. Tulang, sendi, dan otot menjadi lebih kuat ketika otot mendorong dan menarik tulang selama latihan fisik. Latihan fisik idealnya dapat mewakili tiga kategori, berikut ketahanan jantung (cardiorespiratory fitness), peregangan (stretching), dan penguatan (strengthening), lanjutnya.

Latihan tersebut semua dapat diaplikasikan di dalam rumah atau di mana saja. Latihan fisik ini dapat dilengkapi dengan olahraga teratur seperti jogging, lari, aerobik, bersepeda, yoga, atau pilates yang akan membantu kesehatan tulang, sendi, dan otot.

Ade menambahkan, tetap aktif adalah salah satu cara untuk menjaga mobilitas selama hidup. Tetap aktif memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan sistem musculoskeletal. Sistem muskuloskeletal tubuh adalah struktur yang mendukung anggota badan, leher, dan punggung. Aktivitas fisik weight bearing menguatkan dan memadatkan tulang melalui stimulasi remodelling tulang.

Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat
Bersepeda sekaligus kegiatan rekreatif

Aktivitas ini meningkatkan sintesis protein di otot serta meningkatkan kekuatan dan fungsi otot. Selain itu, aktivitas fisik bermanfaat bagi kesehatan sendi dan dapat memiliki efek protektif pada tulang rawan sendi, tambahnya.

Sementara itu, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2018, hanya 33.5% jumlah masyarakat Indonesia yang melakukan aktivitas fisik (halaman 129). Kurangnya aktivitas fisik dapat memperbanyak risiko terpapar penyakit, dan produktivitas manusia pun sehari-hari bisa semakin menurun.

Sedangkan menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, gaya hidup sedentari adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Selain itu, data yang dilaporkan oleh European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kematian akibat kebiasaan malas gerak jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.

Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat
Berolah raga tak tergantung orang lain (Foto sebelum pandemi Covid-19)

Walau kadang tidak disadari, kebanyakan duduk seharian dan kurang bergerak akan berdampak secara langsung pada kesehatan. Jika gaya hidup sedentari diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kebiasaan tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol, seseorang akan berisiko mengalami lebih banyak masalah kesehatan.

Untuk itu, bergerak dengan aktif adalah hal yang penting dan mendasar untuk diterapkan sehari-hari guna menunjang kesehatan dan produktivitas. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, serta semua kalangan, wajib bergerak untuk menunjang kualitas kesehatan tubuh dan produktivitas.

Bergerak Ciptakan Keseimbangan

Inti dari bergerak itu tidak hanya sebatas seberapa banyak waktu yang dihabiskan. Tetapi bagaimana pergerakan itu harus diseimbangkan dengan aktivitas yang dapat membuat aktif saat menjalani kehidupan sehari-hari. Sia-sia jika olah raga luar biasa itu dipadukan dengan sedentary lifestyle (gaya hidup bermalas-malasan), baik di rumah atau di kantor.

Sesungguhnya manusia itu dituntut untuk selalu bergerak. Sebagai makhluk paling mulia yang diciptakan di dunia, dibekali dengan begitu banyak memiliki kemampuan untuk bergerak secara multidimensi. Manusia didesain bisa bergerak maju, mundur, kanan, kiri, ke atas, atau ke bawah.

Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat
Dunia anak-anak adalah dunia penuh gerak untuk tumbuh (Foto sebelum pandemi Covid-19)

Begitu juga ia bisa mengangkat, menarik, menekan, mendorong, dan memindah. Beragam jaringan dan lapisan otot yang ada di dalam tubuh manusia memiliki fungsi masing-masing untuk mempermudah aktivitas sehari-hari.

Kurang aktivitas fisik dan olah raga juga berdampak pada kesehatan tubuh. Terutama untuk bagian muskuloskeletal, yaitu otot dan tulang sendi. Muskuloskeletal harus selalu digerakkan. Kurang gerak fisik atau olah raga menyebabkan gangguan otot dan sendi, terlebih pada usia 40 tahun ke atas.

Apalagi pada masa pandemi Covid-19 ini, aktivitas fisik dan olah raga dengan intensitas ringan maupun sedang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas tubuh. Namun, protokol kesehatan harus tetap diterapkan, yaitu pakai masker, jaga jarak, jauhi kerumunan, dan cuci tangan pakai sabun sesering mungkin.

Bergeraklah Jika Ingin Selalu Sehat
Usia di atas 40 tahun aktif bergerak itu penting untuk jaga kesehatan (Foto sebelum pandemi Covid-19)

*

Saat ini sedang musim hujan tiba, aktivitas berolah raga acap kali terhenti dengan alasan tidak bisa berolah raga di luar rumah, cuaca dingin atau becek. Padahal berolah raga dan bergerak adalah cara penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap sehat, meningkatkan suasana hati, dan mencegah berbagai penyakit. Tidak harus di luar rumah, ada banyak pilihan berolah raga yang bisa dilakukan di rumah saat hujan.

Hidup adalah identik dengan gerak. Bergeraklah selama kita masih hidup. Jika sudah mati maka kita tidak akan pernah bisa bergerak lagi. Nah, jika selama ini kita tergolong dalam kategori sedentary lifestyle, enggan atau tidak mau bergerak, maka sesungguhnya kita sudah berada dalam tanda “kematian”, tetapi kematian dalam tanda petik tentunya.

‘Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving.’ atau ‘Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan Anda, Anda harus terus bergerak’. (Albert Einstein)

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *