Suasana benar-benar hening, seakan seluruh ruangan membisu untuk mendengarkan nada demi nada yang dilantunkan dari dalam panggung. Seakan-akan pula, tidak ada berisik, tidak ada gerakan tubuh penonton yang diizinkan bergerak kecuali kebutuhan menghirup udara.
Pun pula, cahaya redup Gedung Kesenian Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali 85 Surabaya, mampu menyihir penonton selama dua jam, dari pukul 16.00 hingga 18.00, Sabtu (8/4/2023) petang. Diakhir pertunjukan, barulah tepuk tangan menggema menandai usainya sebuah judul yang dimainkan.
Duo Saraswati adalah duo cello-piano yang terdiri atas kakak beradik, Jan van der Plas dan Kris van der Plas. Keduanya sama-sama besar dan mengenyam pendidikan di Belanda, mereka menghubungkan antara musik tradisional Indonesia dengan musik klasik dari Eropa melalui latar belakang Bali mereka. Jan dan Kris dilahirkan oleh ibu orang Bali dan ayah orang Belanda.
Kesetaraan melalui perbedaan di dunia yang cenderung berpikir lebih kontras, namun Duo Saraswati ini merangkul perbedaan mereka. Perbedaan itulah yang mendefinisikan mereka menjadi sebuah karya seni. Perpaduan dua budaya merupakan cara bagi mereka untuk menyatukan orang-orang dari berbagai budaya.
Indonesia dan Belanda aldalah titik pangkal sebuah repertoar Duo Saraswati yang sangat beragam, dan selalu berusaha menemukan keterkaitan antara musik Eropa dan Indonesia. Salah satu contohnya, mereka menyatukan lagu-lagu Mochtar Embut dari ‘Antologi Musik Klasik Indonesia’ dengan Sonata of Francis Poulenc.
Jan van der Plas (1997) adalah pemain tamu di Amsterdam Sinfonietta, dan selama studi dia menampilkan banyak karya kontemporer. Komposer muda sangat ingin bekerja sama dengan Jan. Dia belajar di Conservatorium van Amsterdam dengan Gideon den Herder dan Jelena Očić, lulus masternya pada tahun 2021. Jan memainkan cello buatan tahun 1967, buatan Jaap Bolink, dibuat oleh National Instrument Fund.
Sedangkan Kris van der Plas (2002) adalah seorang pianis muda yang kuat motivasi untuk membuat musik kamar. Pada tahun 2020 dia pemenang hadiah pertama pada Final Regional Princes Christina Concours, dia juga menjadi finalis nasional. Kris sering diminta untuk bermain oleh penyanyi dan instrumentalis karena fleksibilitas dan pengetahuan repertoarnya yang luas. Saat ini Kris sedang belajar dengan Frank Peters di Conservatorium van Amsterdam.
Selama konser Duo Saraswati, Jan dan Kris di antaranya menampilkan C. Mcpee – Balinese Ceremonial Music, C. Debussy – Cello Sonata, Selection Song from ‘Antologi Musik Klasik Indonesia’, M. Rafel – 3 Poemes de Stepane Mallarme, dan F. Poulenc – Sello Sonata. Dari kelima kelompok tersebut, Jan dan Kris total menampilkan sembilan belas judul.
Patrisna May Widuri, dari Amadeus Enterprise, menuturkan bahwa kegiatan konser klasik cello – piano ini berkat kerja sama dari Erasmus Huis Jakarta, Duo Saraswati, dan Amadeus Enterprize yang menampilkan Jan van der Plas (Cello) dan Kris van der Plas (Piano). Dirinya merasa senang sekali dan terima kasih lantaran antusias masyarakat Surabaya luar biasa. Tiket atau tanda masuk sejumlah 400 sudah habis kurang lebih hanya satu minggu saja.
“Ini merupakan simbol kebangkitan kembali kehidupan kesenian di Surabaya setelah sekian lama kita dilanda pandemi, baru kemudian kita aktivitas lagi, dan semua orang rindu pada acara-acara seperti ini,” tuturnya di sela-sela acara sesi foto bersama Jan dan Kris.
Jadi, konser ini terasa sangat pas. Terima kasih sudah turut mengapresasi Kris dan Jan, mereka kakak beradik dari ayah mereka orang Belanda tetapi ibu mereka adalah orang Bali. Mereka juga orang Indonesia, sehingga senang sekali bisa bertemu mereka, bisa cerita-cerita, kemudian berlanjut bisa kegiatan bersama. Di lain waktu, tetap mengharapkan kehadiran penonton semua pada acara seperti ini, pungkas Patrisna May Widuri.
*
Menikmati konser klasik selama dua jam saya mendapat banyak pembelajaran berharga. Yakni, tentang kedisiplinan, apresiasi terhadap karya orang lain, pentingnya menghayati dan mengorkestrasi perbedaan dalam sebuah harmoni. Tak ada fotografer wira-wiri, bahkan untuk buang air kecil pun diatur waktunya. Penonton tak boleh keluar selama pertunjukan berlangsung. Itulah sebabnya, barangkali toilet dipenuhi oleh antrian orang yang memanfaatkan jeda istirahat sepuluh menit.
mantap musik klasik seperti itu Pak Ali…pembelajaran menikmati musik dengan penerapan disiplin tinggi itu yaa…walau hanya pada penikmat yg terbatas.
Calon adalah alat musik gesek yg bisa menggesek hati seseorang bila dimainkan secara apik.