Disakiti Orang Tak Perlu Membalas, Sikapi dengan Hal Positif

  • EDUKASI
Disakiti Orang Tak Perlu Membalas, Sikapi dengan Hal Positif
Share this :

Berangkat dari fitrah manusia, sebenarnya tak ada seorang pun yang berkeinginan untuk menyakiti orang lain. Sebaliknya, juga tak ada orang yang ingin disakiti oleh sesamanya. Namun dari sifat manusiawi, menyakiti dan disakiti sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dilakukan dengan sengaja maupun tak disengaja.

Disakiti, apalagi itu dilakukan oleh orang terdekat atau tercinta, itu akan menjadi momen paling menyakitkan dalam hidup. Merasa kecewa? Boleh saja. Mengurung diri, tak baik. Terbiasa memendam emosi akan membawa dampak negatif. Risiko kesehatan terganggu ketika seseorang tidak mempunyai cara mengekspresikan perasaannya.

Sangat manusiawi pada saat disakiti orang lain, Anda marah, kesal, sedih, kecewa, atau bahkan muncul dendam dan ingin balik membalasnya. Jika seperti itu, maka tak ada bedanya antara perilaku Anda dengan dia yang menyakiti, apabila Anda akan melakukan hal yang sama.

Namun, perlu diingat bahwa di balik peristiwa itu, ada banyak hal positif untuk menyikapi seseorang yang menyakiti Anda. Adapun hal-hal positif yang bisa Anda lakukan di antaranya sebagai berikut :

Memaafkan itu Lebih Mulia

Di luar seberapa pun besar kesalahan orang yang menyakiti, sejatinya memberi maaf sama artinya dengan Anda mengizinkan diri untuk hidup dengan damai tanpa dendam. Memaafkan bukan semata-mata untuk orang lain, namun untuk diri sendiri juga ujung-ujungnya.

Terkait memberi maaf, tak perlu buru-buru atau memaksa hati, lantaran hal itu butuh waktu. Tunggu ketika timing-nya tepat, Anda pasti mampu untuk memaafkan demi ketenangan batin. Memang butuh kelegaan hati dan lapang dada, namun sebenarnya itu perilaku yang mulia.

Tak Gampang Menyakiti

Pengalaman mendapat perlakuan tidak baik dari seseorang tentu bukan suatu pengalaman menyenangkan. Siapa pun tentu akan merasakan betapa pedih hati karenanya. Sedih atau kecewa tentu sah-sah saja. Perlu dipikir kembali, berlarut-larut dalam kesedihan bukan yang Anda butuhkan.

Lantaran itu, tentu Anda bisa menyadari bahwa sedih dan kecewa akibat disakiti itu sebagai suatu pelajaran berharga. Bahwa kedepannya tak boleh menyakiti orang lain, karena Anda telah tahu betul bagaimana merasakan sakit yang diakibatkan oleh disakiti seseorang.

Bersikap Realistis

Bisa terjadi, seseorang yang Anda percaya dan banggakan pun pada awalnya bisa berujung mengecewakan. Boleh saja menaruh percaya pada orang lain, asal tidak terlalu naïf untuk menerima kenyataan kelak. Inilah perlunya bersikap realistis, setiap orang memiliki sisi negatif selain positif.

Jika sedang terpuruk akibat ulah seseorang, sebaiknya tak sampai terlalu dalam menyikapinya. Saat seseorang menyakiti, hakikatnya Anda diberi kesempatan untuk melihat sisi sebenarnya potret orang itu. Bermodal ini, kesempatan memilah dan memilih kembali siapa yang layak menyertai kehidupan Anda.

Jalan Introspeksi Diri

Sebenarnya apa yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan kekecewaan bisa jadi bukan sepenuhnya berasal dari kesalahan Anda. Bisa juga berasal dari diri seseorang itu sendiri, mungkin berangkat dari iri, dengki atau lainnya. Jadi, dibalik peristiwa tersebut bisa dijadikan jalan untuk introspeksi diri.

Dengan belajar introspeksi diri, dapat mengurangi kecemasan karena Anda akan dapat berpikir dengan lebih efisien. Juga menaikkan level kepercayaan diri karena Anda dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri, sehingga lebih mampu berempati kepada orang lain.

Media Memetik Hikmah

Kiranya wajar jika Anda kecewa akibat perbuatan buruk seseorang, namun tak perlu balik membalas. Sebaliknya, jadikan sebagai media untuk memetik hikmah pembelajaran hidup bersosial. Dalam hal ini Anda bisa belajar jadi pemaaf, berempati, jadi pribadi yang kuat, bisa berpikir realistis, dan mampu mawas diri.

Ketika sedang kecewa, sedih, atau kesal biasanya Anda berharap ada seseorang yang dapat menghibur, atau menemani untuk sharing. Namun sebaiknya tak hanya bergantung pada seseorang, namun bergantunglah pada pertolongan Tuhan, dengan segenap doa yang dimohonkan. Anda akan lebih tenang.

Bangkit Lebih Tegar

Seperti peribahasa, “Semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya”, yang diartikan “Semakin tinggi nilai seseorang, semakin besar hal yang akan menjatuhkannya.” Mustahil pribadi akan menjadi tegar, kuat, dan tahan banting jika jalan hidup mulus tanpa hambatan sedikit pun.

Setelah mengalami sesuatu menyakitkan, Anda perlu meyakinkan diri untuk bangkit dan rela menghadapi segala sesuatu dengan hati lapang. Anggap bahwa disakiti orang lain merupakan sesuatu yang biasa dan lumrah terjadi dalam kehidupan bersosial, dan lantaran itu Anda akan jauh lebih tegar.

*

Nah, bagi Anda yang saat ini tengah tersakiti akibat perbuatan seseorang tak harus patah semangat. Kesedihan akan sirna tatkala Anda berusaha untuk bangkit dari keadaan. Satu hal yang perlu Anda ingat, tidak semua orang berhati jahat. Kalau hanya satu orang yang menyakiti, itu mah kecil. Di luar sana, masih banyak orang baik yang siap hidup berdampingan dengan Anda.

Featured Image : Feature Image Template Original

You may also like

10 thoughts on “Disakiti Orang Tak Perlu Membalas, Sikapi dengan Hal Positif”

    1. Mas Santoso A.,
      Perundungan fisik mungkin tak seberapa, namun perundungan mental itu dampaknya lebih jauh.
      Kita mesti belajar bagaimana mengelola ego.
      Semoga sehat selalu. Makasih.

    1. Bu Gagar,
      Secara manusiawi memang sulit sih, tetapi pada ujungnya kembali bagaimana kita bisa mengelola hati, emosi, dan ego kita.
      Memang memaafkan itu tampaknya berat, sejatinya adalah mulia.
      Sehat selalu bersama keluarga Panjenengan nggi, Bu. Matur nuwun.

  1. Artikel yang mencerminkan karakter sang penulis, tidak heran klo penulis diterima dg senang hati di banyak komunitas….jempol telu utk penulis

Leave a Reply to Ali Muchson Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *