Meski udara panas, kehidupan kota tetap berjalan aktif. Pada siang hari ini, lalu lintas sangat padat dengan kendaraan bermotor, sehingga ikut menyumbang suasana sibuk dan rasa gerah. Di sisi lain, orang-orang beraktivitas, baik itu di kantor, di pasar, atau berjalan-jalan di bawah terik matahari. Hal itu, sebagaimana 40 anggota Roode Brug Soerabaia, mereka berjalan melintas di Jalan Veteran Surabaya menuju Gedung UPDN V/Pertamina, Sabtu (22/7/2023).
Sebelum berangkat, mereka berkumpul di area parkir halaman Tugu Pahlawan Surabaya. Tepat pukul 09.00 rombongan mulai bergerak, menyisir Jalan Pahlawan, samping Tugu Pahlawan, menuju Gedung Kantor UPDN V/Pertamina di Jalan Veteran 6- 8 Surabaya dalam rangka “Mengenal Sejarah Gedung Pertamina dari Masa Kolonial hingga Masa Revolusi Surabaya”.
“Meski Surabaya panas gini, rasanya tak sampai bikin haus, apalagi dehidrasi. Jarak dari titik kumpul hingga Gedung Pertamina kisaran 400 meter,” celetuk salah seorang peserta saat menyusuri Jalan Pahlawan.
Satrio Sudarso, pemandu dari Roode Brug Soerabaia, menjelaskan bahwa ada empat gedung hiburan di kota Surabaya, sebagian besar diperuntukkan bagi kaum kulit Putih di wilayah Hindia Belanda, khususnya di kota Surabaya sudah terkenal sebagai daerah yang maju dengan perdagangan dan industrinya.
“Di tengah-tengah lalu lintas perdagangan, Societeit Corcondia merupakan tempat hiburan yang didirikan awal mula dengan tujuan sebagai tempat hiburan dan pertemuan di Surabaya,” jelas Satrio Sudarso.
Dirilis dari disbudporapar.surabaya.go.id/adinda/portaldata/cagarbudaya/detail/gedung-pertamina-updn-v, orang Belanda yang ada di Surabaya banyak mendirikan tempat-tempat hiburan dan perkumpulan kesenian. Di antaranya, seperti teater yang mereka namakan Societeit. Di Surabaya, sampai dengan tahun 1900-an terdapat empat Societeit yang terkenal, antara lain :
- Simpang Societeit di Jalan Simpang (sekarang Jalan Pemuda), didirikan tahun 1907
- De Club di pojok JI. Embong Malang (sekarang Tunjungan Plaza), didirikan tahun 1850
- Societeit Concordia di Societeitstraat (sekarang Jalan Veteran 6 – 8), didirikan 4 Maret 1843.
- Marine Societeit Moderlust di Ujung, didirikan 1 Mei 1867
Sociëteit Concordia hasil rancangan J.P. Ermeling seorang Kapten di Divisi Zeni Angkatan bersenjata Hindia Belanda yang dibangun pada 1843 bergaya Empire Style. Sociëteit adalah tempat hiburan, tempat para meneer (tuan) dan mevrouw (nyonya) bangsa Belanda dan Eropa, bergembira menikmati kehidupan malam. Sedangkan, Concordia adalah nama sebuah club elite kolonial era 1800-an di Hindia Belanda, jelasnya.
Pada 1917-1918, lanjutnya, club Concordia kemudian pindah ke beberapa tempat diantaranya ke Embong malang, dan terakhir menempati sociëteit baru di Simpangstraat, dan namanya berubah menjadi Simpangsche Sociëteit (kini Balai Pemuda). Lalu, ex. Bangunan Societeit Concordia yang berada di Societeitstraat (saat ini bernama jl. Veteran) direnovasi oleh arsitek G.C. Citroen, berciri Nieuwe-Bouwen, menjadi kantor Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), perusahaan pertambangan minyak didirikan pada 26 Februari 1907 berpusat di Den Haag.
“Pintu utamanya tidak lagi dari Sisi barat melainkan diubah ke sisi selatan, sehingga bangunan tersebut menjadi menghadap ke selatan. Societeit Concordia, dulu gedung ini dipakai sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Eropa, untuk melepas penat,” tambahnya.
Menurut memoir dari bapak Sungadi, ditulis pada tanggal 28 Nopember 1974, salah satu pegawai Usamu Dai 1585 Butai (BPM bertransformasi menjadi Usamu Dai saat pendudukan Jepang di Indonesia) yang bertugas di lapangan Krukah, para pegawai/buruh yang bekerja di lapangan Krukah dan Lidah membentuk suatu komite yang diketuai oleh Bapak Sunaryo, sedangkan beliau sendiri sebagai wakil ketua.
Komite yang diketuai Bapak Sunaryo tersebut melakukan suatu kegiatan pengambilalihan seluruh instalasi perminyakan di area kota Surabaya dari tangan Jepang setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Yang kemudian nantinya perusahaan ini beralih nama menjadi PTMN (Perusahaan Tambang Minyak Negara).
Menurut belaiu juga, pada saat Inggris mendarat tanggal 25 Oktober 1945, pada suatu pagi gedung ini didatangi oleh kurang lebih dua regu pasukan Gurkha yang melakukan penggalian parit-parit pertahanan di area halaman gedung, akan tetapi mereka tidak melakukan tindakan apa pun terhadap para pegawai yang sedang bekerja di gedung tersebut.
Masih menurut memoir, selanjutnya beliau beserta para pegawai lainnya berhasil mengamankan asset dan peralatan untuk kemudian dipergunakan di area pedalaman sebelum terjadinya Pertempuran Surabaya, yakni pasukan Sekutu di bawah pimpinan Kolonel Pugh menjadikan gedung ini sebagai basis mereka.
Sementara itu, seorang pelukis & sketcher sekaligus anggota Roode Brug Soerabaia, Edy Marga, memberikan sket suatu peristiwa. Digambarkan dalam sket tersebut, komandan tentara Jepang telah menandatangani surat. Dengan meneteskan air mata kemudian ia memberikan surat tersebut kepada Sungadi, perwakilan dari pemuda Surabaya yang hari itu mengepung markasnya.
Setelah mendapatkan penjelasan seputar Gedung UPDN V/Pertamina, dengan dipandu oleh Bapak Muhammad Alex Gunarto, salah satu Manajer di UPDN V/Pertamina, para peserta diajak keliling area gedung. Pertama, memasuki bunker, lantaran ruang masuk sempit maka harus menunduk dan berhati-hati. Jangan lantas membayangkan bahwa dalam bunker itu gelap dan pengap. Di bungker ini terang dan sejuk, karena berlampu dan ber-AC.
“Wah, prediksi saya keliru. Rupanya bunker ini sudah beralih fungsi. Bayangan saya masuk bunker itu gelap, lembab dan pengap. Di sini selain luas, juga terang dan sejuk,” ujar Fatma, salah satu peserta.
Pada kesempatan yang sama, Satrio Sudarso, Wakil Ketua Roode Brug Sorabaia, menambahkan bahwa gedung peninggalan kolonial mencerminkan periode sejarah yang kaya dan kompleks, yakni berbagai pengaruh budaya dan arsitektur digabungkan. Memahami sejarah ini membantu kita menghargai dan menjaga warisan budaya yang ada, serta menghormati kontribusi berbagai kelompok masyarakat pada masa lalu.
“Gedung-gedung peninggalan kolonial dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi generasi sekarang dan mendatang. Melalui mereka, orang dapat belajar tentang sejarah, seni, arsitektur, dan teknik bangunan yang digunakan pada masa lalu,” tambahnya.
Setelah itu, peserta diajak keliling dari ruang per ruang, dan dari lantai satu ke lantai yang lainnya. Sejak dilakukan nasionalisasi, gedung tersebut menjadi Kantor UPDN V Pertamina. Sesuai yang tertulis pada pahatan yang ditempel di dinding luar samping kanan pintu masuk utama, bangunan telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Walikota Nomor 188.45/251/402/1.04/1996 dengan nomor urut 36.
Tangkapan Mata Lensa
Mengenal Sejarah dari Masa Kolonial hingga Revolusi Surabaya
Gedung UPDN V Pertamina, Jalan Veteran 6-8 Surabaya