Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Share this :

Gowes yang niatannya lebih buat ‘fun-fun’ atau orang lain katakan ‘fun bike’ pada Minggu pagi ini (9/1/2022), menyusuri kota tua dan kampung lawas Kota Surabaya. Kami bertujuh berasal dari belahan Surabaya yang berbeda, maka titik kumpul disepakati di Alun-Alun Surabaya. Hal ini demi menghemat tenaga dan waktu, Alun-Alun yang baru saja diresmikan tempat ideal buat titik kumpul.

Mengapa kota tua dan kampung lawas yang jadi rute gowes? Yah, barangkali ada sensasi tersendiri yang bisa dirasa dan nikmati. Sambil menyusuri sudut-sudut kota dengan mancal pedal, bisa sejenak berhenti untuk berfoto dengan latar suasana klasik, menggali cerita-cerita lama buat referensi, atau sekedar mendokumentasi landskap maupun arsitektur peninggalan zaman kolonial Belanda.

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Berpose di salah satu gedung di Jalan Karet Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Salah satu gedung di Jalan Pahlawan Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Berpose dengan background gedung Mybank

Tak ada mati-matinya, kawasan kota tua Surabaya untuk di-explore. Kawasan sekitar Jembatan Merah memiliki gedung-gedung bersejarah, seperti di Jalan Kembang Jepun, Jalan Panggung, Jalan Waspada, Jalan Rajawali, Jalan Mliwis, Jalan Jembatan Merah, Jalan Slompretan, Jalan Karet dan lainnya. Sejak zaman lampau kawasan ini sudah dikenal sebagai kawasan bisnis dan perdagangan.

Selain memiliki kawasan kota tua sebagai pusat bisnis dan perdagangan zaman lampau, Surabaya juga memiliki kampung-kampung lawas dengan serpihan-serpihan dari lembaran cerita yang masih tersisa. Yakni, Kampung Lawang Seketeng, Pandean, Peneleh, Plampitan, Kepatihan, Tambak Bayan, Praban, Kranggan, Bubutan, Kawatan, Maspati, Kebalen, dan kampung-kampung lainnya.

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Salah satu gedung di Jalan Pahlawan Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Sedang ngobrolkan apa mereka?

Keberadaan kota tua maupun kampung lawas akankah terhenti seiring bergulirnya zaman, atau akan tetap bertahan hingga kapan pun? Tak dipungkiri, kota tua dan kampung lawas selalu punya cerita. Tua bukan berarti mesti renta, dan lawas bukan berarti bisa digilas. Meski telah menjadi metropolis, kota tua dan kampung lawas punya andil mengukir lembaran sejarah perkembangan Kota Surabaya.

Siropen Telasih di Jalan Mliwis Surabaya

Belanda tak hanya meninggalkan bangunan-bangunan kuno sebagai bangunan benda cagar budaya, produk minuman pun hingga kini masih dilestarikan keberadaanya, yakni produk minuman ‘Siropen Telasih’. Siropen Telasih merupakan sirup asli Surabaya warisan zaman kolonial Belanda. Pabrik sirup ini berada di Jalan Mliwis Nomor 5 Surabaya.

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Pabrik Seropen Telasih Jalan Mliwis 5 Surabaya

Pabrik rumahan didirikan oleh J.C. Van Drogelen & Hellfach tahun 1923 ini merupakan pabrik sirup pertama di Indonesia. Sempat beberapa kali berpindah tangan, bangunan ini tahun 1942 diambil alih oleh Jepang. Setelah pendudukan Jepang berakhir, pabrik dikuasai kembali oleh Belanda hingga ada program nasionalisasi tahun 1958, yakni semua perusahaan Belanda diambil alih oleh Indonesia.

Tahun 1962 pabrik diserahkan kepada Perusahaan Industri Daerah Makanan dan Minuman, lalu dilebur menjadi PD Aneka Pangan tahun 1985. Pada 2002 masuk PT Pabrik Es Wira Jatim yang merupakan holding company dari PT Panca Wira Usaha Jawa Timur. Berdasar SK Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/75/436.1.2/2015,tanggal 12 Maret 2015, pabrik ini sebagai Bangunan Cagar Budaya.

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Pabrik Seropen Telasih Jalan Mliwis 5 Surabaya

Kampung Lawang Seketeng IV Surabaya

Mengutip dari ‘Kampung Surabaya Menjawab Abad 12’ – Pemerintah Kota Surabaya, kampung muncul sebagai permukiman perkotaan tipikal yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat kelas menengah ke bawah yang jumlahnya lebih dari separuh total penduduk kota. Kampung dibentuk melalui proses perencanaan alamiah dan infrastruktur yang cenderung kurang memadai.

Oleh karena itu seringkali disalahartikan dengan kemiskinan dan kualitas hidup di bawah standar. Bila dibandingkan dengan kampung pedesaan, formasi kampung perkotaan lebih dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan dan kerajinan. Pola permukiman padat dan rapat untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan mudah serta layanan masyarakat yang dekat dengan tempat tinggal.

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Saluran air dari tanah liat di Kampung Lawang Seketeng IV Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Kampung Lawang Seketeng IV Surabaya

Tak hanya di Surabaya, bahkan di Indonesia, kampung perkotaan acapkali dianggap sebagai tempat tinggal yang kumuh dan liar. Bagaimanapun pendapat tersebut menggambarkan kesalahpahaman. Kampung bukanlah tempat kumuh dan liar, tetapi bentuk dari permukiman unik yang dibangun oleh penduduk jauh sebelum adanya kota. Hal ini tak ubahnya seperti kampung lawas, Kampung Lawang Seketeng.

Makmud, ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Lawang Seketeng, menuturkan bahwa Lawang Seketeng ini adalah kampung lawas dan banyak menyimpan sejarah. Selain ada Makam Syekh Al Habib Zaini Assegaf, sesepuhnya Sunan ampel, dan Makam Mbah Pitono, pembabat kampung Lawang Seketeng, juga terdapat Langgar Dukur Kayu. Langgar tempat rapat para pejuang, termasuk Bung Tomo dan Bung Karno.

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Langgar Dukur Kayu di Kampung Lawang Seketeng IV tampak dari sisi kiri dan kanan

Lebih lanjut Mahmud menambahkan, Langgar Dukur Kayu Lawang Seketeng konon dibangun sejak 1893. Bangunan langgar tingkat dua bahan papan itu memang terlihat kuno. Sangat berbeda dengan bangunan-bangunan di sampingnya. Meskipun sudah kuno, namun bangunan Langgar Dukur Kayu itu masih terlihat bersih. Saat-saat tertentu selalu dibersihkan karena masih dipakai salat dan ngaji.

“Menurut sesepuh sini, langgar ini lebih tua dari Masjid Bungkul, sedangkan Masjid Bungkul itu lebih tua dari Masjid Ampel,” tambahnya saat menemani kami istirahat di tempat kuliner di seberang langgar.

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Langgar Dukur Kayu tampak dari depan dan prasasti renovasi dari Pemkot Surabaya

*

Meski saat ini sebuah kota makin berkembangtumbuhnya belantara beton, gedung-gedung pencakar langit, aparteman, mansion, dan kompleks kota dalam kota, namun jangan sampai menggilas kota tua dan kampung lawas demi kepentingan tertentu. Keberadaan keduanya merupakan saksi sejarah tentang perkembangan sebuah kota.

Demi pelestarian, secuil harapan kepada Pemkot Surabaya agar dapatnya banyak mengkaji dan memberikan status benda cagar budaya, serta tambah mempercantik kampung-kampung lawas. Kedua objek tersebut, kelak bisa dijadikan objek wisata kota dan sarana edukasi bagi masyarakat, khususnya generasi milenial, agar mencintai, turut menjaga, dan melestarikan kotanya.

Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya
Mural karya ‘C4KM4D’ Rachmad Priyandoko di Kampung Seketeng I Surabaya

You may also like

2 thoughts on “Gowes Niat Buat ‘Fun-Fun’ sambil Menggali Cerita di Kota Tua dan Kampung ‘Lawas’ Surabaya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *