Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia beserta makhluk lain, yakni bumi. Dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson, seorang pengajar lingkungan hidup, pada tahun 1970. Diperingati setiap tahun pada tanggal 22 April secara internasional.
Mengapa tanggal 22 April? Tanggal ini adalah bertepatan pada awal musim semi di Northern Hemisphere atau belahan bumi utara, dan awal musim gugur di belahan bumi selatan. Kini hari bumi diperingati oleh lebih dari 175 negara dan dikoordinasi secara global oleh Jaringan Hari Bumi (Earth Day Network).
Peringatan Hari Bumi Tahun 2020 ini merupakan peringatan yang ke-50. Hari Bumi pertama kali dirayakan pada tahun 1970, Diikuti oleh sekitar 20 juta orang yang melakukan demonstrasi terkait perlindungan bumi terhadap polusi dan perusakan satwa liar. Hari Bumi adalah semacam gerakan meningkatkan kesadaran untuk memelihara lingkungan.
Tahun ini, Hari Bumi mengangkat topik aksi iklim. Perhatian utama saat ini adalah krisis perubahan iklim yang merupakan salah satu ancaman eksistensial terbesar bagi manusia.
Dengan topik ini, diharapkan para pejabat publik untuk membuat kebijakan yang serius menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, sehingga dampak perubahan iklim dapat dikurangi.
Indonesia Kita
Indonesia merupakan negara dengan populasi keempat terpadat di dunia dan masuk ke dalam sepuluh besar penghasil emisi karbon di dunia mempunyai peran penting dalam aksi iklim ini. Emisi karbon terbesar di Indonesia berasal dari deforestasi dan kebakaran hutan.
Tahun 2019 kebakaran hutan dan lahan menurut Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Indonesia mencapai lebih kurang 1,6 juta Ha. Asap beracun yang dihasilkan oleh kebakaran hutan akan berdampak sangat buruk bagi kesehatan masyarakat.
Dampaknya bukan hanya dirasa saat ini saja namun juga memperparah krisis iklim di Indonesia kedepannya, maka perlu upaya nyata. Krisis iklim menelan korban secara langsung serta meningkatkan transmisi dan penyebaran penyakit menular.
Selain itu, krisis iklim juga dapat memengaruhi bahkan mengancam eksistensi faktor penentu kesehatan lingkungan seperti udara bersih, air minum yang aman, pasokan makanan bergizi, dan tempat berlindung yang nyaman.