Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) merupakan bentuk apresiasi terhadap seluruh guru di Indonesia dari berbagai jenjang pendidikan sebagai pahlawan yang berjuang di garda terdepan, khususnya dalam mendidik anak-anak penerus generasi bangsa saat ini.
“Bangkitkan Semangat, Wujudkan Merdeka Belajar” adalah tema HGN Ke-75 Tahun 2020 yang diusung oleh Kemdikbud RI. HGN diperingati setiap tanggal 25 November, bertepatan dengan ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Peringatan HGN sebagai bentuk terima kasih terhadap jasa para guru selama pengabdiannya mendidik para siswa.
Peringatan biasanya dilakukan dengan mengadakan upacara bendera di sekolah-sekolah atau instansi terkait, karena Indonesia masih dalam masa pandemi Covid-19, perayaan HGN tahun ini berbeda, dan mendapat perhatian khusus dari Kemdikbud dengan menerbitkan surat edaran tertanggal 18 November 2020 tentang pedoman peringatan Hari Guru Nasional 2020.
Kemdikbud menyelenggarakan Upacara Bendera Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020 pada tanggal 25 November 2020 pukul 08.00 WIB secara tatap muka, terbatas, minimalis, dan memperhatikan protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid-19 yang telah ditetapkan pemerintah tanpa mengurangi makna, semangat, dan kekhidmatan acara.
Mengutip dari Pedoman Pelaksanaan Upacara Bendera yang diterbitkan Kemdikbud, tujuan Peringatan HGN ke-75, yang pertama yakni meningkatkan peran strategis guru dan tenaga kependidikan dalam membangun sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Kedua, meneladani semangat dan dedikasi guru sebagai pendidik profesional dan bermartabat. Sedangkan yang ketiga yaitu meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya kedudukan dan peran strategis guru dan tenaga kependidikan dalam membangun karakter bangsa.
Upacara dilaksanakan oleh instansi pusat, instansi daerah, satuan pendidikan, serta kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berada dalam wilayah zona hijau dan kuning diperkenankan untuk menyelenggarakan upacara bendera secara tatap muka, terbatas, dan minimalis dengan berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan.
Sedangkan untuk instansi dan satuan pendidikan di daerah yang berada dalam wilayah zona oranye dan merah, diimbau untuk mengikuti jalannya upacara bendera melalui siaran langsung di kanal YouTube Kemendikbud RI dan saluran TV Edukasi dari rumah atau tempat tinggal masing-masing.
Pada kesempatan ini, Kemdikbud mengimbau para insan pendidikan untuk menyaksikan program peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020 “Bangkitkan Semangat Wujudkan Merdeka Belajar” di TVRI pada hari Rabu, 25 November 2020, pukul 19.00 WIB. Acara tersebut juga dapat disaksikan secara langsung melalui kanal YouTube Kemendikbud RI.
Sementara itu, Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi, dalam sambutan HUT PGRI ke-75 dan HGN Tahun2020 menuturkan bahwa Covid-19 memaksa manusia untuk melakukan adaptasi dalam keseluruhan aspek kehidupan, termasuk dalam pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran yang semula dilakukan penuh kehangatan di kelas, demi keselamatan siswa, guru, dan orangtua, harus dilakukan dengan belajar dari rumah secara daring (online) maupun luring (offline).
“Saya menaruh hormat atas semangat dan dedikasi guru, pendidik, dan tenaga kependidikan yang meskipun dengan segala keterbatasan tak surut dalam pengabdian mendidik para siswa dan mahasiswa di tengah pandemi ini,” tuturnya.
Unifah Rosyidi menambahkan bahwa kita dapat menarik hikmah di balik pandemi Covid-19, yakni mempercepat akselerasi penguasaan teknologi di kalangan guru dan siswa, menguatkan kerja sama antara guru dan orangtua sekaligus memastikan bahwa peran guru tidak bisa digantikan oleh teknologi secanggih apa pun.

Makna Logo HGN Ke-75
Logo Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020 merupakan desain karya Teguh Prasongko E., pemenang sayembara logo Hari Guru Nasional yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dikutip dari bone.go.id, Logo menggambarkan semangat belajar yang tetap menyala di tengah kondisi pandemik saat ini. Elemen-elemen desain yang terdiri dari figur pak guru, ibu guru, serta siswa dan siswi yang digambarkan sedang memakai masker, tampak dinamis dan ceria dalam menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Pemanfaatan teknologi digambarkan dengan simbol-simbol wifi, laptop, telepon selular, serta aplikasi telekonferensi, yang memiliki relevansi kuat dengan kondisi aktual saat ini sebagai alat penunjang kegiatan belajar mengajar.
Sementara bentuk hati, menggambarkan seluruh komponen pendidikan mulai dari guru, murid, hingga orangtua, yang bersinergi menciptakan semangat belajar yang merdeka dan penuh cinta guna memberikan hasil yang terbaik untuk dunia pendidikan di Indonesia.

Sekilas Sejarah tentang HGN
Merilis laman resmi PGRI, sejarah PGRI dan HGN berawal dari adanya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). PGHB merupakan organisasi perjuangan para guru pribumi pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1912. Para anggota tersebut berasal dari latar pendidikan yang berbeda-beda.
Pada umumnya, anggota yang tergabung dalam PGHB bertugas di sekolah desa dan sekolah rakyat. Akan tetapi, tidak mudah bagi PGHB untuk memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Selain PGHB, berkembang juga organisasi guru lainnya yaitu Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), dan Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS).
Di samping itu, ada pula organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Katolieke Onderwijsbond (KOB), Christelijke Onderwijs Vereneging (COV), Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Para guru tersebut selalu berusaha dalam memperjuangkan persamaan hak dan posisi mereka terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Perjuangan mereka menghasilkan Kepala HIS, yang dahulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah dan dijabat oleh orang Indonesia.
Perjuangan para guru pun semakin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak melulu perjuangan perbaikan nasib dan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda. Akan tetapi, perjuangan mereka telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriakan ‘merdeka’.
Pada tahun 1932, Persatuan Guru Hindia Belanda diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama tersebut membuat pihak Belanda terkejut, karena kata ‘Indonesia’ yang mencerminkan semangat kebangsaan yang tidak dikehendaki oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Sementara itu, kata ‘Indonesia’ sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang pun, segala organisasi dilarang termasuk Persatuan Guru Indonesia. Sekolah ditutup dan Persatuan Guru Indonesia tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Pascakemerdekaan Indonesia, semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai pelaksanaan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres tersebut, seluruh organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan seperti pendidikan, agama, dan lainnya sepakat dihapuskan. Mereka bersepakat untuk membentuk PGRI pada 25 November 1945.
Semangat perjuangan para guru bahkan tetap terlihat di tengah pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta. Sejak Kongres tersebut, semua guru Indonesia menyatakan bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan kemudian Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November.
Guru di Indonesia telah diapresiasi pemerintah sebagai ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’. Hari Guru Nasional ditetapkan Presiden Soeharto pada tanggal 25 November 1994, dengan sebuah Keputusan Presiden, yaitu Kepres Nomor 78 tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional.

*
Sebagai mantan guru, kiranya saya boleh berharap bahwa pendidikan setelah pandemi dapat kembali dikemas untuk mengarahkan generasi pada kesiapan mereka untuk menghadapi kesulitan-kesulitan hidup pada masa depan. Penguasaan soft skill generasi corona dapat kemudian diusulkan kembali sebagai arahan kurikulum pascapandemi Covid-19.
Sebutan ‘Generasi Corona’ adalah generasi yang bisa memberikan kontemplasi kepada pembuat kebijakan tentang arah pendidikan selanjutnya. Apakah pendidikan hanya terus bersifat tekstual dengan banyaknya mata pelajaran, atau pendidikan dapat melakukan putar arah kepada pembentukan karakter melalui pendalaman minat tertentu dengan mengasah soft skill yang ada.
Harapan ke depan, generasi tersebut dapat lahir sebagai generasi yang sadar literasi keilmuan karena minatnya difasilitasi, generasi yang kritis dan menemukan jawaban seputar kesulitan yang dihadapi, di samping sebagai generasi yang disiplin dengan aturan, kreatif juga inovatif untuk menghadapi tantangan global.
Barangkali harapan saya terlampau jauh, terlalu melangit, tetapi bolehlah saya terus menumbuhkan harapan pada Generasi Corona dan generasi sesudahnya untuk tumbuh kembang secara maksimal. Karena hanya dengan harapan kita bisa memicu dan memacu bergerak ke depan untuk mewujudkan mimpi-mimpi menjadi kenyataan.
‘Guru bak pelita penerang dalam gulita. Jasamu tiada tara’.
Maka, jangan pernah lelah menjadi pelita bagi anak-anak negeri ini.
Selamat Hari Guru Nasional 2020.
