Hari Ibu Ke-93 : ‘Mbok Jamu’ Turut Berperan Pelihara Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19

  • EDUKASI
Hari Ibu Ke-93 : Mbok Jamu Turut Berperan Pelihara Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
Share this :

Mbok Maryatin (62), adalah sosok ‘Mbok Jamu’ yang sudah familiar bagi sebagian warga sekitaran Gunung Anyar atau Pandugo, Rungkut – Surabaya, lantaran saban hari ia menyusuri kampung dengan berjalan kaki menjajakan jamu gendongnya. Ibu dari tiga anak dan lima cucu ini berasal dari Bulukerto, sebuah kecamatan berjarak sekitar 43 kilometer dari ibu kota Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, ke arah timur.

Meski pandemi Covid-19 melanda di berbagai daerah yang mengakibatkan perempuan menjadi kelompok rentan yang mengalami kesulitan ekonomi, beban ganda, diskriminasi, dan ancaman kekerasan terhadap dirinya. Ternyata, perempuan-perempuan Indonesia telah banyak mengambil peran penting di garda terdepan dalam melawan virus Covid-19. Salah satunya, Mbok Maryatin.

Hari Ibu Ke-93 : Mbok Jamu Turut Berperan Pelihara Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
Mbok Maryatin keliling menyusuri jalan jajakan jamu gendongnya suatu pagi

Indonesia sebagai megacenter keaneragaman hayati memiliki tradisi menggunakan obat tradisional. Kearifan lokal ini memiliki potensi dikembangkan sebagai aktivitas komersial di antaranya jamu gendong. Dan umumnya, kaum perempuan dari daerah Wonogiri, Karanganyar, dan Sukoharjo, dikenal sebagai perempuan yang gigih merantau di kota-kota di Indonesia sebagai pedagang jamu.

Upaya mempertahankan tradisi leluhur, eksistensi mbok jamu mampu menegakkan ekonomi keluarga, di samping turut andil menyehatkan masyarakat. Jamu gendong. Kini, sebagian besar beralih gunakan gerobak, sepeda, atau sepeda motor. Namun, sebagian kecil masih mempertahankan dengan mengendong bakul anyaman bambu sambil menenteng ember berisi air untuk mencuci gelas.

Hari Ibu Ke-93 : Mbok Jamu Turut Berperan Pelihara Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
Mbok Maryatin sedang layani pelanggan, orang-orang yang sedang jalan kaki pagi

Mbok Maryatin menuturkan, umumnya pedagang jamu gendong itu membuat delapan jenis jamu, di antaranya kunyit asam, beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup atau gepyokan dan sinom. Dulu, jumlah botol pun sebagai status pedagang. Jumlah 5-7 botol menandakan gadis, kalau 8 sudah menikah, dan 9 menandakan tidak bersuami. Itu sekarang tak berlaku, jumlah botol tergantung kemampuan mengendongnya.

“Sesuai urutan, jamu mengandung filosofi sebagai siklus kehidupan manusia, diawali dari rasa manis-asam, selanjutnya sedikit rasa pedas-hangat, beralih menjadi rasa pedas, kemudian merasakan pahit, beralih ke rasa tawar dan akhirnya kembali menjadi manis,” tambah perempuan yang sudah 25 tahun merantau jualan jamu gendong di Surabaya.

Hari Ibu Ke-93 : Mbok Jamu Turut Berperan Pelihara Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
Pelanggan sedang akan menikmati jamu Mbok Maryatin

Makna Lambang dan Semboyan Peringatan Hari Ibu 2021

Selaras dengan semangat perjuangan kaum perempuan Indonesia tersebut tercemin dalam lambang Hari Ibu berupa setangkai bunga melati dengan kuntumnya, di antaranya menggambarkan kasih sayang kodrati antara ibu dan anak. Kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak, serta kesadaran perempuan untuk menggalang kesatuan dan persatuan, keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara.

Sedangkan semboyan pada lambang Hari Ibu “Merdeka Melaksanakan Dharma” mengandung arti bahwa tercapainya persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan antara kaum perempuan dan laki-laki merupakan kemitraan sejajar. Hal tersebut yang perlu diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi keutuhan, kemajuan dan kedamaian bangsa Indonesia.

Hari Ibu Ke-93 : Mbok Jamu Turut Berperan Pelihara Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
Lambang dan semboyan Peringatan Hari Ibu 2021 (Kemen PPPA)

Setiap tahun, Hari Ibu diperingati pada 22 Desember. Peringatan tersebut didasari Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, bertepatan dengan ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia. Dipilihnya tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu mengacu pada hari pertama Kongres Perempuan Indonesia I, yaitu 22 Desember 1928.

Tak ada rintangan apapun yang dapat mematahkan semangat perempuan untuk berjuang dan membangun kekuatan, apalagi jika mendapatkan dukungan yang akomodatif dan suportif. Maka, dibutuhkan peran berbagai pihak, bergandengan tangan untuk mendukung para perempuan agar semakin terlibat aktif membangun bangsa, serta turut merasakan manfaat pembangunan yang setara.

You may also like

2 thoughts on “Hari Ibu Ke-93 : ‘Mbok Jamu’ Turut Berperan Pelihara Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19”

  1. Hari ibu sering dilupakan, walaupun ada hari bapak tetapi hari ibu masih lebih spesial. Mengapa? Sebab keberhasilan anak dan keberhasilan suami pasti ada peran serta seorang ibu/istri. Hidup ibu2 Indonesia yg luar biasa.

Leave a Reply to Ali Muchson Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *