Dalam sekelompok anak muda usia belasan hingga dua puluhan tahun, ada salah satu dari mereka yang nyeletuk kepada temannya, “Eh, siapa yang suka dengerin musik?” Tentang mendengarkan musik, bila dicermati pada zaman kekinian ini kiranya pertanyaan itu barangkali lebih mengena bila diubah menjadi sebuah pernyataan, “Eh, siapa sih yang gak suka dengerin musik?”
Atau, barangkali ketika Anda sedang membaca artikel ini juga sambil mendengarkan musik kesukaan. Musik memang sudah menjadi bagian hidup keseharian masyarakat dari berbagai kalangan. Anak-anak, kaum muda hingga yang tua-tua. Baik menggunakan aplikasi di smartphone, radio, tape recorder, atau CD-player, dan bahkan pada zaman ‘bahula’, zaman saya muda, mendengarkan musik di walkman yang di dalamnya pita kaset.
Bagi anak-anak kekinian, sudah pasti tidak banyak yang mengenal apa itu pita kaset. Pita kaset adalah pita magnetik yang bisa merekam dan menyimpan data dengan format suara yang umumnya berupa lagu. Kata ‘kaset’ berasal dari bahasa Prancis, yakni cassette, yang berarti ‘kotak kecil’. Kaset merupakan format paling umum yang digunakan dalam industri musik pada 1970 sampai 1990-an.
Terlepas menggunakan sarana apa untuk mendengarkan musik dengan pilihan genre lagu tanpa batas, yang jelas kita sudah sedemikian akrab dengan musik dalam hidup keseharian. Seperti saya, saat menulis artikel inipun sembari mendengarkan musik dari salah satu radio kesukaan di Kota Surabaya. Musik adalah keindahan yang tidak terlihat, namun kehadirannya terasa hingga ke dalam jiwa.
Musik memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Mulai dari masa prasejarah, musik terkait erat dengan ritual, mistik dan magis. Seiring perkembangan zaman, musik tidak hanya digunakan pada upacara mistik, berburu, persembahan, dan berdoa, namun berperan pula sebagai kesenangan, rekreasi dan ekspresi seni secara individu maupun komunal. Oleh sebab itu, selayaknya kita mengapresiasi musik dengan memperingati Hari Musik Nasional.
Ziarah Indonesia Raya
Peringatan Hari Musik Nasional tahun ini dipusatkan di Kota Surabaya. Meski sengatan terik matahari Surabaya tak surutkan ratusan siswa SD dan SMP Kota Surabaya yang merupakan utusan sekolah masing-masing sebagai peserta Peringatan Hari Musik Nasional Tahun 2023. Acara juga diikuti langsung jajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI melalui daring.
Sebelum acara dimulai, pasukan paduan suara membentuk formasi berlapis. Keringat mereka bercucuran lantaran gerah di pagi hari. Sengatan terik matahari Surabaya tak surutkan ratusan siswa SD dan SMP Kota Surabaya sebagai tim paduan suara dan peserta ‘Ziarah Indonesia Raya’. Di tengah harmoni, ada suara solois yang begitu anggun dari gadis penyandang tunanetra, Reva Gabriella Chandra, dan Solois Tegar Maulana Roza yang juga terlahir spesial, turut menyumbang suara emasnya.
Seperti yang disampaikan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam sambutannya di hadapan peserta upacara ‘Ziarah Indonesia Raya’ di Makam W.R. Soepratman, menurutnya, sosok pencipta lagu Indonesia Raya, W.R. Soepratman, hendaknya dapat menjadi teladan bagi generasi penerus bangsa. Melalui lagu kebangsaan ciptaannya, ‘Indonesia Raya’, bisa menjadi wadah untuk membangun karakter anak-anak Surabaya, Kamis (9/3/2023).
“Di Hari Musik Nasional ini kita menyanyikan lagu Indonesia Raya di Makam WR Soepratman. Kita mengenang, bahwa bagaimana lagu Indonesia Raya, musik ini bisa memberikan perubahan dan warna dalam sebuah kehidupan. Musik dapat menjadi media untuk menanamkan rasa cinta kebangsaan,”
Wali Kota Eri menambahkan bahwa dengan musik itu bisa dimasukkan rasa kebangsaan untuk membangun karakter-karakter anak-anak. Menurutnya, sejatinya sebagai Wali Kota Surabaya dan jajaran Forkopimda hanya menjaga kota ini yang kelak akan ditempati oleh anak cucu, generasi penerus perjuangan para pendahulu bangsa.
Kegiatan yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB tersebut, dirangkai dalam sejumlah penampilan seni dan pertunjukan musik. Kemudian, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mengheningkan cipta dengan iringan lagu dari paduan suara pelajar Surabaya. Acara dipuncaki dengan tabur bunga di Makam W.R. Soepratman oleh Wali Kota Eri, jajaran Ferkomimda, dan tamu undangan. Acara ini merupakan salah satu rangkaian acara memperingati Hari Musik Nasional 2023 bertajuk ‘Musik Membangun Bangsa’.
Kemudian acara dilanjutkan dengan beberapa subacara di Gedung Cak Durasim Jalan Gengtengkali Surabaya, yakni : Diskusi Musik Membangun bangsa, Parade Musik Anak & Disabilitas Indonesia, dan Drama Musik Bangunlah Jiwanya. Berkat kerja sama Pemkot Surabaya, Pemprov. Jatim. Polda Jatim, dan Komunitas Seni Jati Swara Indonesia. Seluruh rangkaian acara digarap dengan apik di tangan sutradara Heri Prasetyo, atau lebih dikenal Heri Lentho.
Sejarah Ditetapkan hari Musik Nasional
Dilansir dari situs Kemendikbud, pada tahun 2003 organisasi Persatuan Artis Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) mengusulkan tentang peringatan Hari Musik Nasional. Namun, butuh waktu cukup lama usulan tersebut disetujui oleh pemerintah, hingga baru tanggal 9 Maret 2013 Hari Musik Nasional secara resmi ditetapkan sesuai Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013.
Dalam Keputusan Presiden tersebut dinyatakan juga bahwa musik adalah ekspresi budaya yang bersifat universal dan multi dimensional yang merepresentasikan nilai-nilai luhur kemanusiaan serta memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sekaligus sebagai upaya meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap musik Indonesia.
Tanggal 9 Maret dipilih untuk menghormati pencipta lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Wage Rudolf (W.R.) Soepratman, meski tanggal ulang tahunnya ternyata memiliki dua versi. Pertama, tanggal lahirnya dikenal pada tanggal 9 Maret 1903, namun berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Purworejo Nomor 04/Pdt/P/2007/PN PWR pada 29 Maret 2007 tanggal lahir yang telah disetujui oleh keluarga W.R. Soepratman adalah 19 Maret 1903.
Karir W.R. Soepratman dalam bidang musik tak lepas dari peran kakak iparnya W.M. Van Eldick. Saat berulang tahun yang ke-17, kakaknya memberikan hadiah biola. Dia bersama kakaknya pun mendirikan grup jazz bernama Black And White. W.R. Soepratman yang pandai dalam bermusik menciptakan lagu-lagu perjuangan. Salah satu lagu ciptaannya yakni “Indonesia Raya”.
Eksistensi W.R. Soepratman terus menggeliat. Puncaknya, saat ia pindah ke Bandung dan memulai karier sebagai wartawan di surat kabar Kaoem Moeda pada tahun 1924. Selang setahun, dia pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan di koran Sin Po. Sejak saat itu, dia rajin menghadiri rapat-rapat organisasi pemuda juga rapat partai politik yang diadakan di Gedung Pertemuan Batavia.
Ia pun mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan. W.R. Soepratman juga terlibat pada Kongres Pemuda Kedua. Di situ, untuk pertama kalinya dia memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan iringan biolanya. Lagu itu dia bawakan di hadapan seluruh peserta Kongres Pemuda. Dia membawakan lagu Indonesia Raya tepat saat sebelum dibacakannya putusan Kongres Pemuda, yakni ‘Sumpah Pemuda’.
Berkat jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, W.R. Soepratman mendapatkan berbagai penghargaan. Beberapa di antaranya yakni pemindahan dan perbaikan makam, mendapat Anugerah Bintang Mahaputra Anumerta III, dianugerahi gelar ‘Pahlawan Nasional’, dan dianugerahi Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama.
Foto-Foto
Ziarah Indonesia Raya
Di Makam Wage Rudolf Soepratman
9 Maret 2023
Foto-Foto
Drama Musik Bangunlah Jiwanya
Di Gedung Cak Durasim
Jalan Gentengkali Surabaya
9 Maret 2023
Hari Musik Nasional diperingati 9 Maret bertepatan dg hari kelahiran WR Supratman pencipta lagu tsb(walaupun masih pro-kontra)sukses untuk Surabaya yg punya tokoh terkenal dan legendaris.