Hotel Daroessalam Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda

Share this :

Pertama saya datang atas ajakan Ady Setyawan, saat itu ia penasaran eksotiknya Hotel Daroessalam yang beberapa bagian bangunannya menyerupai Hotel Majapahit Surabaya. Sekali lagi menyerupai. Waktu itu, Kamis (3/3/2022) pagi, memanfaatkan libur Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944 dengan mancal sepeda berdua dari Surabaya dan tidak menginap. PP.

Bedanya kali ini, Sabtu (5/8/2023), atas fasilitas kemurahan dari Sylvi Mutiara, saya bersama personil Mager Cinematic : Yoyog, Jibril, Riki, dan Fatma, serta sebagian personil komunitas Musik Nyelentang dari Malang : Uki Hariyanto dan Maghfirotul Laily, putrinya; menginap semalam di Hotel Daroessalam untuk syukuran dan hadiah ulang tahun Jibril (1/8) dan Yoyog (6/8).

Yang beda juga, perjalanan ke Pasuruan tak mancal sepeda lagi, tetapi bersepeda motor. Hal ini dengan pertimbangan pukul 12.00 harus sudah tiba di Surabaya lantaran ada jadwal ajak ’mlaku-mlaku’ peneliti dari Fisipol UGM untuk menyusuri kawasan Surabaya Lama terkait objek ‘urban heritage’ bersama komunitas Surabaya Walking Tour.

“Bersepeda motor dengan anak muda usia di atas 25 hingga 30 tahunan, ya sedap-sedap ngeri. Saya dibonceng Jibril, saya pelototi speedometer dari belakang punggungnya, jika tanpa rintangan jarum speed menunjuk di angka 90 km/jam. Kapok? Enggak sih,” kata saya.

Sengaja tidak bermobil, dikatakan frugal living, ya tidak begitu. Kami bepergian suka-suka sifatnya. Naik apa saja boleh dan bisa, tak fanatik dengan moda transportasi tertentu. Bahkan, Sylvi Mutiara rela sendirian naik kereta api jurusan Surabaya – Jember, turun Stasiun Pasuruan, dan tinggal jemput atau antar. Jarak Stasiun Pasuruan ke hotel cuma 700 meter, tak sampai 5 menit.

Satu setengah tahun berlalu hingga kini tak tampak ada yang berubah wajah hotel ini. Hotel Daroessalam dengan konsep “Syariah Heritage Hotel” berlokasi di Jalan Soekarno Hatta 41-43, telepon 0343 5616000, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Gaya arsitektur hotel yang asalnya rumah hunian milik seorang Kapitein China Pasuruan menggabungkan elemen Indische dan Tionghoa.

Bangunan dengan teras depan berpilar, langit-langit tinggi dari metal embos, sepanjang rusuk rumah ada koridor, pintu dan jendela besar, lantai marmer dan ubin indah, serta ruang dalam saling terhubung. Ciri khas Tionghoa yakni dari struktur atap pelana. Permukaannya segitiga dan trapesium dengan sudut kemiringan tajam, dari samping tampak tinggi atapnya dua kali tinggi dinding.

Memasuki bangunan depan, perabotan mebel klasik dari menjalin dan lampu gantung, ruang dalam dengan sederet meja besar segi empat dari kayu jati lengkap dengan kursi. Lampu gantung lebih banyak lagi. Sudut kiri depan ada meja reception dengan berlatar jam dinding lima negara, sudut kanannya ada meja Hanif Fachir Thalib (51), sang owner, dengan rak buku di sampingnya.

“Di bagian tengah ada bekas altar, dan belakang ruang di sudut kiri dan kanan ada menja bundar plus kursi, almari dan hiasan dinding . Di belakang ada taman dan kolam renang tak seberapa luas. Yang sedikit beda, air mancur di sisi kiri bangunan utama sedang benahi, jadi tak ada suara gericik air,” kata saya.

Bangunan panjang di samping kanan dan kiri bangunan utama dahulu oleh saudagar Arab asal Yaman bernama Muhammad bin Thalib, kakek Hanif Fachir Thalib, digunakan untuk guest house bagi para pedagang luar daerah yang tidak memiliki tempat menginap di Pasuruan. Pemilik rumah menjamu para tamu tersebut tanpa menarik biaya. Kini, yang kiri depan jadi resto.

Sebenarnya sejarah keberadaan Hotel Daroessalam, alisson.id sudah menulisnya pada 4 Maret 2022 lalu yang bersumber dari dari sang pemilik langsung saat usai sarapan di reatonya, setelah mancal sepeda berdua dengan Ady Setyawan dari Surabaya. Itu bisa dibaca di sini : https://www.alisson.id/daroessalam-hotel-syariah-heritage-hotel-pasuruan-rumah-hunian-tahun-1800-disulap-jadi-hotel/

“Saya cinta bangunan kuno, saya sangat menyayangkan sekali bilamana ada bangunan kuno dirobohkan, lalu dibangun kembali bangunan baru. Saya pertahankan ini, karena atas permintaan saya kepada Fachir Thalib (1939-2015), almarhum ayah saya,” pungkas Hanif saat mengobrol bersama Sylvi Mutiara dan saya di ruang meja pribadinya.

Anda yang tertarik blusukan di bangunan kuno dan bersejarah bisa menikmati sensasi suasana kekunoannya dengan menginap di sini. Yang saya rasakan, jauh dari suasana horror koq. Cocok buat acara bersama keluarga, komunitas, maupun acara lainnya. Yang pasti, kalian bisa manfaatkan properti antik, artistik, dan kekunoan untuk explore pose-posemu dengan sepuasnya.

Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda


Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Hotel Daroessalam tampak dari depan
Sylvi Mutiara foto bersama Hanif Fachir Thalib, owner Hotel Daroessalam Pasuruan
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Sylvi Mutiara foto bersama Hanif Fachir Thalib, owner Hotel Daroessalam Pasuruan
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Ruang tengan view apik buat berfoto
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Ruang tengan view apik buat berfoto
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Ruang utama nyaman buat santai bersama keluarga
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Di belakang tengah bekas altar persembahan
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Kaca jendela apik buat background foto
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Kalau lagi ghibah jangan seru-seru yah….
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
:Makasih jamuan rawon Gadang, Pak Uki,” kata saya
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Usai Salat Subuh hirup udara segar di teras kamar
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Balapan menghitung bintang
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Sarapan pagi bareng, rayakan ultah Yoyog (6/80 dan Jibril (1/8)
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Tanggung gak memabukkan koq, Bu.
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Sarapan pagi bareng, rayakan ultah Yoyog (6/80 dan Jibril (1/8)
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Limoen merk Linggarjati, segar pakai es batu.
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Congrats…, Jibril. Semoga barokallah ilmumu.
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Manfaatkan properti buat pose
Jejak Cerita Mata Lensa
Hotel Daroessalan Pasuruan : Kini Saya Datang Lagi, Namun Tak dengan Mancal Sepeda
Manfaatkan properti buat pose

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *