Saat tertentu emosi dapat menggerakkan dan mengendalikan seseorang untuk menghadapi hal-hal penting dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi kadang emosi justru mengantarkan seseorang menghadapi aneka permasalahan. Emosi dapat terjadi pada individu mapun secara kolektif, seperti pada unjuk rasa atau demontrasi.
Agus Ali Fausi, Kepala Instalasi Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo , dalam bukunya Emotional Wellness, bahwa terjadinya emosi mengantarkan seseorang menghadapi aneka permasalahan yang mengakibatkan reaksi emosional tidak layak dalam tiga hal.
Pertama, seseorang merasa dan menunjukkan emosi yang benar tetapi dalam intensitas yang tidak tepat. Hal ini digambarkan dengan adanya rasa cemas yang berlebihan. Jika seseorang terlalu cemas, maka yang muncul kemudian berubah menjadi ketakutan.
Kedua, seseorang merasa dan menunjukkan emosi yang sesuai, tetapi menunjukkannya dengan cara yang keliru. Misalnya, marah atau jengkel itu dapat dibenarkan.
Tetapi jika dilampiaskan dengan membenamkan diri ke dalam kebisuan maka itu tidak produktif. Hal itu sama saja dengan marah atau jengkel diekspresikan dengan berlebihan.
Lanjutnya, yang ketiga masalahnya bukannya menjadi ketakutan atau menunjukkannya dengan cara keliru, tetapi bagaimana seseorang menyadari akan sikap emosinya di kemudian.
Mengapa emosi tidak tepat itu dapat terjadi? Dapatkah seseorang menghapus pemicu emosi tersebut secara tuntas?
Agus menggambarkannya dalam ilustrasi, jika seseorang menyerobot antrean di depan kita, maka kita tidak perlu marah.
Harapannya, seseorang dapat mengubah reaksi emosional sehingga malah dirinya terhibur atau bangga karena dapat memberikan kesempatan kepada orang lain.
Kukannya marah saat seseorang menyerobot antrean, karena emosi yang dimanifestasikan dalam bentuk kemarahan sama halnya menyakiti diri sendiri.
Emosi sangat menentukan kualitas hidup seseorang. Keberadaanya dapat muncul setiap saat dalam interaksi dengan orang lain, keluarga, persahabatan, dan tempat kerja karena mereaksi suatu.
Emosi dapat membimbing untuk bertindak realistis, atau sebaliknya mendorong bertindak sembrono bahkan brutal.
Barangkali tidak mempunyai banyak kendali sehingga membuat seseorang emosional. Namun, setidaknya dapat melakukan beberapa perubahan cara bereaksi dan berperilaku saat emosional.
Pasti ada solusi, mengapa harus emosi?