Memiliki banyak teman atau relasi yang siap membantu, diterima di berbagai lingkungan atau komunitas, membuat seseorang tidak sendirian merupakan sesuatu yang mengasyikkan. Jika kaum muda milenial tertarik memperluas hubungannya dengan orang lain dan membentuk komunitas adalah sesuatu yang normal.
Aktivitas kebersamaan dengan keluarga, teman-teman, atau orang lain di sekitar akan membuat perasaan lebih nyaman dan terbentuknya sikap percaya diri. Di samping itu, banyak hal dapat dipikirkan dan dikerjakan bersama-sama dengan orang yang ada di dalamnya.
Luasnya pergaulan dapat berdampak positif bagi kaum muda milenial, seperti meningkatkan kerja sama, toleransi, saling menghargai, percaya diri, dan lainnya. Namun, ibarat dua sisi mata pisau, kekompakan kelompok muda usia sebaya selain berdampak positif juga bisa berkembang ke arah dampak negatif. Peran kontrol orangtua, guru, atau orang kepercayaan itu penting.
Sering kita baca atau dengar berita media tentang tawuran antarkelompok remaja, munculnya geng-geng atau kelompok remaja yang berangkat karena kesamaan latar belakang sosial, sekolah, daerah, atau hobi dan sebagainya. Aktivitas mereka kadang menggannggu ketenteraman lingkungan sekitar. Rupanya ada pergeseran memaknai nilai kekompakan menjadi hal negatif, menjadi vandalism, brutal, dan karakter tak terpuji.
Nita Chandra dalam bukunya Belajar Bersatu menjelaskan bahwa keinginan manusia untuk membentuk hubungan dengan orang lain dan lingkungannya timbul karena dorongan rasa ingin tahu. Hal ini berlangsung dimulai sejak dari dalam keluarga hingga ke lingkungan di luar keluarga.
Hubungan sosial, lanjutnya, diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya, dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Biasanya masing-masing individu dalam kesatuannya mempunyai kesamaan pandangan atau seia sekata terhadap sesuatu yang telah disepakati sebelumnya.
Berinteraksi dengan orang lain merupakan konsekuensi manusia sebagai makhluk sosial. Bagaimana tantangan bersosialisasi bagi kaum muda milenial dalam kehidupan sehari-hari? Jawabnya, tentu bermuara pada kualitas pribadi masing-masing sampai mereka dapat menemukan beberapa alasan mengapa membangun pergaulan itu penting.
Kecerdasan Sosial Salah Satu Modal
Tuhan telah membekali setiap individu dengan kecerdasan sosial untuk membantu mereka dapat berkomunikasi dengan baik dan menjalin hubungan. Bergaul merupakan kebutuhan manusia untuk berinteraksi kepada sesamanya. Kecakapan bergaul seseorang akan menentukan bagaimana posisinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Mengutip wikipedia.org, kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk secara efektif menavigasi dan bernegosiasi dalam interaksi dan lingkungan sosial. Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk sukses secara sosial. Kemampuan ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap individu agar nyaman dalam menjalani hidup.
Berlatih kemampuan bergaul dapat dimulai dengan melatih berkomunikasi dengan seseorang ketika sedang berhadapan dan berbicara. Dalam hal ini, di samping mengandalkan kemampuan otak dan bahasa tubuh, diperlukan pula pengendalian kemampuan bagi setiap individu untuk merangsang perkembangan kecerdasan sosial.
Tips Menjadi Pribadi Pandai Bergaul
Pada hakikatnya sebagai makhluk sosial Tuhan telah memberikan anugerah berupa kemampuan kecerdasaan sosial, namun setiap individu mesti melatih diri agar kemampuan itu terus berkembang. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepampuan tersebut
Membaca Bahasa Tubuh
Media bahasa tubuh tak dapat dilepaskan ketika seseorang sedang berkomunikasi dengan orang lain. Seseorang mesti dapat memproyeksikan citra diri melalui bahasa tubuh dan mampu membaca orang lain melalui bahasa tubuh mereka. Agar dapat memberi aura positif kepada lawan bicara, seseorang perlu mengkondisikan diri merasa nyaman dan rileks untuk mencitrakan rasa percaya diri.
Sepandai atau sebaik apapun perasaan dan pikiran disembunyikan, pada akhirnya akan terbaca juga melalui bahasa tubuh. Kenali bahasa tubuh orang lain, apakah mereka tidak merasa nyaman, jemu, antusias, atau gelisah, maka anda dapat menentukan sikap dan kata-kata selama berkomunikasi.
Senyuman, salam, percakapan ringan, gerak tubuh menunjukan keakraban, dan berjabat tangan sebagai langkah awal memberikan kesan yang baik.
Pendengar yang Baik
Tindakan yang paling efektif untuk menunjukan rasa menghargai dan perhatian pada seseorang adalah dengan cara mendengarkan apa yang sedang dikatakannya. Mendengarkan bukan berarti menjadi pasif dalam komunikasi. Sikap mendengarkan dapat membuat seseorang tidak saja mengerti apa yang dikatakan, Tetapi juga memahami bahasa tubuh orang lain, sehingga dapat memahami apa yang mereka rasakan.
Ketika seseorang sedang mendengarkan, ada kesempatan waktu luang untuk berpikir. Bila ada kesempatan menjawab, beri jawaban spontan dan perhatikan bahasa tubuhnya, dan cari makna yang tersirat dalam ucapannya. Hal ini akan membuat seseorang menjadi seorang pendengar yang aktif, dan benar-benar mengikuti apa yang dikatakan oleh mitra bicaranya.
Membangun Komunikasi
Meninggalkan kesan positif pada orang-orang yang dijumpai sebagai langkah awal dapat membangun komunikasi yang baik. Walaupun sebelumnya hanya sekedar perjumpaan dan perkenalan yang tak disengaja dapat menjadi akrab, bahkan menjadi teman sejati yang akan saling menguntungkan untuk kedua belah pihak.
Membangun komunikasi dapat dimulai dengan bahasa tubuh yang menampilkan sikap positif seperti menjabat tangan dan tersenyum. Pertahankan tatapan mata selama percakapan agar mitra bicara merasa mendapat perhatian. Bersikap ramah, rileks, percaya diri diselingi dengan joke-joke segar akan menciptakan suasana cair penuh keakraban.
Menjalin komunikasi dengan orang lain dengan saling bertukar ide dan informasi tentang topik-topik yang menarik. Kenali karakter mitra bicara dan tunjukkan bahwa kehadirannya adalah penting dan istimewa. Selalu bersikap hormat, gunakan bahasa sesuai dengan situasi untuk menciptakan suasana penuh senyum, tawa, dan menyenangkan selama berkomunikasi. Akhiri percakapan dengan suasana yang baik dan gembira.
Siap Bernegosiasi
Tidak memaksakan pendapat sendiri, meskipun seseorang menganggap pendapatnya itu solusi yang benar. Jalan kesepakatan harus dicapai tanpa meninggalkan rasa benci dan tidak suka antara kedua pihak. Tujuan negosiasi adalah agar bisa tercapai kesepakatan antara semua pihak yang terkait. Untuk itu, penting apabila seseorang bisa menghormati pihak lain, menghargai sudut pandang masing-masing.
Ibarat seorang pedayung kano, dengan lincahnya mengendalikan kanonya berkelak-kelok di antara aliran sungai deras, di antara bebatuan dan pepohonan. Seseorang harus dapat mengendalikan segala konflik, kesalahan dan situasi yang timbul dengan proses negoisasi yang baik. Negosiasi dikenal bukan hanya di bisnis atau dunia kerja saja, namun negosiasi juga sangat penting dalam pergaulan sehari-hari.
Berpijak pada Etika Sosial
Penting kiranya jika seseorang harus memahami budaya-budaya lain yang memiliki tata krama atau kebiasaan yang berbeda. Perbedaan kultur budaya sering menghambat terjadinya interaksi sosial. Untuk itu, disarankan bagi setiap individu agar mempelajari perbedaan kultur tersebut sehingga interaksi antarpersonal dapat berlangsung dengan baik.
Sikap sopan santun adalah bagian yang tidak terpisahkan dari interaksi sosial. Sopan santun dibutuhkan ketikaseseorang menghadapi orang-orang dengan berbagai latar belakang watak dan perilaku. Jika ingin mempertahankan hubungan baik, penting untuk selalu memperlihatkan penghargaan diri kepada orang lain.
Secara naluri, hampir setiap individu merasa senang jika dihargai. Sikap menghargai dapat ditunjukkan dengan tidak lupa untuk selalu mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih dapat diberikan atas bantuan yang telah diberikan, atas penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan dengan baik, atau karena hal-hal lain. Dapat pula dengan memberikan kejutan kecil dengan hadiah sesuatu saat hari-hari penting bagi mereka.
Menutup tulisan ini, kecerdasan sosial sebenarnya dapat ditumbuhkembangkan selama seseorang mampu memberi stimulasi kepada orang lain agar bertumbuh, kreatif, ramah dan bersikap bersahabat. Semuanya bisa dimulai dengan rasa percaya diri dan bersikap terbuka ketika memulai interaksi dengan orang lain. Yukkā¦, dicobaā¦.