Mengawali sebuah percakapan memang tidak mudah. Namun, jika seseorang dapa tmenjalin percakapan yang baik, itu adalah awal yang baik untuk upaya memperlebar jaringan.
Hubungan atau sebuah relasi dibangun dari sebuah percakapan dan dialog. Jadi, bagaimana seharusnya memulai sebuah percakapan dan dialog yang baik?
M. Arief Hakim dalam bukunya ‘Pesan-Pesan untuk Kaum Muda’ memaparkan bahwa untuk menjalin sebuah relasi para remaja kadang kala mengalami kesulitan dalam hal komunikasi dan dialog. Ini bisa terjadi di dalam kelurga, sekolah, komunitas, masyarakat, dan lain-lain.
Relasi yang baik antarmanusia adalah terciptanya rasa adil dan setara. Dengan ini, komunikasi dan dialog bisa berjalan secara baik. Yang perlu dikembangkan para remaja yakni komunikasi dan dialog secara sehat serta membangun relasi antarsesama dengan adil dan setara.
Dalam keluarga para remaja bisa dialog tentang berbagai hal dengan anggota keluarga lain, entah bapak, ibu, kakak, adik, kakek, nenek dan seterusnya. Masing-masing berhak melontarkan argumentasi yang objektif.
Berani menanggalkan ‘ego’ dan berlapang dada untuk mengakui argumentasi pihak mitra dialog yang mungkin lebih baik, mungkin juga sebaliknya. Dalam komunikasi dan dialog, sebaiknya tidak ada pihak yang merasa dipaksa atau memaksakan kehendak.
Faktor usia tidak jadi masalah. Yang lebih tua tidak serta merta lebih baik dan lebih bijak dibandingkan yang lebih muda. Keduanya mesti saling siap untuk belajar dan mengambil pelajaran dari yang lain.
Dialog yang seimbang merupakan hal yang lebih baik. Saling membuka diri. Keduanya tidak saling mengklaim merasa paling benar. Kodrat manusia adalah relatif. Artinya, manusia kadang bisa benar, kadang juga bisa salah.
Untuk itu, setiap individu perlu introspeksi diri dan saling belajar antarsatu dengan lainnya. Dalam kondisi seperti ini, maka pertentangan, pertengkaran, saling ngotot, apalagi benci dan dendam tidak akan terjadi.
Entah itu antara para remaja dengan orangtua, saudara, teman, komunitas, dan lain-lain. Setiap persoalan dapat diselesaikan dengan membangun kesepahaman antara yang terlibat dalam komunikasi dan dialog tersebut.
Sebagai remaja sebaiknya tidak bersikap picik, melainkan selalu bersikap terbuka, demokratis, dan siap belajar untuk memungut hikmah dari siapa pun. Namun, juga tidak gampang didikte, dicekoki maupun diindoktrinasi.
Jalan tengah terbaik yakni dapat mengelola komunikasi, dialog, dan saling belajar secara seimbang dan proporsional. Di samping bertindak cerdas, kritis, dan cepat tanggap terhadap suatu situasi.
Semua itu, tentu berpulang dalam koridor hal positif. Maka, bukalah kran komunikasi dan dialog, tanggalkan keegoan, dan jadi pendengar yang baik supaya berbagai hikmah positif didapat.