Jika pernah menonton film Filosofi Kopi (2015), yakni film besutan sutradara Angga Dwimas Sasongko, ada dialog menarik. Filosofi Kopi adalah film nasional hasil kompilasi dari kumpulan cerita pendek dan prosa karya Dewi Lestari Simangunsong, atau dikenal nama penanya dengan sebutan Dee, yang diluncurkan pada 2006. Begini salah satu cuplikan dialognya.
“Cuma segelas kopi yang bercerita kepadaku bahwa yang hitam tak selalu kotor dan yang pahit tak selalu menyedihkan.”
Jika berbicara tentang kopi, minuman dengan rasa pahit atau paduan pahit manis sering dimaknai dengan hal-hal filosofis. Bisa tentang pahit manis kehidupan, cinta, rindu, benci, hingga patah hati. Setiap orang memiliki filosofi tersendiri tentang kopi yang diminumnya. Begitu pula dengan suasana yang dia rasakan saat menyeruputnya. Paduan antara rasa dan filosofi dari yang meminum kopi, lahirlah filosofi kopi.
Setiap individu tentu mempunyai cara pandang, selera, maupun takaran yang berbeda, maka ia bebas mau bagaimana memaknainya. Menurut Parto, kopi enak itu bila rasa manisnya berasa, tetapi Pardi tak suka itu. Ia lebih merasakan nikmat kopi bila paduan kopi dengan gula seimbang. Namun, bagi Komunitas Perempuan Penulis Padma (Perlima), kopi enak itu bila disajikan Kopi Tanpa Gula.

Kopi Tanpa Gula adalah judul antologi keempat Perlima yang peluncurannya pada Sabtu, 27 Mei 2023, di Wisma Jerman, Jalan Taman AIS Nasution 15 Surabaya. Peluncuran kumpulan pentigraf itu disemarakkan dengan pembukaan pameran sketsa karya pelukis Yoes Wibowo. Goresan sketsanya merupakan respons atas kisah-kisah yang dituliskan dalam buku tersebut.
Tjahjani Retno Wilis, Ketua Perlima, menjelaskan bahwa pentigraf adalah tantangan baru bagi Perlima. Itu karena rangkaian utuh sebuah cerita yang secara struktur terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup tersebut tidak boleh diuraikan lebih panjang dari tiga paragraf. Namun, seluruh unsur cerita pendek tetap harus hadir di sana. Termasuk dialog, konflik, dan penyelesaian masalah.
“Menulis cerita pendek dalam tiga paragraf. Ini seperti mantra baru yang membuat penasaran,” tambah Tjahjani Retno Wilis.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Tengsoe Tjahjono, M Pd., menuturkan bahwa Kopi Tanpa Gula merupakan karya pentigraf pertama Perlima itu istimewa. Sebab, meskipun lahir dari dua sesi pelatihan yang diampunya pada September dan Oktober 2022, buku kumpulan pentigraf itu jauh dari kesan coba-coba.
“Tidak terasa sebagai produk pemula,” tegas pengajar senior di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Peluncuran Kopi Tanpa Gula bertepatan dengan peringatan Hari Jamu Nasional 2023, aneka macam jamu dingin dalam cup kecil persembahan PT. Jamu Iboe turut mewarnai sajian yang disuguhkan kepada tamu undangan. Hal ini sebagai bentuk kolaborasi Perlima dengan Jamu Iboe dalam melestarikan warisan budaya minum jamu, namun dikemas secara modern.
Mike Neuber, direktur Wisma Jerman, dalam sambutannya mengatakan bahwa Wisma Jerman menjadi saksi, betapa merayakan budaya itu selalu mendatangkan sukacita. Wisma Jerman pun mempunyai Divisi Budaya.
“Kami selalu menyambut baik dan mendukung segala kegiatan yang berkaitan dengan literasi. Apalagi, Wisma Jerman pun punya divisi budaya,” pungkas Mike Neuber.
Perempuan Penulis Padma (Perlima) adalah komunitas yang pendiri, pengurus, dan seluruh anggotanya adalah perempuan. Perlima ini terbentuk pada 30 Maret 2021. Sesuai prinsip dasarnya, Perlima yang didirikan oleh Wina Bojonegoro bertujuan untuk mencerdaskan perempuan Indonesia melalui literasi. Kelas menulis dengan beragam tema, bedah buku, dan berbagi ilmu menjadi agenda rutin Perlima. Beranggota sebanyak 108 dan tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Turut memeriahkan suasana Peluncuran Kitab Pentigraf Kopi Tanpa Gula, perform solo guitar Danny Heru Dwi Hartanto, salah satu anggota Komunitas Mata Hati (KMH), yakni komunitas penyandang tunanetra. Danny Heru Dwi Hartanto adalah alumnus Magister Kebijakan Publik (MKP), Fisip Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
