Ladang-Ladang Belajar Kesabaran

  • FIKSI
Ladang-Ladang Belajar Kesabaran
Share this :

“Kraakk…! Byaaarrr…, kracak-kracak, kracak-kracak…,” tiba-tiba bunyi tenda hampit ambruk sembari menumpahkan air gara-gara tak muat menampung guyuran air hujan selama lebih dari tiga jam. Kejadian tak disangka membuat sosok pehobi fotografi terjatuh saat usai meliput even konser amal untuk pembangunan sebuah masjid. Kebetulan ia sebagai tim dokumentasi dari yayasan inisiator konser amal tersebut. “Ya, Allah!”, teriaknya secara reflek sambil menghindar dari tenda yang ia naungi bersama lima kru panitia yang sedang berteduh menunggu jemputan untuk pulang ke base camp para artis pendukung konser amal beserta kru mereka, dan juga segenap panitia.

“Aduuhh….” sambil memegang kamera di tangan kanan dan HP di tangan kiri, ia itu mengaduh tergeletak kesakitan di lantai berbatu halaman Istana Pagaruyung, tempat konser amal itu dilaksanakan. Engkel kaki kirinya terseret saat jatuh. Terkilir, dan bengkak seketika. Dua minggu berjalan kondisi engkel belum membaik. Diurut tukang pijat sudah, dikompres es batu sudah, dioles produk penghangat pun sudah. “Kakimu mesti dibawa ke dokter, khawatir kenapa-napa,” saran Sylvi Mutiara, teman di komunitas kesejarahan. Terbawa rasa khawatir itu, pergi ia ke rumah sakit tujukan yang dikirim dari Puskesmas untuk kategori BBJS, fasilitas kesehatan yang kerakyatan dan minimalis.

Tak seperti memanggil tukang urut urat atau tukang pijat di kampung, bila ia sanggup pasti datang segera. Di rumah sakit tentu beda, mesti ikuti prosedur. Antre. Lima jam sudah berlalu, dipanggil pun belum. Sementara rasa nyeri kaki dan lapar tak mau kompromi. Pun baterai gadget di tangan sudah habis daya. Pasrah. Selama menunggu antrean dengan rasa galau, tiba-tiba ia rasakan ada suara alam berbisik kepadanya. Mesti maklumi fasilitas BBJS orang harus bersabar antre. Lagian sakit itu sebenarnya cara belajar kesabaran, dan menunggu itu kesempatan merenung dan menemukan hikmah dalam suatu momen. Keduanya itu ladang-ladang belajar kesabaran. “Nomor urut 7 disilakan,” suara panggilan perawat jaga itu menjadikannya kaget. Membuatnya berdiri, lantas bergegas berjalan. Dari kejauhan tampak ia bak ditelan pintu, samar-samar masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

Di sebuah rumah sakit, Rabu (10/1/2024) malam.

Ladang-Ladang Belajar Kesabaran
Illustration of diverse people seated in public waiting room

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *