Lukisan ‘The Grand Old Man’ Punya Tuan Baru, Sekdaprov Jawa Timur. Siapa Tokoh ‘The Grand Old Man’, Ini Kata Edy Marga, Pelukisnya

  • EDUKASI
Lukisan ‘The Grand Old Man’ karya Edy Marga
Share this :

Lukisan The Grand Old Man adalah salah satu dari sekian banyak lukisan yang digelar di salah satu sudut Pendopo Gedung Cak Durasim, Jalan Gentengkali 85 Surabaya, Jawa Timur, saat acara pembukaan pameran dengan titel Semangat Membangun Negeri dimulai. Pembukaan acara pameran dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Senin (27/11/2023).

The Grand Old Man, merupakan salah satu dari 46 lukisan dengan berbagai aliran seni lukis karya 27 perupa dari berbagai daerah di Jawa Timur yang dipamerkan di Galeri Prabangkara, Jalan Genteng Kali 85 Surabaya hingga tanggal 3 Desember 2023. Rupanya mujur bagi The Grand Old Man, usai pembukaan acara lukisan karya Edy Marga tersebut langsung sold out.

Lukisan ‘The Grand Old Man’ karya Edy Marga
Lukisan ‘The Grand Old Man’ karya Edy Marga, salah satu anggota Roode Brug Sorabaia

“Lukisan dengan media water color on paper ukuran 50×50 cm itu, kini mempunyai tuan baru, yakni Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Timur Adhy Karyono,” jelas Edy Marga.

Edy Marga menuturkan bahwa yang mendapatkan julukan The Grand Old Man adalah Haji Agus Salim. Beliau mendapat julukan tersebut lantaran kepiawaiannya dalam melakukan perundingan dengan negara-negara Arab dan memimpin delegasi Indonesia di forum PBB pada 1947. Julukan ini menggambarkan penghargaan terhadap kebijaksanaan dan pengalaman politiknya.

“Suasana yang saya tuangkan dalam lukisan, menurut saya adalah suatu peristiwa yang dramatis. Yakni, saat detik-detik beliau ditangkap Belanda bersama Bung Karno dan Bung Hatta di Jogyakarta untuk diterbangkan ke pengasingan di Sumatera Utara. Tampak dengan tatapan tegar meski dikelilingi pasukan Belanda seolah ia berkata, Saya akan hadapi kalian semua!,” tuturnya.

Lukisan ‘The Grand Old Man’ karya Edy Marga
Pameran lukisan “Semangat Membangun Negeri” dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak

Dalam lukisan itu, lanjutnya, saya menunjukkan bahwa suasana tersebut merupakan momen yang mencerminkan keberanian dan keteguhan hati Haji Agus Salim dalam menghadapi penangkapan oleh Belanda. Di samping juga menunjukkan ekspresi wajah beliau yang penuh dengan keberanian dan tekad yang kuat, meski dikelilingi oleh pasukan Belanda.

“Melalui lukisan ini, di samping saya berusaha untuk menangkap esensi dramatis dari momen tersebut, saya berharap dapat menginspirasi orang lain untuk memiliki sikap keberanian dan semangat perlawanan dalam menghadapi tantangan hidup sebagaimana yang ditunjukkan oleh salah satu Pahlawan Nasional ini, pungkas salah satu anggota Roode Brug Soerabaia.

Lukisan ‘The Grand Old Man’ karya Edy Marga
Pengunjung foto di samping “The Grand Old Man”

Mengutip dari id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim, Haji Agus Salim lahir dengan nama Masjhoedoelhaq, berarti ‘pembela kebenaran’, pada 8 Oktober 1884 dan meninggal pada 4 November 1954 adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961

Penetapan tersebut melalui Keputusan Presiden Indonesia Nomor 657 tahun 1961. Pekerjaan yang ditekuninya adalah sebagai orator dan penulis. Haji Agus Salim menguasai empat bahasa asing di Eropa, yakni bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Jerman dan bahasa Prancis. Juga dua bahasa asing di Timur Tengah, yaitu bahasa Arab dan bahasa Turki, serta bahasa Jepang.

Lukisan ‘The Grand Old Man’ karya Edy Marga
Ruang Galeri Prabangkara Jalan Genteng kali 85 Surabaya

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *