Malaikat, Langit, dan Bumi Menangis di Saat Akhir Ramadan, Manusia Justru Malahan Gembira

Malaikat, Langit, dan Bumi Menangis di Saat Akhir Ramadan, Manusia Justru Gembira
Share this :

Dari Jabir RA, dari Nabi Muhammad SAW, “Ketika datang akhir malam bulan Ramadan, langit-langit dan bumi, para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad SAW. Rasulullah pun ditanya, “Musibah apa itu ya, Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Lenyaplah bulan ramadan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadan dikabulkan, sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan, dan adzab ditolak.”

Demikian kutipan dari isi khotbah Salat Idulfitri 1444 Hijriyah yang disampaikan oleh Khatib, K.H. Musta’in Rowi, di Masjid Attanwir Pandugo, Kelurahan Penjaringansari, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Sabtu (22/4/2023) pagi, bertepatan pula dengan 1 Syawal 1444 Hijriyah.

Ramadan, waktu dalam rentang tiga puluh hari berlalu telah berlalu meninggalkan kita. Hari ini, ada juga yang kemarin, masyarakat muslim merayakan hari kemenangan. Usai Salat Idulfitri mereka berbondong-bondong silaturrahim ke lingkungan tetangga, lingkungan kampung, atau pergi ke sanak famili. Juga gebyar pesta petasan di sana sini melengkapi semarak kegembiraan suasana Idulfitri.

Menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat muslim bahwa merayakan Idulfitri mesti ditandai dengan semua seba baru. Pakaian plus perhiasan; mungkin juga perabotan, barang elektronik bahkan kendaraan. Pun dengan menu makanan di hari spesial itu, juga harus istimewa, beda dengan hari-hari biasa. Belum lagi maraknya pesta petasan di berbagai tempat yang tak memedulikan apakah mengganggu atau tidak.

Di sisi lain, ada sikap berbanding terbalik. Jika manusia gembira menyambut Idulfitri, tidak demikian bagi para malaikat, langit dan bumi. Malaikat, makhluk ciptaan Allah SWT yang senantiasa bertasbih memuji-Nya, dan diciptakan hanya untuk menghamba kepada-Nya semata, begitu sedih menyaksikan kepergian bulan suci Ramadan. Apa sebab?

Malaikat bersedih atas kepergian bulan Ramadan lantaran begitu sayangnya kepada umat Nabi Muhammad SAW. Saking mulianya bulan Ramadan, dianugerahkan kepada umat Nabi Muhammad SAW, yang di dalamnya terdapat suatu malam yang menyimpan pahala berlipat ganda, berupa kebaikan yang setara dengan seribu bulan, yaitu lailatul qadar.

Seperti yang disebutkan hadist tersebut, layak dikatakan jika langit dan bumi pun menangis menyaksikan kepergian bulan Ramadan, karena cintanya kepada umat Rasulullah SAW. Betapa tidak, selama bulan suci penuh berkah ini, dosa-dosa diampunkan, sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan, adzab ditolak, dan pintu taubat dibuka lebar-lebar.

Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Sekiranya umatku ini mengetahui kebaikan di bulan Ramadan, niscaya mereka menginginkan agar sepanjang tahun ini semuanya menjadi Ramadan,” (HR. Ahmad).

Berakhirnya bulan Ramadan, berarti kita telah kehilangan bulan penuh kemuliaan dan ampunan. Seharusnya kita bersedih, lantaran kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tersebut belum tentu dapat kita raih pada tahun-tahun berikutnya. Menyambut Idulfitri dengan sikap berlebihan satu pertanda menunjukkan bahwa kita masih belum memahami hakikat bulan Ramadan.

Sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW dalam sabdanya : “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan karena Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Bukhari-Muslim).

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *