Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang

Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Share this :

“Merdeka…, merdeka…, merdeka! Ayo, serbu…, serbuu…, serbuuu…! Tar tor…, tar tor…, tar tor…! dsiiiing…, bleeenggg…. Awas…, waspada ada musuh! Seraaanng…! Merdekaaa…!”

Teriakan-teriakan bersahutan mengobarkan semangat di antara desingan peluru bersahut-sahutan, dentuman meriam, asap mengepul di medan laga pertempuran sedang berkecamuk. Itu sebagai gambaran suasana teatrikal Mancakrida Gerilya Semesta 2023 yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta bekerja sama dengan Komunitas Djokjajarta 1945, dan aparat setempat di Pedukuhan Nogosari, Desa Selopamioro, Imogiri – Bantul, Minggu (5/3/2023).

Manca Krida Gerilya Semesta merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, dengan mengajak para peserta yang berasal dari komunitas penggiat sejarah yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Mereka diajak untuk turut serta secara langsung dalam acara yang dikemas dengan drama teatrikal sehingga dapat merasakan nuansa perjuangan pada masa revolusi fisik. Yakni, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.

Para peserta teatrikal Mancakrida Gerilya Semesta berperan membuat reka ulang sebuah peristiwa sejarah sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang berjuang pada salah satu peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Mereka berjumlah lebih dari 200 orang dengan mengenakan seragam atau kostum yang lengkap dengan atributnya, serta setting tempat dan suasana pun disesuaikan. Reka ulang peristiwa sejarah dilakukan sebagai media pendidikan sekaligus hiburan bagi masyarakat, khususnya bagi kaum muda.

Di samping itu, reka ulang yang dikemas dengan drama teatrikal agar mendapatkan rasa, emosi, pengkhayatan, dan aspek yang detail dari sebuah peristiwa bersejarah. Komunitas sejarah tersebut dibagi dalam 9 kompi, seperti kompi saat peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Setiap kompi dengan rute berbeda wajib menyelesaikan games di pos-pos yang disiapkan panitia. Pada pos akhir, bersatunya seluruh kompi, kemudian menyerbu pos militer Belanda yang berlokasi di area Sendang Pedukuhan Nogosari.

Puluhan tentara Belanda tampak terkejut dengan serangan gerilya para anggota TNI dan para pejuang Indonesia. Dengan serta merta, dentuman meriam dan suara rentetan tembakan saling berbalas, memekakkan telinga di area Sendang, tentara Belanda membalas tembakan dengan membabi-buta. Semangat juang tinggi dari TNI dan rakyat membuat mereka kocar kacir, hingga akhirnya mereka mundur, dan sebagian tewas. Bendera Belanda pun diturunkan dari tiang di tengah area Sendang, digantikan kibaran Sang Merah Putih.

Sekilas Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949

Salah satu peristiwa bersejarah yang menjadi tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia adalah Serangan Umum 1 Maret 1949. Peristiwa itu menjadi saksi perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) melawan Belanda di Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan respons dari Agresi Militer Belanda II.

Sebagaimana dilansir dari laman www.gramedia.com/literasi/sejarah-serangan-umum-1-maret, peristiwa ini berawal ketika Belanda melakukan pendudukan terhadap Yogyakarta, yang berstatus sebagai ibu kota Republik Indonesia. Ibu kota negara saat itu dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta karena situasi yang tidak aman setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Menjelang terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949, kondisi Yogyakarta sebagai ibu kota sangat tidak kondusif. Hal ini lantaran Belanda mengeluarkan propaganda ke dunia internasional bahwa Republik Indonesia (RI) sudah hancur dan tentara Indonesia sudah tidak ada.

Letkol Wiliater Hutagalung yang menjabat sebagai penasihat Gubernur Militer III kemudian mengemukakan gagasan, yang telah disetujui oleh Panglima Besar Soedirman dan kemudian dibahas bersama-sama, yaitu:

  1. Melakukan serangan secara serentak di seluruh wilayah Divisi III, yang melibatkan Wehrkreise I, II, dan III;
  2. Mengerahkan seluruh potensi militer dan sipil di bawah Gubernur Militer III;
  3. Mengadakan serangan terhadap satu kota besar di wilayah Divisi III;
  4. Melakukan koordinasi dengan Divisi II agar memperoleh efek lebih besar;
  5. Serangan yang dilakukan harus diketahui dunia internasional
  6. Serangan yang dilakukan harus mendapatkan dukungan dari Wakil Kepala Staf Angkatan Perang agar dapat berkoordinasi dengan pemancar radio milik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), Koordinator Pemerintah Pusat, dan Pendidikan Politik Tentara (PEPOLIT) Kementerian Pertahanan.

Setelah dilakukan perundingan, gagasan yang diajukan oleh Hutagalung akhirnya disetujui, yaitu melakukan “serangan besar” terhadap satu kota besar. Namun, Kolonel Bambang Sugeng yang berstatus sebagai Panglima Divisi III/GM III bersikukuh bahwa yang harus diserang adalah Yogyakarta.

Beberapa alasan penting yang dikemukakan Bambang Sugeng memilih Yogyakarta sebagai sasaran utama, yaitu:

  1. Yogyakarta adalah ibu kota RI, yang akan berpengaruh besar terhadap perjuangan Indonesia apabila dapat direbut, meskipun hanya beberapa jam;
  2. Banyaknya wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta,
  3. Masih adanya anggota delegasi United Nations Commission for Indonesia (UNCI) dan pengamat militer dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);
  4. Yogyakarta berada di bawah wilayah Divisi III/GM III, sehingga tidak perlu persetujuan dari panglima atau gubernur militer lain;
  5. Semua pasukan memahami dan menguasai situasi daerah operasi.

Sri Sultan Hamengkubuwana IX yang berstatus sebagai Raja Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat kemudian mengirimkan surat kepada Panglima Besar TNI, Jenderal Soedirman, untuk memberikan izin diadakannya serangan. Permintaan itu disetujui oleh Jenderal Soedirman. Dia lantas meminta kepada Hamengkubuwana IX untuk melakukan koordinasi dengan Letkol Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III agar melakukan serangan.

Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949

Secara politik, tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah untuk mendukung perjuangan perwakilan RI di Dewan Keamanan PBB yang dipimpin oleh Lambertus Nico Palar, melawan kampanye Belanda yang menyatakan bahwa agresi militernya di Indonesia telah berhasil. Berbanding terbalik dengan hal tersebut, posisi TNI dan para gerilyawan saat itu sebenarnya belum hancur.

Adapun secara psikologis, tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949 untuk mengobarkan semangat juang rakyat dan TNI. Serangan ini dimaksudkan untuk memulihkan, memupuk, dan meningkatkan kepercayaan rakyat kepada TNI. Hal tersebut dikarenakan TNI masih tetap setia kepada tugasnya dan dengan gigih terus berjuang menghalau musuh. Serangan umum 1 Maret 1949 diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi perjuang untuk meningkatkan perlawanan.

Sedangkan secara militer, tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949 yakni untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI masih tetap utuh dan satuan yang tertib. TNI mampu mengadakan perlawanan secara terkoordinasi dan terkonsentrasi serta bertekad setia kepada RI. Selain itu, Serangan Umum 1 Maret 1949 juga membuktikan bahwa keberadaan Belanda di Kota Yogyakarta tidaklah sah.

*

Kesinambungan proses sejarah sangat diperlukan bagi suatu negara. Sebuah proses sejarah yang linier sesuai dengan jiwa, hati nurani, dan pandangan hidup akan menciptakan suatu sejarah yang mengakar dan diakui oleh berbagai kalangan. Proses sejarah yang ideal seperti itu harus mengacu kepada kesinambungan antara masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Maka, kesadaran terhadap sejarah perjuangan bangsa perlu ditanamkan kepada masyarakat, khususnya para generasi muda.

Foto Dokumentasi Reka Ulang
Mancakrida Gerilya Semesta 2023
Pedukuhan Nogosari, Desa Selopamioro
Bantul , Daerah Istimewa Yogyakarta
5 Maret 2023

Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
TNI dan pejuang sedang mengintai musuh
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Para pejuang menangkap tawanan tentara Belanda
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
TNI dan para pejuang bahu membahu bekerja sama
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Mendapatkan jatah makanan di dapun umum
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Segenap pasukan siap bertempur
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Para pejuang sedang siaga di perkampungan
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Mendapatkan bahan pangan dari masyarakat
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Para pejuang mengintai dari balik gubuk di persawahan
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Beberapa dari mereka membaca peta penyerangan
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Pejuang yang lain tetap siaga
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Para pejuang sedang koordinasi
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Pejuang yang lain tetap siaga
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Para pejuang sedang koordinasi
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Para pejuang diaga di garis depan
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Beberapa dari mereka sedang memecahkan sandi-sandi
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Mereka terus bergerak maju untuk persiapan penyerangan
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Mengusir kepenatan mereka main engklek
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Mengusir kepenatan mereka main engklek
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Anggota Kompi Husada
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Bantuan TNI datang
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Bantuan TNI datang
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Pejuang tetap siaga
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Komandan Kompi sedang briefing anggota
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Maghfirotul Laily & Uki Hariyanto, anak dan bapak, peserta dari Kota Malang
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Di tengah-tengan siaga masih sempatkan linting tembakau untuk diisap
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Meski anggota istirahat, komandan Kompi Husada tetap siaga
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Serangan Umum 1 Maret dimulai pukul 06.00
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Terjadi serangan membabi buta , pihak tentara mundur dan sebagian tewas, dan akhirnya menyerah
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Peristiwa penyobekan bendera Belanda bagian warna biru
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Bendera Merah Putih dinaikkan dengan iringan lagu Indonesia Raya
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Seluruh TNI dan para pejunag menghormat bendera di samping pejuang gugur di medan perang
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Situasi sudah kondusif, pasukan mengadakan patroli.
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Acara dihadiri dari pejabat Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta dan segenap pejabat setempat
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Usai teatrikal ditutup rehat untuk makan siang
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Usai teatrikal ditutup rehat untuk makan siang
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Usai teatrikal ditutup rehat untuk makan siang
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Para personil perwakilan dari Roode Brug Soerabaia
Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang
Para personil perwakilan dari Roode Brug Soerabaia

You may also like

1 thought on “Mancakrida Gerilya Semesta Tanamkan Kesinambungan Proses Sejarah Perjuangan Bangsa Antara Masa Lalu, Kini, dan Mendatang”

  1. Sip deh, mengingatkan kembali kepada kita generasi penerus akan sejarah bangsa Indonesia….bravo utk penggagas acara ini dan perlu berkesinambungan……

Leave a Reply to Ami soerono Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *