Masjid Raya Syahabuddin Arsitektur Perpaduan Gaya Melayu dengan Gaya Islam Turki

Masjid Raya Syahabuddin Kabupaten Siak, Provinsi Riau
Share this :

“Selain masih berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Raya Syahabuddin juga merupakan situs cagar budaya. Bangunan masjid yang dibangun pada tahun 1926 dan baru selesai tahun 1935 ini memiliki nilai histories yang tinggi,” tutur Bang Tedd.

Masjid ini dibangun pada tahun 1926 pada masa Sultan Al Said Al Kasyim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II, sebagai Sultan Siak ke-12, dan selesai dibangun pada tahun 1935. Masjid Raya Syahabuddin tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah, lebih dari itu masjid ini juga menjadi salah satu situs cagar budaya.

Masjid Raya Syahabuddin berlokasi di Jalan Sultan Ismail, Kampung Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, sekitar 500 m dari lokasi Istana Siak, sekaligus berdampingan dengan komplek pemakaman Sultan Syarif Kasim II beserta keluarganya.

Nama Syahabuddin berasal dari gabungan kata syah dan al-din, Kata syah berasal dari bahasa Persia yang berarti penguasa, sedangkan kata al-din berasal dari bahasa Arab yang berarti agama. Syahabuddin dimaksudkan sebagai lambang bahwa Sultan atau Raja bukan hanya penguasa negara, melainkan juga sekaligus seorang penguasa agama, atau syahabuddin.

Masjid Raya Syahabuddin telah mengalami beberapa renovasi yang antara lain penambahan pembangunan pada teras bagian kanan dan kiri masjid, meski demikian bentuk aslinya masih tetap dipertahankan dan identitas budaya yang menempel di masjid tetap terjaga hingga kini.

Pada awalnya, Masjid Syahabuddin terletak di Jalan Syarif Kasim, dibangun pada tahun 1882 pada masa pemerintahan Sultan Syarif Kasim I dengan arsitektur sederhana terbuat dari kayu. Pada zaman pemerintahan Sultan Syarif Kasim II pada tahun 1926, masjid dipindahkan secara permanen pembangunannya ke Jalan Sultan Ismail, di tepi Sungai Siak.

Masjid Raya Syahabuddin Kabupaten Siak, Provinsi Riau
Masjid Raya Syahabuddin Kabupaten Siak, Provinsi Riau (Foto : Bang Tedd)

Arsitektur Unik dan Artistik

Masjid Raya Syahabuddin dibangun dengan arsitektur bangunan perpaduan gaya bangunan Melalu dan Turki. Masjid ini berdenah persegi silang, dengan luas bangunan 399.6 m2. Pintu masuk berada di sisi timur, utara, dan selatan.

Bangunan utama ditopang tiang bulat silinder dari beton dengan formasi membentuk lingkaran karena dikelilingi oleh delapan tiang penyanggah lainnya yang membuat langit-langit ruang utama berbentuk segi delapan. Pintu dan jendela bagian atas membentuk lengkung kubah, bagian dalamya berhias tulisan dari petikan ayat-ayat Al Qur’an.

Sedangkan atap masjid berupa atap sirap yang pada bagian puncaknya berbentuk kuncup teratai. Masjid ini mempunyai mihrab dengan ukuran tinggi 2,4 m, lebar 104 cm, dan panjang 210 cm. Di dalam masjid terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu bermotif daun, sulur dan bunga.

Umurnya yang hampir merambah satu abad, masjid ini merupakan saksi bisu dari perjuangan Sultan Siak tatkala harus mempertahankan nilai-nilai Islam dan budaya Melayu di tengah tekanan pihak Belanda yang menguasai wilayah Riau pada saat itu.

Mimbar Masjid Raya Syahabuddin Kabupaten Siak, Provinsi Riau
Mimbar yang terbuat dari kayu bermotif daun, sulur dan bunga (Foto : Bang Tedd)

“Barangkali Anda pergi ke Pekanbaru, sayang sekali jika tak sempatkan berkunjung ke Siak, selain mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura juga menikmati ibadah di masjid kuno, Masjid Raya Syahabuddin, bagi saudara yang muslim,” pungkas pria yang dikenal sebagai seorang arsitek.

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *