Memaknai Sikap Sabar Bergantung pada Konteks dan Perspektif yang Digunakan

  • EDUKASI
Memaknai Sikap Sabar Bergantung pada Konteks dan Perspektif yang Digunakan
Share this :

“Mohon maaf dan bersabar, pihak panitia sedang mengkonsolidasikan ulang kegiatan. Event hanya ditunda karena persoalan teknis,” balasan panitia event pada calon peserta di grup whatsapp.

“Jadi kalo ada yang bilang sabar, ini gak seberapa jika dibandingkan dengan harus nungguin jodohnya orang. Dalam durasi empat tahun, tetapi ternyata gak jadi nikah. Hahahhaha…,” obrolan di grup whatsapp yang sama.

Kutipan kedua kalimat tersebut, saya ambil dari obrolan pagi dengan anggota grup whatsapp. Biasa, setiap pagi selain menyapa dengan ucapan selamat pagi sembari saling mendoakan untuk kesehatan dan kesuksesah hidup. Pun muncul topik-topik obrolan yang kadang jika mau dicermati lebih dalam jadi bahasan yang menarik. Semisal kata sabar dari kedua kutipan tersebut.

Sikap sabar memiliki makna yang beragam, tergantung pada konteks dan perspektif yang digunakan. Dalam konteks umum, sikap sabar dapat diartikan sebagai tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah.

Kata sabar pada kutipan yang pertama, sebagai sebuah upaya panitia untuk mengelabuhi calon peserta even yang telah membayarkan sejumlah uangnya sebagai tanda keikutsertaan even. Padahal even tak terlaksana hingga berganti bulan, bahkan berganti tahun, sedangkan pihak panitia lalu kabur. Kata sabar dilontarkan dengan nuansa bahasa yang halus, namun untuk menipu.

Sedangkan kata sabar pada kutipan kedua sebenarnya masih bersambung obrolan dari kata sabar pada kutipan pertama. Ditipu itu tentu kecewa, sakit hati, emosi, dan lain-lain. Itu agaknya tak seberapa kecewa atau sakit hati jika dibandingkan dengan kegagalan menunggu jodoh. Bisa dibayangkan, seseorang telah empat tahun bersabar membina hubungan dengan calon pasangannya, tiba-tiba batal nikah.

Dua Macam Sikap Sabar

Sabar adalah sikap atau kemampuan untuk mengendalikan diri dan menahan diri dari bereaksi negatif atau impulsif dalam menghadapi situasi yang sulit, frustasi, atau mengecewakan. Meskipun mudah diucapkan, sabar seringkali sulit dilakukan oleh banyak orang.

Mengapa sabar sulit dilakukan? Manusia cenderung bereaksi secara emosional terhadap situasi yang menantang. Ketika seseorang marah, kecewa, atau frustasi, acapkali sulit untuk tetap tenang dan sabar. Emosi negatif ini dapat menguasai diri dan menghambat kemampuan seseorang untuk bersabar.

Di samping itu, ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang tidak pasti atau tidak terduga, seperti masalah keuangan, kesehatan, atau hubungan, sulit untuk tetap tenang dan sabar. Ketidakpastian ini bisa membuat seseorang cemas, gelisah, dan tidak sabar karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ali Bin Abi Thalib, salah satu dari keempat sahabat Nabi Muhammad SAW, membagi kesabaran itu menjadi dua macam, yakni sabar atas sesuatu yang tidak kau inginkan dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini. Ini adalah konsep yang menggambarkan dua aspek penting dari kesabaran.

1. Sabar atas sesuatu yang tidak kau inginkan

Ini mengacu pada kemampuan untuk tetap tenang dan tabah menghadapi situasi atau kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan atau harapan seseorang. Dalam kehidupan, seseorang acapkali dihadapkan pada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kegagalan, penolakan, atau kesulitan.

Dalam hal ini, kesabaran berarti mampu menerima dan menghadapi situasi tersebut dengan ketenangan dan ketabahan. Ini melibatkan mengendalikan emosi negatif dan mengadopsi sikap positif untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

2. Sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini

Ini mengacu pada kemampuan untuk mengendalikan keinginan atau keinginan pribadi yang mungkin tidak baik. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang sering menghadapi godaan untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. Berbeda dengan keinginan berbuat baik, dianjurkan untuk segera melakukannya.

Kesabaran dalam hal ini berarti mampu menunda kepuasan atau menahan diri dari tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut. Ini melibatkan kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri, membuat keputusan yang bijak, dan bertindak dengan tanggung jawab.

Kesabaran dalam kedua aspek ini sangat penting dalam pengembangan pribadi dan hubungan sosial. Dengan memiliki kesabaran, seseorang dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik, mengelola emosi dengan bijaksana, dan membuat keputusan yang lebih baik.

Kesabaran juga membantu seseorang membangun rasa pengendalian diri yang kuat dan mencegah seseorang dari perilaku impulsif atau merugikan. Dalam Islam, kesabaran sebagai salah satu sifat yang sangat dianjurkan, karena dapat membawa keberkahan dan kebaikan dalam hidup.

Mengutip buku Sabar dan Syukur yang disusun oleh Ulya Ali Ubaid, dikatakan bahwa Allah mensifatkan orang-orang yang sabar dengan sejumlah sifat dan menyebutkan kata sabar sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur’an.

Di samping itu, Allah juga menambahkan kepadanya kebaikan-kebaikan dan derajat sebagai buah dari kesabaran. Allah memuji dan mencintai setiap hamba-Nya yang mau bersabar. Sebagaimana bagian akhir dari Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 146, yang artinya: “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”

You may also like

1 thought on “Memaknai Sikap Sabar Bergantung pada Konteks dan Perspektif yang Digunakan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *