Allażī ‘allama bil-qalam (4). ‘Allamal-insāna mā lam ya’lam (5). Artinya: Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Qur’an Surat Al-Alaq 4-5). Beratolak dari kedua ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung manusia dianjurkan untuk menulis sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan.
Bermuara dari Ayat 4-5 Surat Al-Alaq tersebut, Pengurus Takmir Masjid Annur Graha mengadakan sharing tentang menulis dan foto jurnalistik dengan tema “Mengapa Harus Menulis?” Kegiatan diikuti 20 remaja masjid, dilaksanakan di Masjid Annur Graha, Perumahan Graha Gunung Anyar 45 Surabaya, Jawa Timur.
Selain para remaja dan Takmir Masjid Annur Graha, hadir sebagai pemateri yakni Ali Muchson dan Wahyu D. Hadir pula beberapa dari anggota Roode Brug Soerabaia, komunitas kesejarahan Surabaya, yaitu Udaherwibowo, Yoyog, Jibril, Riky, Fatma, dan Bagus Yusuf W., Minggu (25/6/2023) pagi.
Iman Ghozali, Ketua Takmir Masjid Annur Graha menuturkan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mengenalkan dan memberikan wawasan tentang mengapa menulis dan fotografi itu penting kepada para remaja masjid. Harapannya, ke depan agar para remaja masjid ini dapat menggaungkan aktivitas masjid melalui karya-karya literasi positif di media sosial.
“Searus dengan era digital, dan media sosial makin marak begitu masif, kalau bisa kita manfaatkan medsos seperti Instagram, Facebook, dan lain-lain untuk mewartakan hal-hal positif seperti aktivitas masjid. Sehingga syiar masjid ini bisa dikenal lebih luas, tak hanya di lingkungan kompleks Graha Gunung Anyar,” tambahnya.
Dalam paparan saya menyampaikan, menulis itu penting, mengapa? Karena dengan tulisan kita bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Sesederhana apapun, apa yang dituliskan akan bermanfaat bagi yang sedang membutuhkannya. Menulis juga sebagai sarana menyampaikan ide/gagasan, dan berkomunikasi dengan cara selain berbicara.
“Contoh riilnya, seperti penulisan nama jalan atau arah yang hanya satu atau dua kata tapi bermanfaat besar bagi orang yang sedang dalam perjalanan. Tulisan-tulisan dalam buku, surat kabar, blog atau lainnya juga memberi banyak informasi bagi pembaca.”
Oleh sebab itu, menulis penting bagi para kaum meliienial, lebih-lebih para remaja masjid ini yang notabene masih berstatus sebagai mahasiswa. Mahasiswa sebagai bagian masyarakat kampus, kebiasaan menulis sangat diperlukan untuk penyelesaian tugas akhir, melatih berpikir kritis, proses sistematis dalam menyampaikan gagasan, sebagai bukti mahasiswa adalah agen perubahan, dan sebagai personal branding.
“Dalam sharing tentang menulis dikenalkan kepada peserta tentang teknik menulis, ragam tulisan, tips bagaimana agar lancar menulis, dan bagaimana melengkapi tulisan dengan data-data pendukung, seperti kutipan narasumber, tabel, gambar, foto, maupun daftar pustaka,”
Pada kesempatan yang sama, Wahyu D., menambahkan bahwa sebuah tulisan mampu dapat mempengaruhi orang lain, seperti halnya apa yang bisa diteladani dari H.O.S. Tjokroaminoto. Beliau aktif melawan kolonialisme Barat melalui organisasi politik, di samping juga aktif sebagai jurnalis yang mencetuskan ide-ide politik dan mendirikan surat kabar pada zamannya.
H.O.S. Tjokroaminoto dikenal sebagai pelopor gerakan Serikat Buruh di Indonesia, dari ide politiknya melahirkan berbagai ideologi untuk saat itu, di sisi lain beliau juga kerap melakukan kritik terhadap pemerintah Hindia Belanda. Terkenal tulisan-tulisan beliau diberbagai media pada zamannya cukup menyuarakan nilai-nilai perjuangan.
“De Ongekroonde van Java, atau Raja Jawa tanpa Mahkota, itu julukan yang diberikan oleh Belanda kepada H.O.S. Tjokroaminoto. Beliau merupakan tokoh penting pergerakan Indonesia, juga sebagai guru dari para pemimpin besar di Indonesia, salah satunya adalah Soekarno,” lanjutnya.
Sebagaimana peribahasa bahasa Latin, “Verba volant, scripta manent,” Kutipan dalam pidato Kaisar Titus di hadapan Senat Romawi. Bisa dibaca dalam buku Dialogue Militaire Entre Anciens et Modernes, karya J.P Bois – Université de Nantes, Centre de recherches sur l’histoire du monde atlantique. Presses universitaires de Rennes, 2004. (pps.unj.ac.id)
Cuplikan peribahasa bahasa Latin tersebut, secara harfiah maknanya “kata-kata lisan itu terbang, sementara tulisan menetap”. Kata-kata yang keluar dari lisan itu suatu ketika akan terbang dan lenyap dihempas angin. Keberadaannya dapat dilupakan dengan mudah oleh siapa pun, namun tulisan-tulisan akan tetap hadir meski sudah dimakan zaman.
Featured Image by Jibril