Naik Perahu Tambangan di Bengawan Solo Memmorabilia Masa Kecil Dulu

Naik Perahu Tambangan di Bengawan Solo Memmorabilia Masa Kecil Dulu
Share this :

Mudik atau pulang kampung memang memiliki makna yang mendalam sebagai sarana memorabilia masa kecil di kampung kelahiran bagi banyak orang, termasuk saya. Tradisi ini merupakan cara mengenang masa kecil di kampung, yang acap kali dihubungkan dengan berbagai kenangan manis, permainan, jajanan, dan kegiatan yang dilakukan di masa anak-anak dulu.

Fenomena mudik menandakan bahwa hubungan emosional seseorang dengan tempat kelahiran masih sangat kuat, dan itu tak pernah terkikis oleh ruang dan waktu. Pun tradisi ini merupakan sarana untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian tradisi, serta untuk mempererat silaturahmi antarkeluarga, sahabat, dan tetangga di kampung tanah kelahiran.

Dusun Kiringan, tempat saya dilahirkan. Dusun ini bagian dari Desa Mojorejo, salah satu desa di Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Dusun ini berada di tepi Bengawan Solo, rawan banjir. Batasan Desa Mojorejo: Utara Desa Tapelan (wilayah Blora, Jawa Tengah); Timur Desa Kalirejo; Selatan Desa Sumberagung; dan Barat Kabupaten Blora.

Dulu, ketika musim kemarau hamparan pasir di ‘gisik’ atau tepi sungai Bengawan Solo merupakan salah satu tempat favorit buat tempat bermain anak-anak, seperti gobak sodor,’delikan’ atau petak umpet, lompat karet, dan lain-lain. Lebih-lebih jika bulan purnama di gisik ramai sekali. Lstrik belum ada, jadi bulan purnama bagai lampu petromak raksasa saat itu.

Naik Perahu Tambangan di Bengawan Solo Memmorabilia Masa Kecil Dulu
Debit air Bengawan Solo sedang naik akibat hujan di hulu

Namun sudah jauh berbeda kini, lantaran beberapa tahun lalu pasir Bengawan Solo disedot habis-habisan dengan mesin pompa yang debitnya besar di berbagai daerah pinggiran bengawan. Lingkungan Bengawan Solo menjadi rusak. Kedalaman makin tambah, tetapi banyak terjadi erosi dan tanah longsor di ‘perengan’ atau tanah yang miring di pinggir bengawan akibat arus deras.

Pun perahu tambangan atau perahu penyeberangan di dusun ini ada jauh sebelum saya lahir. Bahkan bisa disebut warisan peradaban berusia ratusan tahun, mungkin ribuan tahun yang tetap menjadi nadi transportasi di zaman kekinian. Keberadaannya telah berperan signifikan dalam melayani aktivitas masyarakat, membangun konektivitas antarwilayah, dan menjembatani kegiatan ekonomi.

Meski mulai tergantikan oleh prasarana jembatan, lantaran mempersingkat jarak dan waktu keberadaan perahu tambangan masih dibutuhkan. Masyarakat setempat lebih memilih menyeberang naik perahu, meski memiliki risiko bahaya. Penyeberangan ini menghubungkan wilayah Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dengan wilayah Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Naik Perahu Tambangan di Bengawan Solo Memmorabilia Masa Kecil Dulu
Perahu tambangan di Dusun Kiringan, moda transportasi penyebrangan di Bengawan Solo sudah ada jauh sebelum saya lahir

Sekilas tentang Sungai Bengawan Solo

Bengawan Solo, dilansir dari https://id.wiktionary.org/wiki/, secara etimologi kata bengawan adalah peminjaman secara utuh dari bahasa Jawa ‘bengawan’. Kata tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuno (Kawi) ‘baṅawan’, yang artinya ‘sungai besar’. Sedangkan dan ‘solo’ yang diambil dari nama Desa Sala di wilayah eks Karesidenan Surakarta, ini menurut laman Kemendikbud.

Dikutip dari regional.kompas.com/bengawan-solo-sungai-terpanjang, mata air Sungai Bengawan Solo berasal dari Pegunungan Sewu, terletak di sebelah tenggara wilayah eks Karesidenan Surakarta. Kemudian mengalir ke arah barat daya dan menjadi batas antara wilayah Kabupaten Pacitan dengan Kabupaten Wonogiri. Lalu aliran membelok ke barat memasuki wilayah Kabupaten Wonogiri.

Naik Perahu Tambangan di Bengawan Solo Memmorabilia Masa Kecil Dulu
Arya, anak dari keponakan sedang pose. Sedikit ada rasa takut katanya. Maklum anak Jakarta

Aliran Sungai Bengawan Solo di desa Kakap kemudian mengalir ke arah utara. Selanjutnya, aliran yang berada di sebelah selatan kota Wonogiri semakin membesar karena tumpahan air kali Keduwang, berhulu di Gunung Lawu. Setelah melewati Kota Wonogiri, aliran sungai berbelok ke arah barat laut dan mendapatkan tumpahan air kali Dengkeng, berhulu di Gunung Merapi.

Setelah melewati Kota Wonogiri aliran masuk ke wilayah Kota Surakarta, mengalir ke timur laut menuju arah Kabupaten Sragen. Di wilayah Kota Surakarta, sungai ini mendapatkan tumpahan air Kali Pepe, berhulu di Gunung Merbabu. Sungai ini menjadi lebih besar dan terus mengalir ke arah timur laut dengan menerima tumpahan air Kali Kedungbang, berhulu di Gunung Lawu.

Lalu aliran sampai di sebelah utara Kota Sragen, yaitu di desa Sukawati, dari sini aliran sungai berkelok ke timur sampai di perbatasan wilayah Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Sragen. Sungai Bengawan Solo kembali mendapatkan tumpahan air, kali ini dari Sungai Kedungbanteng yang mata airnya juga dari Gunung Lawu.

Naik Perahu Tambangan di Bengawan Solo Memmorabilia Masa Kecil Dulu
Momenn menyeberang sebagai momen human interest juga. Lumayan ada subjek foto.

Lantas dari Ngawi, sungai ini mengalir ke arah timur dan menyatu dengan aliran Kali Gentong (Sungai Madiun), berakibat membuat ukuran lebar dan debit airnya semakin besar. Aliran sungai terus mengalir ke arah utara memasuki wilayah Kabupaten Blora, wilayah Cepu, dan wilayah Bojonegoro, alirannya mendapat tumpahan dari Kali Batokan yang berhulu di Gunung Gamping.

Aliran sungai terus mengalir memasuki Kabupaten Bojonegoro, yang di distrik Padangan sungainya mendapat tumpahan dari Kali Gandongan, yang berhulu di Gunung Pandan. Di kecamatan Malo aliran Sungai Bengawan Solo berkelok ke timur hingga bertemu dengan Kali Kening yang berhulu di Gunung Gamping. Bengawan Solo makin melebar.

Sungai terus mengalir ke arah timur, menjadi perbatasan Kabupaten Bojonegoro dengan Kabupaten Tuban. Setelah sampai di kecamatan Kapas, aliran mendapatkan tumpahan air Kali Pacal, berhulu di Gunung Pandan. Di kawasan Pelem membelok ke utara sampai di kawasan Rengel, dan kembali belok ke timur sampai di wilayah Babad, Kabupaten Lamongan.

Naik Perahu Tambangan di Bengawan Solo Memmorabilia Masa Kecil Dulu
Perahu tambangan selain buat tranportasi penyeberangan juga sebagai sarana rekreasi. Hehehe, jika berani loh.

Dari Babad, Sungai Bengawan Solo mengalir ke arah timur dan menjadi batas kabupaten Lamongan dengan Kabupaten Gresik. Di Kabupaten Gresik, Sungai Bengawan Solo mengalir ke arah timur sampai di kota Sedayu dan bermuara Laut Jawa. Semula muara sungai mengarah ke Selat Madura namun kemudian dialihkan ke Laut Jawa di daerah Ujung Pangkah, Gresik.

Sungai Bengawan Solo adalah sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa. Panjangnya sekitar 548,53 km, mengalir melewati dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Total ada 20 kabupaten dan 3 kota yang dilewatinya, memiliki 2200 anak sungai. Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Kabupaten Gunungkidul juga pernah dilewati Sungai Bengawan Solo Purba, dulu alirannya mengarah ke selatan dan bermuara di Samudera Hindia.

Naik Perahu Tambangan di Bengawan Solo Memmorabilia Masa Kecil Dulu
Perahu tambangan persiapan menyeberang ke wilayah seberang

Sumber:
sda.pu.go.id petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id
regional.kompas.com/read/2022/11/10/145825678/bengawan-solo-sungai-terpanjang

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *