Pahlawan Nasional ‘Sultan Syarif Kasim II’, Kompleks Makamnya di Area Masjid Raya Syahabuddin

Makam Sultan Syarif Kasim II, di Siak Sri Indrapura, Riau
Share this :

Para wisatawan yang berkunjung ke Masjid Raya Syahabuddin Siak Sri Indrapura biasanya akan menyempatkan diri untuk berziarah ke Makam Sultan Syarif Kasim II, lantaran letak kompleks makam memang berada di area masjid, yakni berada di samping masjid tersebut.

“Sayang sekali jika tidak mengunjungi kompleks makam, lokasinya bersebelahan dengan masjid. Hanya bergeser beberapa meter saja,” ujar Bang Tedd saat dirinya berjalan dari masjid menuju kompleks makam.

Mengapa disebut kompleks makam? Tak lain, lantaran makam sultan bersama permaisurinya berada di dalam bangunan yang menyerupai mausoleum berkubah biru. Sementara di sekelilingnya terdapat beberapa makam yang merupakan keluarga dan kerabat sultan.

Awalnya, makam sultan dan permaisurinya tersebut sederhana, kemudian dilakukan renovasi pada tahun 2002 sehingga bentuknya seperti yang ada sekarang. Jika pengunjung masuk kedalam bangunan makam, akan dijumpai makam sultan yang tertutup kain yang tergantung di langit-langit ruangan menutupi sebagian besar makam.

Makam Sultan Syarif Kasim II, di Siak Sri Indrapura, Riau
Makam Sultan Syarif Kasim II, di Siak Sri Indrapura, Riau (Foto : Bang Tedd)

Salah satu sultan yang paling terkenal yang pernah memerintah Kesultanan Siak Sri Indrapura adalah Sultan Syarif Kasim II. Sultan ini pula yang telah berjasa besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebab itu, pemerintah Republik Indonesia menganugerahi beliau dengan gelar Pahlawan Nasional.

Beliau dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya. Sultan Syarif Hasyim. Sultan Syarif Kasim II adalah seorang pendukung perjuangan Kemerdekaan Indonesia, pendorong raja-raja di Sumatera Timur untuk mendukung dan mengintegrasikan diri dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tidak lama setelah proklamasi Sultan Syarif Kasim II menyatakan Kesultanan Siak sebagai bagian wilayah Indonesia. Kemudian menyumbangkan harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden untuk Pemerintah Republik Indonesia, setara dengan 214,5 juta gulden (tahun 2014) atau 120,1 juta USD setara Rp 1,47 trilyun.

Pada 6 November 1998 melalui Kepres Nomor 109/TK/1998, Pemerintah Republik Indonesia memberi gelar kehormatan kepahlawanan yaitu sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia kepada almarhum Sultan Syarif Kasim II disertai anugerah tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana.

Plakat Makam Sultan Syarif Kasim II, Pahlawan Nasional
Plakat Makam Sultan Syarif Kasim II, Pahlawan nasional (Foto : Bang Tedd)

Sekilas tentang Sultan Syarif Kasim II

Dilansir dari laman resmi dinsos.riau.go.id, Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, pada 1 Desember 1893. Pewaris tahta Kasultanan Siak Sri Indrapura ke-12 ini terlahir bernama Tengku Sulung Sayed Kasim. Meninggal di Rumbai, Pekanbaru, 23 April 1968 pada usia 74 tahun.

Ayahandanya adalah Sultan ke-11 yang bergelar Sultan Asysyaidis Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddin yang memerintah selama 19 tahun, yaitu mulai tahun 1889 hingga tahun 1908. Ibunya bernama Tengku Yuk, permaisuri kerajaan Siak.

Sultan Asysyaidis Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddi, ayah Sultan Syarif Kasim II, adalah seorang sultan yang kuat memegang prinsip Islam. Selain itu, juga mempunyai pandangan yang luas serta berusaha dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

Semasa kecilnya hingga berumur 12 tahun, Sayed Kasim dididik dalam lingkungan istana. Sebagai calon pengganti ayahnya, ia dididik sebagaimana lazimnya adat istiadat raja-raja, meliputi aspek fisik, mental spiritual atau kerohanian dan kecerdasan.

Setelah Sayed Kasim berumur 12 tahun, pada tahun 1904, ia dikirim ke Batavia, saat ini Jakarta, merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda saat itu. Hal itu, agar Sayed Kasim yang akan menggantikan ayahanda kelak dapat memimpin kerajaan dengan prinsip Islam dan pengetahuan yang luas,

Foto Sultan Syarif Kasim II  (Foto : Dok. dinsos.riau.go.id)
Foto Sultan Syarif Kasim II (Foto : Dok. dinsos.riau.go.id)

Sayed Kasim melanjutkan pendidikan di Batavia tentang hukum Islam dan berguru kepada Sayed Husein Al-Habsyi. Husein adalah ulama besar, juga termasuk orang pergerakan nasional. Tahun 1908 pergerakan nasional mulai berkembang di Batavia. Selain belajar mengenai hukum Islam, ia juga belajar ilmu hukum dan ketatanegaraan dari Prof. Snouck Hurgronye dari Institute Beck en Volten.

Ajaran dari Sayed Husein Al-Habsyi berpengaruh dalam kehidupan Sayed Kasim hingga ia menjadi pemeluk agama Islam yang taat dan berjiwa kebangsaan yang tinggi. Masa penempaan diri selama 11 tahun dari tahun 1904 sampai tahun 1915 telah menanamkan kepada pemuda Sayed Kasim semangat kesatuan, semangat kemerdekaan dan semangat untuk menentang penjajah.

Ketika berusia 16 tahun, ayahandanya Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Djailil Syaifuddin meninggal dunia tahun 1908. Sayed Kasim tidak langsung dinobatkan sebagai raja. Untuk sementara waktu pemerintahan dipegang oleh dua orang pejabat yang mewakili raja yaitu Tengku Besar Sayed Syagaf dan Datuk Lima Puluh selama tujuh tahun.

Baru setelah kembali dari Batavia pada 3 Maret 1915, Sayed Kasim dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang ke-12 dengan gelar Sultan Asysyaidis Syarif Kasim Abdul DJalil Syaifuddin dalam usia 21 tahun. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Syarif Kasim II.

Nisan Makam Sultan Syarif Kasim II, Permaisuri, dan kerabatnya.
Nisan Makam Sultan Syarif Kasim II, Permaisuri, dan kerabatnya. (Foto : Bang Tedd)

“Berziarah ke Makam Sultan Syarif Kasim II, akan menutun kita pada kilas balik masa kejayaan Kesultanan Siak Sri Indrapura. Pada masa jayanya memiliki wilayah sangat luas hingga meliputi 12 daerah, termasuk Sambas yang ada di Kalimantan Barat,” pungkas Bang Tedd.

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *