Dari tahun ke tahun problem yang dihadapi para petani penggarap garam rakyat yakni tentang harga. Umumnya, penjualan selama ini melalui tengkulak, mereka tak bisa menjual lansung ke perusahaan. Harga garam pun tidak ada patokan yang baku, tengkulaklah yang berperan memainkan harga. Lebih parah lagi jika terjadi panen raya, harga garam bisa terjun bebas lantaran ada permainan harga.
Seperti halnya yang dikeluhkan para petani penggarap garam rakyat di Desa Segoro Tambak, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, mereka berharap kepada pemerintah agar membuat kebijakan yang dapat menjaga kestabilan harga. Satu di antaranya pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) sehingga dapat membantu para petani penggarap garam rakyat.
Syaifudin, salah satu petani penggarap garam rakyat di daerah Kecamatan Sedati tersebut, menceritakan bahwa harga garam per karung plastik bobot 50 kilogam yakni 33.000 rupiah. Harga tersebut tidak utuh, masih dipotong harga karung plastik sekitar 2.500 rupiah, jasa isi karung 1000 rupiah, ongkos angkut 2.500 rupiah, dan pungutan 1000 rupiah. Bersih tinggal 26.000 rupiah, Senin (18/10/2021).


Satu petak lahan tambak garam, lanjutnya, dipanen sekitar 5 ton garam, atau 100 karung plastik dengan ukuran isi 50 kg. Bersama isteri, ia mendapatkan sepertiga bagian, sedangkan dua pertiga bagian adalah pemilik lahan tambak garam. Maka, jika dihitung-hitung, total pendapatan adalah 100 x (Rp26.000,00 : 3) = Rp866.000,00.
Sedangkan proses penggarapan membutuhkan waktu cukup lama. Mulai dari persiapan untuk mengisi petak lahan tambak garam dengan air baku hingga memanen itu membutuhkan waktu cukup panjang, sekitar 8-10 hari. Itu pun tergantung cuaca, jika cuaca kerap mendung seperti pada hari ini tentu berpengaruh terhadap proses dan kualitas garam, tambahnya.
“Yang bikin hati deg-degan jika mendung kemudian hujan, garam yang waktunya bisa dipanen jadi hancur. Ya, gimana lagi. Itu yang dibilang kerugian. Terpaksa harus mengulang proses dari awal lagi,” kata Syaifudin asal Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep.


Penyebab harga garam rakyat tidak stabil, selain adanya permainan harga di tingkat tengkulak, juga hadirnya garam impor yang jumlahnya cukup besar. Meski tujuan impor untuk mencukupi kebutuhan industri, seharusnya tidak menyebabkan jatuhnya harga garam di tingkat petani garam rakyat. Sehingga derita mereka tidak selalu terulang setiap putaran tahun ketika musim garam tiba.
Dikutip dari newssetup.kontan.co.id/, data Kementerian Perdagangan (Kemendag) bahwa alokasi impor garam terealisasi oleh importir garam industri per 28 September 2021 mencapai 1,8 juta ton atau sekitar 60% dari total alokasi yang diterbitkan pada tahun 2021 yakni sebesar 3.077.901 ton. Sedangkan total kebutuhan garam nasional 2021 sebesar 4.606.554 ton, 1.528.653 ton adalah garam lokal.
Berkaitan hal itu, sebenarnya sudah ada payung hukum, yakni mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam. Untuk itu, sebenarnya hanya tinggal bagaimana komitmen pemerintah mewujudkan swasembada garam rakyat di tingkat nasional.


Sekilas tentang Garam
Dikutip dari Laporan PT Indah Karya (Persero), Consultant, Developer and Industry, bahwa garam sangat dibutuhkan. Selain digunakan untuk rumah tangga sebagai garam dapur juga digunakan oleh berbagai industri, seperti industri pangan dan kuliner, industri obat-obatan, industri kosmetik, industri kertas, dan industri tekstil. Artinya, garam memang sangat dibutuhkan manusia dalam siklus hidupnya.
Makanan tanpa garam, yang berfungsi mengikat bumbu, akan terasa hambar. Zat warna tekstil tidak akan melekat dengan baik di kain tanpa dilarutkan dengan NaCl atau garam. Ketersediaan garam secara nasional selalu menjadi isu yang hangat sehingga menjadi sorotan media sosial. Pemerintah pernah merencakan impor garam untuk konsumsi, namun rencana tersebut menuai kontroversi.
Indonesia dikenal sebagai negara maritim, mengapa kekurangan garam? Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki panjang pesisir pantai 81.000 km. Selain itu, memiliki 30 sentra produksi garam tersebar di tujuh provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan. Luas lahan mencapai 19.600 hektar.


Kelangkaan garam di Indonesia ternyata tidak selalu disebabkan oleh kurangnya bahan baku garam. Namun, kelangkaan tersebut di antaranya karena faktor cuaca yang kadang-kadang tidak menentu, dan minimnya teknologi garam. Hal ini membuat jenis garam yang sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) tidak terproduksi dengan baik.
Berdasarkan Permenperin Nomor 88 Tahun 2014 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Garam, terdapat beberapa jenis garam di Indonesia, yakni:
Garam Industri
Garam yang digunakan sebagai bahan baku/penolong pada proses produksi. Menurut SNI, kadar NaCl garam industri harusnya sebesar 97%. Kandungan impurities (sulfat, magnesium, dan kalsium serta kotoran lainnya) dalam garam industri kecil. Garam industri digunakan untuk industri kimia, industri aneka pangan, industri farmasi, industri perminyakan, industri penyamakan kulit, dan water treatment.
Garam Konsumsi
Garam yang digunakan untuk konsumsi masyarakat. Kadar NaCl dalam garam ini menurut SNI sebesar 97% dengan bahan dasar kering. Kandungan impurities (sulfat, magnesium dan kalsium) sebesar 2%, kotoran lainnya (lumpur, pasir) sebesar 1%, dan kadar air maksimal sebesar 7%. Garam konsumsi digunakan untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan dan pengawetan ikan.


*
Melihat penghasilan yang minim sedangkan beban kerja yang begitu berat, kiranya pemerintah mesti serius memberikan perhatian. Agar harga garam tidak selalu anjlok di saat musim panen, pemerintah diharapkan turun turut mengawasi harga garam rakyat sehingga menjadi stabil. Dengan begitu, harapannya akan dapat meningkatkan perekonomian, khususnya bagi para petani penggarap dan pemilik tambak garam.
Sayur tanpa garam hambar rasanya.Katika harga semakin naik, yang lain-lain ikutan naik kecuali harga garam. Kalau harga garam naik itu hanya sekedar penyesuaian.Hidip petani garam. Tanpa garam hidup ini terasa hambar.