“Perempuan Bersuara” di Antara Ego Patriarki Kaum Laki-Laki

  • EDUKASI
Perempuan Bersuara di Antara Ego Patriarki Kaum Laki-Laki
Share this :

Sebuah Renungan pada Peringatan Hari Ibu (PHI) Ke-95 Tahun 2023

Sosok perempuan adalah makhluk yang selalu menarik untuk diamati, diteliti, dan dibicarakan. Keberadaannya yang eksistensial hingga saat ini tak membuat relevansinya lekang oleh masa. Meski zaman sudah maju, jika ditengok dari sudut pandang sejarah, membuat sosoknya tetap tak sama dengan yang lain lantaran kemampuannya untuk menjadi baik subjek maupun objek sejarah.

Hari ini, Jumat (22/12/2023) PHI Ke-95 diperingati. Jika diukur secara rentang waktu, selama 95 tahun atau kisaran 34.200 hari adalah perjalanan begitu panjang sumbangsih perempuan Indonesia terhadap bangsa dan negara. Namun, di sisi lain masih ada perlakuan-perlakuan yang di luar nalar, dan pemaksaan kehendak yang datang dari sosok yang seharusnya bisa mengayominya, yakni kaum laki-laki.

Sistem patriarki diakui sebagai sistem yang telah menjadi sistem masyarakat secara umum. Erich Fromm menyatakan bahwa sistem patriarki, yakni kaum laki-laki ditakdirkan untuk mengatur perempuan, berlaku kokoh hampir di seluruh dunia. Hanya pada komunitas-komunitas primitif yang kecil dapat ditemukan sisa-sisa dari bentuk matriaki yang lebih tua (Fromm, 2002: 177).

Budaya patriarki telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat kita bahwa sistem ini menempatkan laki-laki dalam posisi sentral, sementara perempuan berada di bawahnya sebagai makhluk kelas dua. Akibatnya, dalam sistem ini perempuan acapkali tidak diberikan porsi yang cukup dalam mengemukakan pendapat, mengambil keputusan, atau berpartisipasi dalam kehidupan sosial.

Dirilis dari situs resmi Kemen PPPA tentang Panduan Peringatan Hari Ibu Tahun 2023, ditetapkannya subtema Perempuan Bersuara yang menyertai tema utama Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Hal ini, kiranya mengacu pada pentingnya memberikan ruang, porsi yang cukup, dan kesempatan bagi perempuan untuk mengemukakan pendapat dan suara mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

Perempuan Bersuara di Antara Ego Patriarki Kaum Laki-Laki

Perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan, namun seringkali suara dan perspektif mereka masih diabaikan atau kurang terwakili. Oleh karena itu, perlu ada upaya kongkret untuk memberikan platform yang memungkinkan perempuan Indonesia untuk bersuara, berpartisipasi, dan mempengaruhi perubahan dalam berbagai sektor masyarakat.

Perempuan memiliki pengalaman dan wawasan unik yang terbukti oleh sejarah memberikan kontribusi pada perkembangan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan perjuangan. Namun dalam banyak kasus, perempuan menghadapi berbagai hambatan, termasuk diskriminasi gender, ketidaksetaraan, kekerasan, serta ketidakmampuan untuk mengekspresikan gagasan dan aspirasi mereka lantaran tembok patriarki.

Oleh karenanya, subtema Perempuan Bersuara menjadi sangat relevan dan penting untuk digelorakan dalam PHI Ke-95. Ini adalah panggilan untuk memberdayakan perempuan, memberi mereka kesempatan untuk berbicara tentang isu-isu yang penting, dan memastikan bahwa suara mereka didengar dan diberikan perhatian yang pantas. Ini juga merupakan langkah penting dalam mencapai kesetaraan gender sesuai dengan Sustainable Development Goal (SDG’s) PBB Nomor 5.

Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu

………………………………….
………………………………….

Dengan Perempuan Bersuara yang menyertai tema utama PHI Ke-95 Perempuan Berdaya, Indonesia Maju, semoga penggalan lirik Sabda Alam, sebuah lagu yang diciptakan oleh Ismail Marzuki pada tahun 1956 silam, tak disalahtafsirkan dan tak memberikan kokotasi buruk untuk merendahkan harkat dan martabat perempuan Indonesia.

Perempuan Indonesia memiliki peran sangat penting sebagai ibu bangsa. Mereka memiliki potensi dan kapabilitas yang dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan bangsa dan negara. Dalam konteks pembangunan, pengarusutamaan gender, dan pemberdayaan perempuan sangat erat kaitannya dengan memperbaiki kualitas generasi penerus bangsa. Lantaran mereka juga merupakan pendidik pertama di dalam keluarga.

Featured Image : Dok. Kemen PPPA

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *