Zaman digital seperti saat ini, arus informasi begitu deras membanjiri setiap lini kehidupan. Dalam hitungan detik saja berita sudah tersebar seantero dunia. Hal ini berbeda dengan saat proklamasi kemerdekaan, saluran informasi masih sangat terbatas. Salah satu kantor berita yang andil berjasa memberitakan kemerdekaan Republik Indonesia yakni Kantor Berita Domei Surabaya.
Kantor berita berlokasi di di Jalan Pahlawan yang saat ini menjadi Gedung PELNI, adalah tempat yang menjadi tujuan gowes dengan mengusung tema “Gowes Napak Tilas, Domei Berjasa Beritakan Proklamasi Kemerdekaan”. Dengan segala dinamikanya, gedung tersebut telah menyimpan berbagai kisah yang menegangkan terkait dengan pemberitaan tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


Sebagaimana ditulis dalam buku berjudul ‘Surabaya Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu’ karya Ady Setyawan, pada hari Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, bertepatan 9 Ramadan 1364 H, teks Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Bung Karno di Jakarta. Dengan pembacaan teks tersebut menandai Republik Indonesia lahir sebagai negara merdeka dan berdaulat.
Berita proklamasi kemerdekaan tersebut tidak bisa segera diketahui oleh seluruh bangsa Indonesia kecuali oleh mereka yang hadir pada saat pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan tersebut. Bung Hatta lantas memerintahkan agar berita proklamasi itu disebarkan sebanyak-banyaknya ke seluruh penjuru negeri.


Adam Malik kemudian menghubungi Kantor Berita Domei untuk segera menyebarluaskan berita tersebut tanpa meminta izin pada Hodokan, yakni lembaga sensor pemerintah pendudukan Jepang. Para markonis di Kantor Berita Domei pun segera meneruskan berita tersebut menggunakan bahasa morse.
Bersama dengan itu, Syahrudin, seorang wartawan, memasukkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke Hosokyoku (Jawatan Radio Jepang) dan disiarkan berulang setiap 30 menit kemudian, Hingga pukul 16.00 WIB siaran itu dihentikan oleh pihak Jepang dan dilanjutkan pengumuman klarifikasi bahwa berita tersebut tidak benar.
Berita Proklamasi dikirim dari Kantor Domei Jakarta melalui sandi morse ke Kantor Domei Surabaya. Pada sift kedua Kantor Domei Surabaya menerima kabar tersebut. Saat itu Jacob dan Sumandi (atau Soewardi) bertugas sebagai markonis, sedangkan di bagian redaksi terdapat Bintari bersama Soetomo (Bung Tomo).


Teks sandi morse yang diterima saat itu berbunyi sebagai berikut :
bra djam 12.00 aug tg. 17
domei 007 djakarta = (proklamasi)
kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia titik
hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dll diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja titik
djakarta hari toejoeh belas boelan delapan 2605 titik
atas nama bangsa Indonesia soekarno strip hatta
rd at 1205
Sandi morse yang diterima Jacob lantas diteruskan kepada bagian redaksi Bintari dan Soetomo. Kemudian secara berantai berita tersebut diteruskan dari mulut ke mulut. Kebetulan Kantor Domei bersebelahan dengan Kantor Soeara Asia, maka berita proklamasi itu pun diterima oleh kantor tersebut.

Soeara Asia adalah surat kabar di Jawa Timur yang memiliki cakupan penyebaran hingga Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Awalnya Soeara Asia hendak menaikkannya langsung menjadi berita. Lantaran adanya berbagai bantahan yang ada membuat surat kabar ini menjadi ragu. Untuk memastikan kebenaran, akhirnya Soeara Asia berinisiatif untuk mencari kebenaran langsung ke Jakarta.
Setelah memperoleh kepastian, Soeara Asia menerbitkan berita kemerdekaan tanpa memuat isi teksnya pada 17 Agustus 1945 sore hari. Isi proklamasi baru mereka masukkan dalam berita pada 20 Agustus 1945 bersamaan dengan berita keputusan PPKI tentang penetapan Presiden dan Wakil, Pembukaan UUD 1945, dan pembagian wilayah provinsi Republik Indonesia.

Selain untuk menghindari kecurigaan sekaligus sensor dilakukan pihak Jepang, berita proklamasi kemerdekaan di Surabaya diberitakan dengan menggunakan bahasa Jawa dan Madura. Hal ini lantaran beberapa petinggi militer Jepang masih mempertahankan status quo hingga kedatangan Sekutu. Mereka merasa masih memiliki kewajiban untuk menjaga daerah yang masih didudukinya.
Kedua gedung, yakni gedung bekas Kantor Domei dan Soeara Asia hingga saat ini masih berdiri bersebelahan di Jalan Pahlawan, Kota Surabaya. Plakat bertuliskan kisah tentang gedung itu masih tertempel di dinding. Dinding itu adalah dinding yang sama ketika selebaran berita Proklamasi Kemerdekaan ditempelkan dengan segenap sukacita, semangat, dan harapan yang meluap-luap.

*
Meski tak bisa bergandengan untuk peringati HUT Ke-76 RI, doa tetap teriring bagi para pahlawan bangsa tercinta ini. Jasa mereka tidak akan pernah sia-sia selama kita terus mengharumkannya. Kemerdekaan merupakan pencapaian besar suatu bangsa, dan merawatnya menjadi usaha yang tidak ada usainya. Dirgahayu Republik Indonesia.
Sumber :
Setyawan, Ady. 2019. “Surabaya : Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu?”. Yogyakarta : Matapadi Presindo
Semangat Semangat 💪🏼💪🏼💪🏼
Semangat untuk tetap mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan dengan profesi kita masing-masing.
Sehat-sehat selalu nggih, Bu.
matur suwun atas apresiasi Panjenengan.
Semangat juang tak pernah padam . Kuisi waktuku untukmu Indonesiaku.
Rawe rawe rantas pantang menyerah. Jalan masih panjang esok penuh harapan.moga moga tak berkepanjangan. Bravo cak Ali..
Tetap kobarkan semangat untuk merawat dan mengisi kemerdekaan ini dengan profesi kita, Pakbro koesbandi.
Semoga sehat-sehat selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur suwun.
Terima kasih Pak Muchson. Kutipan sejarah yang dapat mendekatkan kita kepada negera kita. Kita lebih pandai menghargai pencapaian ini dengan bersyukur bahwa ini pasta hanya karena rahmat dan rida Allag SWT melalui ikhtiar para pahlawan yang ikhlas. Semoga para pahlawan mendapat tempat termulia di sisi Allah SWT.
Terima kasih kembali atas apresiasi, Pak Samsul Shodiq.
Inggih, lantaran limpahan rahmat dan rida Allah SWT melalui pengorbanan para pahlawan sehingga Indonesia bebas dari belenggu penjajah.
Kewajiban kita kini mengisi dan merawat kemerdekaan dengan profesi kita masing-masing yang tak akan ada habisnya.
Semoga Panjenengan beserta keluarga besar selalu sehat walafiat. Aamiin….
Nampak tidak tempat bersejarah di Surabaya banyak ragam cerita yang mengingatkan pada sepak terbang arek-arek Suroboyo tempo dulu.
Nih, sekedar menggugah kembali memori kolektif masyarakat Indonesia. khususnya Surabaya, akan jasa para pejuang bangsa ini, khususnya Arek-Arek Suroboyo.
Sehat-sehat selalu bersama keluarga besar Panjenengan nggi, Pak.
matur suwun.