Bersama PSL dalam acara bertajuk “PSL Goes to Pasuruan”, yakni jalan-jalan ‘blusukan edan’ sambil mengulik sejarah bangunan kuno di Pasuruan, kota yang dikenal sebagai kota pelabuhan kuno. “Edan” dalam tanda petik terkandung maksud semacam ‘keseruan’. Sebanyak 30 orang anggota menumpang KA Probowangi 265 pagi dari Stasiun Surabaya Gubeng (05.35), dan turun di Stasiun Pasuruan (07.02), Sabtu (14/10).
Pasuruan dikenal kota pelabuhan sejak lama. Pada zaman Kerajaan Majapahit – 1700 Pelabuhan Pasuruan disebut dengan Pelabuhan Gembong, Masa 1700 – 1800 disebut Pelaboehan Pasoeroewan, dan masa 1800 – 1950 disebut Pelaboehan Pasoeroean. Letak geografisnya yang strategis menjadikan Pasuruan sebagai pelabuhan transit dan pasar perdagangan antarpulau serta antarnegara. Banyak bangsawan dan saudagar kaya yang menetap di Pasuruan, sebagaimana dilansir dari wikipedia.id.
Begitu kami turun dari kereta api, tiga angkutan kota (angkot), atau orang Surabaya menyebutnya ‘bemo’, telah siap menjemput rombongan. Lantaran berangkat dari Surabaya masih terlalu pagi, sebagian banyak anggota tentu belum ‘sarapan’. Melajulah angkot ke Rawon Sakinah Bangilan, Jalan Kartini 80 Pasuruan. Yakni, rawon yang dagingnya tidak dicampur langsung dengan kuah, namun dijadikan sate, disebut sate komoh.
“Wah, gak salah pilihan Bu dr. Dhini dan Pak Hartono Widjaja mentraktir kami sarapan pagi di sini. Paduan taste kuah dan empuknya sate daging sapi bikin lidah bergoyang-goyang,” celetuk Sylvi Mutiara, salah satu peserta, saat melahap sajian rawon sate komoh.
Beberapa tujuan blusukan edan untuk mengulik keberadaan bangunan kuno di Pasuruan, antara lain di Gereja Antonius Padua, Gedung P3GI, Gedung Harmoni, Isoma di Hotel Daroessalam, Gedung Pancasila, Pokdarwis Karanganyar. Pun sebelum berakhir menuju Stasiun Pasuruan, oleh pemandu setempat rombongan diajak mampir di Bipang Jangkar, atau sebagian banyak masyarakat menyebutnya bukan bipang tetapi jipang, untuk membeli oleh-oleh.
PSL sangat mengapresiasi dan bertetima kasih atas support yang diberikan oleh Kepala Dispendikbud Kota Pasuruan, Lucky Danardono, AP., M.M., beserta jajarannya; Kepala Disparpora Kota Pasuruan, Basuki, beserta jajarannya; Lurah Karanganyar Rafli Sandho Dwi Laksana, S.AB., M.M.; Ketua Pokdarwis Kelurahan Karanganyar, Harry; Pemerhati Sejarah Kota Pasuruan, Pak Budiman, Mas Mirza dan Mas Farahilah; Kepala SMK Untung Suropati; serta Pak Hanif Fachir Thalib, owner Hotel Daroessalam.
Sekilas tentang Objek Blusukan Edan “Goes to Pasururan
Stasiun Pasuruan
Stasiun Pasuruan yakni stasiun kereta api yang terletak di Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia. Stasiun ini merupakan bagian dari jaringan kereta api di Indonesia yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero). Stasiun Pasuruan didirikan pada tahun 1878 oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda, dikenal sebagai Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pembangunan stasiun ini dimulai dalam rangka menghubungkan berbagai kota dan daerah di Pulau Jawa.
Rawon Sakinah Bangilan
Rawon Sakinah Bangilan, rumah makan yang menawarkan sup daging berkuah cokelat pekat, dengan paduan sate daging sapi yang empuk membuat paduan yang unik. Rawon disajikan dengan daging yang tak bercampur kuah, namun disajikan dalam bentuk sate dengan citarasa khas empal. Keunikan ini menjadikan Rawon Sakinah jadi salah satu primadona kuliner Kota Pasuruan.
Depot rawon itu pada awalnya dirintis oleh Sakinah. Saat itu, Sakinah berjualan nasi rawon di lingkungan Jagalan, Kelurahan Kandangsapi, Panggungrejo, Kota Pasuruan. Lantaran usahanya terus berkembang, Sakinah kemudian membuka depot di Jalan Kartini, Kelurahan Bangilan, di kecamatan yang sama. Namanya juga dijadikan brand depot yang sudah berusia lebih dari 30 tahun itu.
Gereja Santo Antonius Padova
Dikutip dari https://www.scribd.com/document/497709228/Sejarah-Gereja-Katolik-Santo-Antonius-Padova-di-Kota-Pasuruan, Gereja Antonius ‘Padova’ (kini di gerbang tertulis Padua) terletak di Jalan Balai Kota 1, Kelurahan kandangsapi, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Bangunan tua dengan salib di atasnya, dengan gerbang bertuliskan Gereja St. Antonius Padova. Menurut prasasti berwarna hitam di dinding depan gereja, peresmian gedung dilakukan pada 28 Juli 1895.
Peresmian tersebut dengan pemberkatan oleh Mgr. Walterus jacobus Staal, Uskup Kehormatan dari Batavia. Gedung ini dibangun atas sumbangan seorang donatur Belanda bernama Alexander Manuel Anthonijs, pegusaha sukses yang juga pegawai Proefstation Oost Java (POJ), yang sekarang dikenal P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula).
Gedung P3GI
Dilansir dari https://p3gi.co.id/sejarah/, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, disingkat P3GI, adalah lembaga penelitian pergulaan di Indonesia. Lembaga penelitian yang berpusat di Pasuruan, Jawa Timur, ini bertugas melaksanakan penelitian, menghasilkan mengkaji teknologi dan produk pergulaan dan pemanis bagi kemajuan masyarakat gula, khususnya petani tebu dan pabrik gula, serta memberikan bantuan teknis kepada klien. Didirikan “Het Proefstation Midden Java” pada tahun 1885 di Semarang.
Kemudian pada tahun 1942-1945 POJ dikuasai oleh Pemerintah Jepang. Berikutnya, pada tahun 1945 Komite Nasional Indonesia mengambil alih POJ dari Pemerintah Jepang. Tahun 1968 Menteri Pertanian membentuk “Dewan Pembina BP3G” yang bertugas mengelola Balai melalui SK Mentan No 344/Kpts/12/1968. Lantas, pada 11 Mei 1987 Dewan Pembina merubah nama BP3G menjadi Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).
Gedung Harmoni
Dilansir dari radarbromo.jawapos.com, gedung Harmoni awalnya didirikan sebagai ballroom pada 1858 untuk memfasilitasi orang-orang Eropa, terutama Belanda, untuk tempat hiburan. Waktu terus berlalu. Pada 1921, gedung ini diresmikan dan diberi nama Societeit Harmonie. Di dalamnya ada ruang dansa, biliar, arena bermain kartu, gudang minuman, teater, ruang pertemuan, sampai penginapan. Kamar-kamar tersedia untuk tempat singgah.
Gedung Harmoni terdiri atas tiga bangunan. Satu bangunan utama dan dua bangunan samping yang sudah mengalami banyak perubahan. Bangunan utama terdiri atas dua lantai. Bangunan samping terdiri atas satu lantai. Bangunan utama dan samping membujur dari timur ke barat dan menghadap barat. Di sekelilingnya ada halaman di depan, belakang, dan samping. Gedung ini kini sebagai Gedung SMK Untung Suropati.
Hotel Daroessalam
Beruntung sekali usai menikmati makan siang kami dapat dipertemukan langsung dengan sang pemilik hotel, Hanif Fachir Thalib (51). Sosok yang ramah dan terbuka, yang telah bercerita panjang lebar tentang asal muasal hotel ini. Ia adalah generasi ketiga dari pemilik pertama, sang kakeknya yang bernama Muhammad bin Thalib, seorang saudagar Arab asal Yaman.
Hanif, panggilan akrabnya, menceritakan bahwa mulanya rumah ini didirikan oleh Kwee Tjong Hook (1754-1841). Kwee Tjong Hook, seorang imigran berasal dari Lin Chuan, Provinsi Fujian, China. Di Indonesia dia tiba di Lebak, daerah di wilayah bagian tenggara Pasuruan. Lokasi tersebut kemudian diketahui sebagai tempat dia dimakamkan bersama isteri keduanya, Oei Tjwan Nio.
Gedung Pancasila
Gedung Pancasila terletak di Jalan Hasanuddin, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan. Usianya sudah lebih dari seabad. Pembangunannya diperkirakan antara 1870 hingga 1890. Gedung itu memiliki nama yang cukup jarang diketahui. Graha Han Hoo Tong. Konon, ia pemilik bangunan dengan gaya arsitektur indies empire itu.
Dikutip dari https://radarbromo.jawapos.com/dulu-kini/1001633745/gedung-pancasila-dan-cerita-kejayaan-olahraga-kota-pasuruan, menurut sejumlah referensi, sebagai keluarga konglomerat di Pasuruan, Han Hoo Tong cukup terpandang. Bahkan mendapatkan keistimewaan dari pemerintah Hindia Belanda di bidang pemerintahan, perdagangan dan perpajakan.
Han Hoo Tong, adalah saudara kandung dari Han Hoo Tjoan, Kapiten Cina di Pasuruan saat itu yang juga dikenal sebagai pengusaha gula. Han Hoo Tong dan Han Hoo Lan, adiknya, mengelola Pabrik Gula Plered mulai tahun 1899. Tidak hanya sukses menjadi pengusaha. Han Hoo Tong juga sangat peduli pada dunia pendidikan.
Dia membidani lahirnya THHK (Tiong Hwa Hwee Koan), sekolah Tionghoa pertama di Pasuruan. Sekolah itu menempati gedung yang sekarang berubah menjadi SMAN 1. Sedangkan Gedung Pancasila sendiri dulunya semacam gelanggang olahraga. Bangunan itu dipakai warga Tionghoa di Pasuruan. Pada 6 Juni 1916, mereka mendirikan perkumpulan olahraga. Namanya adalah Tjhing Nien Hwe. Namun lebih sering dikenal dengan singkatan TNH.
Pokdarwis Kelurahan Karanganyar
Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Panggungrejo, Kota pasuruan adalah kelompok masyarakat yang memiliki kesadaran dan kesepahaman bersama tentang potensi wisata di wilayahnya. Mereka memiliki tujuan untuk mengelola dan mengembangkan potensi wisata tersebut secara berkelanjutan.
Salah satu fungsi utama dari Pokdarwis ini adalah mengidentifikasi, mengembangkan, dan mempromosikan potensi wisata yang ada di wilayah kelurahan. Mereka melakukan inventarisasi sumber daya alam, budaya, dan rekreasi yang bisa menjadi daya tarik wisata. Merawat destinasi wisata, hal ini mencakup pemeliharaan infrastruktur, pengaturan akses, dan memastikan pengalaman wisatawan yang aman dan menyenangkan.
Salah satu potensi destinasi wisata yang bisa ditawarkan di Kelurahan Karanganyar, yakni adanya peninggalan gerbang berarsitektur Tiongkok dengan segala detail ornamennya. Di samping itu, di kawasan ini masih banyak bongpay yang umurnya lebih dari ratusan tahun. Kata bongpay berasal dari bahasa Hokkian, yang artinya batu nisan. Bongpay adalah makam tradisional Tionghoa.
Tangkapan Mata Lensa
PSL Blusukan Edan “Goes to Pasuruan”