Belajar sejarah yakni menggali nilai-nilai dalam peristiwa sejarah, belajar bagaimana tokoh sejarah berkiprah sehingga membuat sejarah itu sendiri. Dengan sejarah harusnya bisa menanamkan semangat juang para siswa berjuang meraih impiannya. Untuk itu, peran guru dituntut mampu mengajak para siswa lebih mengenal sejarah dengan metode kreatif.
Namun, stigma yang melekat terhadap mata pelajaran sejarah bahwa mata pelajaran ini ada kecenderungan membosankan. Praktik di kelas hanya mengedepankan hafalan tanggal, peristiwa, dan tokoh sejarah, yang mungkin bagi sebagian besar pelajar kurang ada esensinya. Bahkan, ada anggapan umum jika mayoritas siswa kurang berminat pada pelajaran sejarah.
Padahal manfaat mempelajari sejarah adalah untuk mengetahui secara detail dan benar tentang apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana dan dampak dari peristiwa tersebut. Dengan begitu, siswa bisa menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peristiwa atau kejadian tertentu. Kiranya ini penting diketahui para siswa sehingga terbentuk memori kolektif tentang perjuangan bangsanya.
Jika mau berselancar di akun YouTube, banyak unggahan terkait sejarah melalui narasi, animasi, visualisasi, aksi teatrikal, maupun reenactment yang menarik. Unggahan tersebut dapat dimanfaatkan guru sebagai media ketika kegiatan belajar mengajar. Hal ini menandai, sebenarnya sebagian masyarakat memiliki ketertarikan terhadap sejarah perjuangan. Sebaiknya pelajaran sejarah tak hanya dikemas dengan cerita, monoton, dan membosankan.
Apa itu Reenactment?
Selama ini imej yang terbangun bahwa belajar sejarah diasosiasikan dengan kegiatan mempelajari kejadian di masa lampau yang membosankan. Duduk, membaca, dan menghapalkan rentetan kejadian masa lalu tentang apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. Namun ada cara belajar sejarah yang menarik dan mengasyikkan dengan melibatkan kegiatan fisik, yaitu, melalui reenactment.
Dilansir dari www.djkn.kemenkeu.go.id, Yusuf Eko Susilo menjelaskan, reenactment adalah kegiatan reka ulang peristiwa bersejarah dengan mengenakan seragam dan aksesoris di masa lalu berdasarkan riset sejarah. Riset dilakukan melalui studi pustaka, wawancara, dan penelusuran lapangan. Detail peristiwa seperti apa, pasukan terlibat apa, tokoh yang terlibat siapa, seragam dan aksesoris yang dipakai seperti apa.
Reenactment memerlukan imajinasi dan kreativitas untuk memvisualisasikan peristiwa bersejarah dalam bentuk reka ulang berdasarkan literatur dan informasi yang ada. Pelaku reenactment ini disebut reenactor. Reenactor berasal dari bahasa Inggris ‘reenact’, artinya menghidupkan kembali. Sehingga, reenactor dapat diartikan sebagai seseorang yang menghidupkan kembali momen-momen sejarah.
Reenactment dilakukan di tempat-tempat bersejarah, atau gedung-gedung bersejarah dengan bertujuan menghibur dan mengedukasi masyarakat. Menghibur dengan aksi-aksi para reenactor seperti dalam pertunjukan teatrikal, aksi tembak-menembak dengan efek ledakan. Sedangkan mengedukasi yakni mengenalkan peristiwa sejarah yang terjadi beserta tokoh-tokoh yang terlibat untuk menginspirasi.
Demi menjaga keotentikan, para reenactor mengenakan seragam dan aksesoris diupayakan mirip dengan tokoh atau pasukan yang diperankan. Seragam dan aksesoris tersebut ada dua jenis, yaitu relik dan repro. Benda relik adalah seragam dan aksesoris asli yang pernah digunakan di masa lalu. Sedangkan benda repro adalah seragam dan aksesoris buatan baru yang dibuat menyerupai benda aslinya.
*
Mumpung saat ini aroma atmosfir peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 masih menggaung, mumpung semarak kampung dengan bendera berkibar di setiap rumah, mumpung pula pernak-pernik dan kerlap-kerlip hiasan kampung masih memberikan suasana kemeriahan, apa salahnya jika mencoba menghidupkan kembali serpihan sejarah perjuangan bangsa dengan reenactment.
Barangkali reenactment seperti yang dilakukan Roode Brug Soerabaia, Minggu (21/8/2022), yakni napak tilas di tempat terjadi peristiwa sejarah, seperti di kawasan Kalimas Udik Kelurahan Nyamplungan Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Tempat itu merupakan kawasan Surabaya Kota Lama sarat dengan peristiwa bersejarah. Para reenactor mengenakan kostum pejuang, kemudian diabadikan melalui hunting foto atau video.
Reenaktur nenghidupkan kembali peristiwa bersejarah dengan cara unik dan kreatif agar bila hal itu untuk tujuan pembelajaran tidak berdampak membosankan.Keren liputannya.