Sekian lama berpisah dengan sahabat, rekan kerja, teman sekolah atau teman kuliah tentu ada rasa kangen yang mendalam. Apalagi di antara mereka adalah orang-orang yang memiliki kesamaan frekuensi atau atmosfir dalam berbagai hal seperti sehobi doyan makan, ngrumpi, nonton, blakrak’an dan lain-lain ketika masih bersama-sama dulu. Ini bicara bukan orang lain, saya pun mengalaminya.
Beberapa waktu lalu saya dihubungi salah satu rekan kerja via whatsapp, menginformasikan bahwa ada rencana reunion bersama rekan kerja yang telah purna tugas, dan beberapa rekan yang masih aktif bekerja. Saya mantan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 23 Surabaya, waktu itu saya tak langsung mengiyakan lantaran masih menyesuaikan agenda kegiatan di komunitas.


Setelah menanyakan agenda komunitas untuk hari Sabtu (17/12/2022) ternyata kosong, lantas pikir-pikir saya pun tergugah dan kepengin ketemu rekan-rekan lama. Jadilah saya hubungi salah satu rekan untuk mengabarkan bahwa saya ikut serta reunion. Acaranya jalan-jalan ke Kota Solo, dengan kapasitas dibatasi 30 orang, dengan mini bus, dan tidak menginap. Orang Jawa bilang ‘tolak’.
Meski kabar berikutnya mendadak kalau komunitas tempat saya bergabung, Roode Brug Soerabaia, yakni komunitas kesejarahan Surabaya, dijadwalkan harus mengisi acara teatrikal di Tugu Pahlawan pada hari tersebut oleh Disbudparpora Pemkot Surabaya. Saya mesti izin tidak bisa ikut liputan foto, sudah terlanjur daftar ikut reunion. Di Solo kami ke The Heritage Palace, Masjid Syeikh Sayed, Pasar Klewer dan Masjid Agung Surakarta. Kami berangkat Sabtu (17/12/2022) pagi.


Apa sih makna dari acara reunion? Yakni, suatu upaya mempertemukan kembali rekan-rekan yang dulu pernah bersama, selain mencari eksistensi diri yang mulai pupus dari memori lantara dimakan usia. Lama tak bertemu. Atau, suatu upaya memutar kembali memori adalah satu upaya untuk mencegah Alzheimer, yang memang suatu saat kelak akan menghampiri kita, cepat atau lambat.
Saat reunion berlangsung, kita bisa bebas bercanda lepas dengan para rekan atau sahabat lama. Meski hanya beberapa jam, atau dalam satu hari saja, ini betul-betul sebuah suasana menikmati refreshing. Karena itu, luangkan waktu untuk datang ke acara reunion, karena reunion itu memang kita perlukan. Sebagaimana dikutip dari www.pesona.co.id, Begini alasannya!


Memperkuat Persahabatan
Reuni tak sekadar membangkitkan nostalgia. Hasil studi Wildschut, psikolog sosial dari University of Southampton, Inggris, menunjukkan bahwa pengalaman nostalgia dapat memperkuat jalinan ikatan dengan orang lain (social bonding) dan membangun percaya diri seseorang. Terbukti, melalui reuni kita bisa membangun kembali jalinan pertemanan yang mungkin sempat terputus karena berjauhan.
Sahabat saat bekerja, sekolah atau kuliah pun biasanya sudah lebih mengenal diri kita secara luar dalam. Di depan mereka, kita bebas menjadi diri sendiri tanpa harus jaim. Mau curhat apa pun lebih leluasa. Maklum, masalah-masalah yang dihadapi di usia matang biasanya sudah mencapai tingkat dewa. Entah itu urusan kesehatan, kejenuhan, post power syndrome, atau masalah-masalah lain.


Memberikan Dukungan Emosional
Menjalin hubungan kembali dengan sahabat lama juga akan memberikan dukungan emosional kepada kita pada saat memasuki fase Empty nest Syndrome. Menurut Shakya (2009), Empty Nest Syndrome merupakan perasaan umum yang berupa kesepian maupun kesedihan yang dialami oleh orangtua ketika anak-anak mereka telah meninggalkan rumah karena bekerja jauh atau menikah.
Ketika memasuki usia pensiun dan satu per satu anak-anak menikah serta membangun keluarga sendiri, di fase inilah biasanya orangtua merasa kesepian, perasaan sedih mulai timbul, dan merasa tidak berharga lagi. Sahabat lama akan menerima kita apa adanya, tanpa memandang status sosial. Mereka siap berbagi, dan saling berhibur. Tentu dalam batas-batas yang wajar.


Mengajarkan Tetap Memakai Logika
Reuni juga mengajak kita melatih akal sehat alias berlogika. Ketika di tengah suasana nostalgia, tak jarang emosi masa lalu kembali ikut bermain. CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) memang kerap terjadi setelah eforia reunion. Perselingkuhan bukan tak mungkin terjadi. Tentu tak bermasalah jika status sama-sama masih lajang, lain cerita kalau masing-masing masih terikat dalam perkawinan.
Semua berpulang pada niat, sebesar apa pun kesempatan untuk menjalin kembali hubungan silaturrahin dengan para mantan, tidak akan menjadi masalah selama tetap berpegang pada komitmen dengan pasangan. Jangan jadikan momentum reunion sebagai kambing hitam rusaknya hubungan perkawinan. Membuka memori masa lalu, bukan berarti kita harus mengulang kembali kejadian yang sama di masa kini.


*****


*****


*****



Akhirnya ini reuni teman sekolah dilaksanakan sekitar lebaran. Tahun lalu sy dapat undangan reuni satu angkatan,satu kelas dan satu bangku.Jadi reuni berdua gitu hs he he