Roode Brug Soerabaia, komunitas kesejarahan Surabaya, sebagai organized suatu acara yang bertajuk “Living in Harmony – Charity Market & Historical Education”. Acara ini merupakan suatu acara sosial sekaligus dipadu edukasi sejarah, Sylvi Mutiara sebagai empunya acara, menggelarnya di Balai Pemuda Surabaya – Gedung Merah Putih, Minggu (15/1/2023), pukul 10.00 hingga pukul 14.00.
Sylvi Mutiara, selaku hosted acara tersebut, menuturkan bahwa mengadakan acara ini tak lain sebagai implementasi rasa syukur kepada Allah SWT, hingga saat ini kami sekeluarga senantiasa diberikan kesehatan, rezeki, rahmat, hidayah, dan keberkahan kehidupan oleh Allah SWT. Acara terlaksana atas dukungan Roode Brug Soerabaia, di-support pula oleh Komunitas Mata Hati (KMH), Mager Cinematic, Alisson.id dan berbagai komunitas disabilitas.
Selain itu, lanjutnya, dengan menggandeng teman-teman disabilitas mengikuti bazaar agar kita bisa memberikan apresiasi dan semangat berkarya kepada para penyandang disabilitas tersebut. Mereka tidak butuh dikasihani, namun butuh apresiasi hasil kreativitas mereka. Dengan turut mengapresiasi kreativitas karya mereka, kita memberikan api semangat untuk mereka terus berkarya.
“Di samping itu, dengan fragmen drama teatrikal “Tokoh Ktut Tantri” yang diperankan oleh teman-teman Roode Brug Soerabaia, sebagai warga Surabaya, saya juga ingin agar semua warga ‘melek’ sejarah terkait dengan sejarah kotanya. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarah bangsanya,” tambah ibunda Paris dan Salsa.
Syukur sekali, tambahnya, fragmen drama teatrikal tersebut mendapatkan apresiasi dan aplaus yang meriah dari sebanyak 140 orang tamu undangan yang berasal dari berbagai latar belakang. Di antaranya, dari Museum Tugu Pahlawan Surabaya, berbagai komunitas, baik sejarah maupun nonsejarah, penulis, Backpacker, media, Reenactor dari Malang, Mr. Athony Clark (Konsulat Jenderal Australia), dan Kahar Salamun (General Manager Hotel Majapahit Surabaya).
“Yang bikin haru, teman-teman saya dari kalangan di luar sejarah sangat mengapreiasi. Menurut mereka, acara semacam ini penting diketahui oleh semua warga, khususnya para generasi muda. Mereka akan secara intens mengajak anak-anaknya hadir di acara drama teatrikal semacam tersebut,” pungkas Sylvi Mutiara.
Sementara itu, Satrio Sudarso, Ketua Roode Brug Soerabaia, menjelaskan bahwa konsepnya adalah ada unsur sosial dan edukasi sejarah, khususnya sejarah perjuangan Kota Surabaya. Untuk acara sosial, yakni adanya bazaar dari sepuluh peserta berasal dari berbagai yayasan komunitas disabilitas. Mereka menjual makanan, minuman, dan berbagai produk kerajinan tangan.
Sedangkan untuk historical education, yang pertama ada fragmen drama teatrikal yang menceritakan tokoh ‘Ktut Tantri’, kedua ada story telling tentang salah satu peristiwa sejarah di Kota Surabaya, dan ketiga sajian khas musik perjuangan dari Komunitas Mata Hati, serta fasilitas photo both dengan tema kesejarahan yang dilengkapi dengan property berbagai jenis senjata dan lain-lain. Acara dalam rangka peringati ulang tahun Bu Sylvi Mutiara.
Sajian musik selain yang disajikan oleh pemusik KMH, juga ada tamu undangan dari reenactor Malang sekaligus pengisi acara, dari Komunitas Nyelentang yaitu Uki Hariyanto (44) yang didampingi anaknya, Maghfirotul Laily (22). Kepada semua pihak yang mendukung acara ini kami ucapkan terima kasih,” pungkas salah satu dosen di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Pada kesempatan yang sama, Mira (52), ibunda Naufaldi Pradama (27), menyampaikan ucapan terima kasih sudah diberi kesempatan kepada anaknya untuk mengikuti bazaar di sini. Semoga tambah banyak pengalaman anak kami, bisa mengenalkan karyanya kepada masyarakat. Karya Faldi yakni lukisan di kertas, dompet, dan tas. Faldi bersekolah di kesenian, dan melukis itu hobinya sejak kecil, ia ingin mengembangkan hobinya ini.
“Dengan diberi kesempatan turut membuka lapak bazaar di acara “Living in Harmony – Charity Market & Historical Education” yang diprakarsai Ibu Sylvi Mutiara ini, Faldi, panggilan akrabya, turut senang sekali,” tambah ibunda Nufaldi. Naufaldi, salah satu penyandang tunarungu.
Di lapak bazaarnya, Naufaldi memberikan kartu namanya, yakni “NAUFAL Deaf_Art : Bags, Purses, and T-Shirt”. Desain hand painted by the Deaf Community. Karya-karya Naufaldi bisa diintip di akun instagramnya yaitu di @naufaldi.tommy. Atau, barangkali bisa menghubungi langsung melalui nomor kontak 0852 3647 8386.
Lain halnya dengan Rahmat Iqbal Salfaphani (27), penyandang tunanetra, pada kesempatan ini ia bersama mamanya, Ibu Wati, di lapak ini Iqbal berjualan bermacam-macam produk camilan. Seperti, usus crispi, macaroni, usus kering isi coklat, kacang goreng, roti bakar. Diberi kesempatan turut membuka lapak bazaar bagi Iqbal sangat bermanfaat, yaitu bisa mengenalkan hasil produk camilannya.
“Harapan kami, kegiatan semacam “Living in Harmony – Charity Market & Historical Education” bisa rutin dilaksanakan untuk memajukan roda perekonomian di sektor UMKM. Selamat ulang tahun kepada Bu Sylvi Mutiara, semoga beliau dikaruniai oleh Allah SWT usia yang bermanfaat, limpahan rahmat dan keberkahan terhadap lingkungan maupun orang-orang di sekelilingnya.
Sedangkan Prana Carenza (27), penyandang tunanetra, mengatakan bahwa bazaar ini luar biasa, terutama buat teman-teman disabilitas. Adapun manfaatnya bisa berjejaring dengan kawan-kawan lain, bisa menemukan peluang, dalam tanda kutip, lantaran terhubung jejaring tersebut. Harapan ke depan, tidak hanya Bu Sylvi Mutiara yang mengadakan acara ulang tahun semacam ini. Mungkin para sahabat Bu Sylvi, dan lainnya.
“Kegiatan ini sebagai contoh buat teman-teman yang lain bahwa ulang tahun itu tidak harus acara privacy dan hura-hura seperti di hotel atau resto, tetapi ini dapat menjadi contoh bahwa inilah ulang tahun yang kreatif,” kata Prana.
Ditanya tentang kafe, prosesnya panjang, lanjut Prana, sebenarnya jualannya itu hanya kaos dan jacket, dan merchandise, namun ada celetukan apakah ada minuman, ternyata yang disajikan untuk tamu undangan hanya nasi kotak tanpa minuman. Tujuannya, agar jualan minuman teman-teman disabilitas itu bisa terjual. Akhirnya, kami dari Komunitas Mata Hati buka lapak beberapa varian kopi.
“Coffe Shop Store(y) Komunitas Mata Hati, sebenarnya dikasih nama “Kopi Picek”, memang yang buat kami, yang menakar juga kami. Misalnya kopinya 25 gr, airnya 200 ml.,” kelakar penggebuk drum di komunitas musiknya.
Tak ketinggalan, Danny Heru Dwi Hartanto, dari Komunitas Mata Hati (KMH), menyampaikan ucapan terima kasih bahwa KMH diberikan kesempatan turut menghibur acara “Living in Harmony – Charity Market & Historical Education” yang diselenggarakan Bu Sylvi Mutiara. Melalui kegiatan ini pula, KMH turut menyosialisasikan keberadaan inklusifitas antara teman-teman disabilitas dengan nondisabilitas itu bisa tersampaikan.
“Terima kasih kepada Bu Sylvi Mutiara sekeluarga, saya mewakili KMH mengucapkan selamat ulang tahun, dirgahayu, bahagia bersama keluarga, dan sehat selalu,” pungkas Danny.
Di ujung acara, Titis Ningrum, salah satu tamu undangan, menceritakan bahwa acara hari ini secara overall itu merupakan satu kesatuan, berbagai acara bisa dipadu menjadi satu kesatuan menjadi utuh, menarik, dan unik sekali. Di sini kita bisa bertemu banyak kawan, juga bisa belajar sejarah mulai dari yang disajikan secara teatrikal, atau mendengarkan cerita bagaimana sejarah perjuangan itu terjadi pada masa lalu.
Selain itu, lanjutnya, di sini difasilitasi juga dengan charity, yakni memfasilitasi teman-teman disabilitas untuk berkarya. Artinya, teman-teman disabilitas ini tidak hanya diposisikan hanya sebagai penerima donasi, atau sebagai yang dikasihani belaka. Tetapi di sini mereka sama-sama ikut mendukung acara tersebut, dan ini merupakan bentuk untuk pemberdayaan mereka juga.
“Secara overall, saya pribadi salut dan mengapresiasi bahwa memperingati ulang tahun sebagai rasa syukur bisa diwujudkan dalam bentuk berbagi dan memberikan kesempatan kepada orang lain, khususnya para disabilitas, untuk unjuk produk karya mereka,” pungkas Titis.
Ditemui usai acara yang kebetulan lagi santai, Maghfirotul Laily, seorang violist, menceritakan pengalamannya hingga ia bisa bermain biola. Diceritakan sang ayah, Uki Hariyanto, bahwa Maghfi panggilan akrabnya, ketika usia 3 tahun pernah menginjak biola teman ayahnya hingga patah. Itu membuatnya kapok jika lihat biola, dan ketika kelas 5 SD ia mulai tertarik melihat orang memainkan biola.
“Tetapi saya tidak berani mendekat, apalagi memegang. Takut rusak,” sambungnya.
Baru ketika menjelang ujian kelas 9 SMP itu Maghfi mulai belajar main biola, lantaran Mata Pelajaran Kesenian di sekolahnya mewajibkan peserta ujian harus bisa memaninkan salah satu alat musik. Jangankan biola baru, apalagi biola keluaran branded tersohor, Maghfi dibelikan ayahnya biola seharga 100 ribu rupiah di pasar loakan, itu pun biola patah, pungkas alumnus SMP Muhammadiyah 1 Malang.
“Berkat bisa memainkan biola dan kolaborasi dengan ayah yang main guitar, kami sering dapat undangan untuk mengisi acara, baik acara resmi seperti di museum, maupun acara-acara tak resmi seperti di kafe-kafe atau di komunitas-komunitas,” pungkas mahasiswi yang sebentar lagi menamatkan masa perkuliahannya.
Rangkaian Foto Fragmen Drama Teatrikal ‘Ktut Tantri’
Foto Pemberian Tali Asih dari Tamu Undangan
Closing Acara : Sambutan dari Keluarga Bu Sylvi Mutiara
Seksi Penerima Tamu
Kaum disabilitas bisa punya karya kalau diberi kesempatan. Ayo kita dukung dan jangan meremehkan mereka.
Mas Santoso A.,
Benar sekali, kita harus menghargai eksistensi mereka, ciptakan kesetaraan agar mereka dapat memgali kemampuan mereka menjadi sesuah profesi.
Sehat dan sukses selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur nuwun.
Ultah yang mewah meriah membawa berkah.
Pakbro Karyo Wahono,
Aamiin….
Memberikan kesempatan bagi sebagian disabilitas unjuk eksistensi dirinya.
Kita perlu mengapresiasi, memberi peluang agar mereka dapat berkembang skil mereka.
Sehat dan sukses selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur nuwun.
keren banget ide ultah dibikin giniii
Bu Juli Indawati,
Inggih, temen yang satu ini memang totalitas. Ia ada di banyak komunitas sosial.
Turut turun tangan memberdayakan teman-teman disabilitas dan teman-teman yang lain yang perlu diapresiasi,
diberi peluang dan kesempatan untuk berkembang.
Sehat dan sukses selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
Matur nuwun.