Roode Brug Soerabaia : Teatrikalkan Pertempuran Kedung Klinter

Share this :

“Tentara Inggris teko…, tentara Inggris…, tentara Inggris teko…, tentara Inggris teko, Rek! Awas, waspada! Ayo, siap-siap! Serbuuu…, serbuuu…, serbuuu!”

Teriakan-teriakan sekelompok pemuda Kedung Klinter kepada warga ketika mereka melihat tentara Inggris melakukan penyusuran di tengah Kota Surabaya, khususnya di daerah Kedung Klinter. Peristiwa itu memicu warga di sekitar kampung tersebut merasa geram lantaran sekelompok tentara Inggris tampak sombong dengan gaya mereka menggunakan kendaraan jip sambil menembakkan senapannya. Itulah gambaran cuplikan suasana teatrikal ‘Pertempuran Kedung Klinter’ di Lapangan Tugu Pahlawan, Minggu (19/3/2023) pagi.

Tentara Inggris mengadakan penyusuran di tengah kota Surabaya dengan maksud memberikan peringatan agar membuat rakyat takut dan sebagai pernyataan bahwa mereka telah datang untuk menduduki Kota Surabaya. Mereka turun dari kapal perang di Pelabuhan Tanjung Perak pada 23 Oktober 1945, tergabung dari Brigade Infantri 49 Divisi Ke-23 di bawah pimpinan Brigadier AWS Mallaby, yang terdiri atas sekitar 6000 orang.

Rupanya tentara Inggris tidak menyangka bahwa Arek-Arek Kedung Klinter dan kampung sekitarnya telah memiliki senjata hasil rampasan dari markas tentara Jepang di Don Bosco sebelumnya. Akhirnya pertempuran sengit pun terjadi. Lantaran jumlah tentara Inggris yang waktu itu berpatroli tidak sebanding, maka tentara Inggris tersebut kalah telak hingga kendaraan jip yang mereka tumpangi juga dihancurkan oleh Arek-Arek Kedung Klinter.

Satrio Sudarso, Ketua Roode Brug Soerabaia yang sekaligus sebagai kreator teatrikal, menuturkan bahwa pertempuran di Surabaya adalah pertempuran yang sangat fenomenal. Arek-Arek Suroboyo dengan segala keterbatasanya, namun memiliki tekad baja untuk merdeka yang tidak akan dapat ditundukkan lagi, membuat mereka pantang menyerah dalam peperangan melawan tentara penjajah.

“Rakyat banyak rela mengorbankan apapun termasuk nyawanya. Setelah peristiwa perobekan bendera pada 19 September 1945, pemuda-pemuda Surabaya berinisiatif untuk merebut senjata dari tangan tentara Jepang. Senjata-senjata hasil rampasan itu sebagai modal untuk mempertahankan kemerdekaan,” tuturnya.

Roode Brug Soerabaia : Teatrikalkan Pertempuran Kedung Klinter
Halah satu adegan Pertempuran Kedung Klinter (foto : bObMadi)

Setelah pemuda-pemuda Surabaya menguasai senjata, lanjutnya, terjadilah pertempuran di beberapa tangsi-tangsi Jepang, salah satunya yang terbesar ada di Gedung Kempetai. Pada tanggal 1 Oktober 1945 pemuda pemuda Surabaya, BKR, Polisi Istimewa di bawah koordinasi Abdul wahab mengepung gedung tersebut. Termasuk pemuda di Kampung Kedung Klinter.

Pertempuran itu akhirnya reda menjelang sekitar pukul empat sore ketika pimpinan Polisi Istimewa, M. Yasin, berhasil meyakinkan pimpinan Kempetai untuk mengibarkan bendera putih sebagai tanda pasukan Jepang menyerah. Pada saat peperangan itu, satu orang anggota pemuda Kedung Klinter, Soetojo, gugur di tempat dan jasadnya dimakamkan di Kuburan Tembok, lanjutnya.

Satrio Sudarso menambahkan, pertempuran besar selanjutnya yang terjadi di kota Surabaya ditandai dengan fase pertama, yakni tentara Inggris mengalami kekalahan telak pula, pasukan Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadier AWS Mallaby nyaris tersapu bersih, dan Brigadier AWS Mallaby pun tewas pada 30 Oktober 1945.

Untuk membalas dendam atas kekalahan dari pertempuran fase pertama, tambahnya, tentara Inggris menyebarkan pamflet-pamflet dari udara yang berisi perintah agar Arek-Arek Suroboyo menyerahkan senjata sambil mengangkat tangan kepada tentara Inggris atau Kota Surabaya akan dihancurleburkan dari darat, laut dan udara.

“Dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, Indonesia mendapatkan tantangan berperang dengan bangsa asing, dan bangsa Indonesia pun menjawabnya dengan semangat pantang menyerah. Arek arek Suroboyo sudah bersiap untuk menghadapi tantangan tentara Inggris tersebut,” tambah pria yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Tepat pukul 06.00, pada tanggal 10 Nopember 1945, tentara Inggris merealisasikan tantangannya. Kota Surabaya diserang habis-habisan dari darat, laut dan udara. Para pejuang dan Arek-Arek Suroboyo pun bertahan dengan segenap kekuatannya. Pertempuran yang berlangsung sangat sengit itu terjadi hampir di seluruh penjuru Kota Surabaya,” pungkasnya.

Roode Brug Soerabaia : Teatrikalkan Pertempuran Kedung Klinter
Sebagian pendukung teatrikal Pertempuran Kedung Klinter (foto : Adnan Tugu)

Teatrikal Pertempuran Kedung Klinter di Tugu Pahlawan ini terlaksana atas kerja sama Museum Sepuluh Nopember, Pemerintah Kota Surabaya dengan Roode Brug Soerabaia. Kegiatan tersebut di-support pula oleh Komunitas Arek Kedung Klinter, Komunitas deMardijkers, Karang Taruna Kelurahan Mulyorejo Surabaya.

*

Belajar sejarah kadang diasosiasikan dengan kegiatan mempelajari kejadian di masa lampau yang membosankan. Duduk, membaca, dan menghapalkan rentetan kejadian masa lalu beserta para tokohnya. Membosankan. Namun ada cara belajar sejarah yang menarik dan mengasyikkan, yakni dengan melibatkan kegiatan fisik, yaitu melalui drama teatrikal, atau semacam reenactment.

Reenactment dilakukan di hadapan atau dipentaskan untuk ditonton masyarakat dengan tujuan menghibur dan mengedukasi. Menghibur dengan aksi-aksi para reenactor seperti dalam pertunjukan teater. Seperti, aksi tembak menembak penuh efek ledakan. Sedangkan mengedukasi, yaitu dengan menampilkan peristiwa sejarah, sekaligus mengenalkan peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lalu beserta tokoh-tokoh yang terlibat.

Featured Image by : bObMadi

You may also like

6 thoughts on “Roode Brug Soerabaia : Teatrikalkan Pertempuran Kedung Klinter”

    1. Mas Ady Setyawan,

      Juga mengenal sejarah agar warga Surabaya, khususnya bagi kaum muda millennial mencintai, dan menjaga kotanya.

      Matur nuwun sanget atas apresiasi Panjenengan, Mas.

      1. Salah satu harapanya dapat selalu mengajak generasi muda untuk terlibat aktif dalam pergerakan edukasi kesejarahan.

        Matur nuwun sanget pak Ali Muchson.. Telah konsisten dalam menulis konten tentang sejarah perjuangan khususnya di kota Surabaya

  1. Mas Ady Setyawan,

    Juga mengenal sejarah agar warga Surabaya, khususnya bagi kaum muda millennial mencintai, dan menjaga kotanya.

    Matur nuwun sanget atas apresiasi Panjenengan, Mas.

  2. Salah satu harapanya dapat selalu mengajak generasi muda untuk terlibat aktif dalam pergerakan edukasi kesejarahan.

    Matur nuwun sanget pak Ali Muchson.. Telah konsisten dalam menulis konten tentang sejarah perjuangan khususnya di kota Surabaya

  3. Pertempuran kedung klinter adakah salah satu bentuk kepedulian warga kampung terhadap keamanan wilayahnya.Secara parsial, kampung2 di Surabaya membentuk SATGAS semacam kampung tangguh saat covid-19 Keren pooll untuk warga Surabaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *