Seperti halnya even Kirab Budaya Mojo Bangkit tahun lalu, even Kirab Budaya Mojo Bangkit tahun ini Roode Brug Soerabaia diundang Pemkot Mojokerto untuk turut memeriahkan acara dalam rangkaian Peringatan Ke-105 Hari Jadi Kota Mojokerto. Di bawah koordinasi Satrio Sudarso, komunitas kesejarahan Surabaya tersebut memberangkatkan 32 anggota, Selasa (27/6/2023) pagi.
Kirab budaya menampilkan beragam atraksi kesenian dari berbagai daerah, diberangkatkan sekitar pukul 13.00 dari Alun-alun Wiraraja oleh Wali Kota Ika Puspitasari. Ratusan ribu warga tumpah ruah membanjiri sepanjang rute kirab mulai dari Alun-Alun, Jalan Mojopahit, Jalan Bhayangkara, Jalan Gajahmada, hingga titik finis di depan Kantor Pemkot Mojokerto.
’’Saat ini kita saksikan bersama para peserta kirab diberangkatkan dari Alun-Alun Wiraraja, kebanggaan Kota Mojokerto. Dan bisa kita lihat barisan para peserta kirab di era perjuangan dan kemerdekaan, menggambarkan perjalanan hidup yang dinamis, gigih dan bercita-cita kuat,’’ sambutan Wali Kota Ika Puspitasari sebelum memberangkatkan kirab, ia didampingi jajaran Forkompimda Mojokerto.
Kirab diawali penampilan drum band Gita Abdi Praja IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri), lanjut Ning Ita, sapaan akrabnya, kemudian disusul atraksi kirab budaya dari delapan daerah di Jawa Timur, yakni Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jombang, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Malang.
Rangkaian peringatan Ke-105 Hari Jadi Kota Mojokerto, Pemkot Mojokerto menggelar berbagai kegiatan melibatkan peran serta masyarakat, seperti kegiatan Bulan Bung Karno, Festival Kuliner, Permainan Tradisional, dan juga Kirab Budaya Mojo Bangkit ini. Dengan harapan generasi muda dan kaum milenial semakin mencintai seni budaya lokal dan tidak mudah terpengaruh dengan budaya asing, harapnya.
“Dengan semangat yang kuat, hebat, dan melesat.” yel-yel ajakan Wali Kota Ning Ita kepada seluruh peserta dan masyarakat sebelum berbaur turut dalam kirab budaya. Sang suami, Supriyadi Karima Syaiful, mendampinginya untuk menyapa seluruh warga di sepanjang rute yang dilalui kirab dengan menaiki kereta kencana Tribuana Tungga Dewi dan Dyah Kertawardhana.
Roode Brug Soerabaia Teatrikalkan Pidato Gubernur Soerjo di Finis Kirab Budaya
Gubernur Soeryo mengkomunikasikan dengan Bung Karno terkait ultimatum pasukan Inggris kepada para pejuang untuk menyerah, atau memilih tetap melawan mereka. Setelah ditunggu pemerintah pusat menyerahkan kembali kepada Gubsernur Soerjo.
Sebelum meletus pertempuran 10 November di Surabaya, Gubernur Soerjo melakukan pidato di Radio Repubik Indonesia pada malam tanggal 9 November 1945 pukul 23.00 WIB. Berikut ini isi pidato Gubernur Soerjo :
Sudara-saudara sekalian,
Pucuk pimpinan kita di Jakarta telah mengusahakan akan membereskan peristiwa di Surabaya pada hari ini. Tetapi sayang sekali sia-sia belaka, sehingga kesemuanya diserahkan kepada kebijaksanaan kita di Surabaya sendiri. Semua usaha kita untuk berunding senantiasa gagal. Untuk mempertahankan kedaulatan negara kita, maka kita harus menegakkan dan meneguhkan tekad kita yang satu, yaitu berani menghadapi segala kemungkinan.
Berulang-ulang telah kita kemukakan bahwa sikap kita ialah: Lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Juga sekarang dalam menghadapi ultimatum pihak Inggris, kita akan memegang teguh sikap itu. Kita tetap menolak ultimatum itu.
Dalam menghadapi kemungkinan besok pagi, mari kita semua memelihara persatuan yang bulat antara Pemerintah, Rakyat, TKR, Polisi dan semua Badan-badan perjuangan pemuda dan rakyat kita. Mari kita sekarang memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga kita sekalian mendapat kekuatan lahir batin serta rahmat dan taufik dalam perjuangan.
Selamat berjuang!
Pada tanggal 10 November 1945, tepat pukul 11.00, kapal-kapal perang Inggris mulai menyerang dengan mengumbar tembakan meriamnya ke pusat Surabaya. Di bawah komando Captain R.C.S. Garwood, mereka muntahkan 350 tembakan meriam caliber 45 inchi dari kapal destroyernya. Namun,di luar dugaan ternyata tembakan mereka ternyata berbalas.
Hal itu mengagetkan tentara Inggris karenan mereka mengira tidak ada orang Indonesia yang mampu mengoperasikan meriam. Anggapan selama ini bahwa tentara Indonesia berlabel “not higher than third partisan army” ternyata tidak benar. Pertemputan antara kapal-kapal Inggris melawan meriam pantai pejuang yang telah dimodifikasi menjadi meriam anti udara pun berlangsung sengit.
Gegap Gempita dalam Bidikan Mata Lensa
Kirab Budaya “Mojo Bangkit” Kota Mojokerto
27 Juni 2023
Foto Bersama
Sebelum dan Sesudah Kirab Budaya Mojo Bangkit
Kunjung di Sekolah Koesno
ELS 912-1916 Sekarang SMP Negeri 2 Kota Mojokerto
acara yg sangat keren