Roode Brug Soerabaia, salah satu komunitas kesejarahan di Kota Surabaya menyuguhkan aksi teatrikal dengan tema āKisah TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar)ā di Areal Lapangan Monumen Tugu Pahlawan Museum Sepuluh Nopember Surabaya, Minggu (11/12/2022) pagi.
Aksi teatrikal diawali dengan gema proklamasi kemerdekaan yang diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 disambut gembira rakyat Jawa Timur, terutama di Kota Surabaya. Semangat untuk mempertahankan kemerdekaan itu disambut oleh seluruh rakyat baik tua atau muda, laki-laki dan perempuan, tak ketinggalan para pemuda yang di dalamnya termasuk para pelajar.
Selepas Indonesia memploklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda tidak serta merta mengakui kemerdekaan tersebut. Bersama tentara sekutu pimpinan Inggris, Belanda datang ke Indonesia untuk mengambil alih kembali wilayah yang pernah ia jajah. Tentu niat Belanda disambut dengan penentangan dan perlawanan mati-matian segenap elemen bangsa, termasuk anggota TRIP.
Anggota Tentara Republik Indonesia Pelajar, atau disingkat TRIP, meski baru berusia belasan tahun mereka berani mengorbankan jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jiwa patriotisme dan kegagahan mereka sudah teruji dalam setiap pertempuran melawan penjajah yang hendak merongrong kemerdekaan Indonesia.
Bahkan tentara Inggris yang menjadi salah satu pemenang Perang Dunia II pun dibuat kewalahan menghadapi kiprah para pelajar dalam pertempuran heroik di depan gedung Internatio yang mengakibatkan tewasnya Brigadir Aubertin Walter Sothern Mallaby. Sehingga akhirnya Inggris mengempur Surabaya dengan kekuatan darat, laut dan udara yang dikenal dengan pertempuran 10 Nopember 1945.
Ketika Perang Dunia II Inggris belum pernah kehilangan seorang jenderal pun, namun di Surabaya kehilangan seorang jenderal saat melawan kekuatan rakyat termasuk di dalamnya para anggota TRIP, yang notabene bukan pasukan profesional dan terlatih seperti tentara Inggris. Sehingga Inggris merasa geram, dan akhirnya mengempur Surabaya untuk membalaskan kematian jenderalnya.
Sebagaimana dilansir dari tawangsarikampoengsedjarah.wordpress.com/2018/05/11/riwayat-singkat-berdirinya-trip-jawa-timur/, anggota TRIP dipanggil āpakā masih sangat muda dan belum pantas, namun jika dipanggil ā dik atau nakā mereka sudah berani mengangkat senjata melawan penjajah. Mereka bukanlah anak-anak lagi, meskipun rata-rata usia mereka antara 12 s/d 20 tahunan.
Sesuai budaya Jawa, āngajeni wong liyoā, untuk menjaga kesopanan dalam pergaulan, maka disebutlah anggota TRIP dengan panggilan āMasā. Sehingga sampai sekarang dikenal dengan sebutan Mas TRIP. Jadi jelaslah bahwa āMasā bukan merupakan singkatan tetapi panggilan akrab masyarakat kepada para anggota pasukan TRIP, dan kini dengan penulisan MASTRIP.
MASTRIP diabadikan sebagai nama jalan tidak hanya di Surabaya, namun juga di berbagai kota seperti Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Nganjuk, Madiun, Blitar, Probolinggo, Jember, dan di kota-kota lain di Indonesia. Di balik nama jalan tersebut ternyata tersimpan sisa-sisa memoar sejarah heroik bangsa Indonesia. Meski sudah lama terpendam waktu, hendaknya tak terhapus dari memori kolektif bangsa ini.
Keisha Syida Afia, Kelas 10 SMA Muhammadiyah 10 Surabaya, mengataan bahwa awalnya hanya membaca artikel dan melihat akun instagram @roodebrug_soerabaia saja secara sekilas. Lantaran sering baca-baca tentang teatrikal Roode Brug Soerabaya akhirnya ingin melihat secara langsung. Kebetulan acara aksi teratrikal diadakan pada hari Minggu, jadi sekalian buat isi libur dengan belajar sejarah tentang perjuangan bangsa.
āAksi teatrikalnya seru, menarik, dan juga menegangkan. Akhirnya bisa membayangkan betapa jiwa patriot Arek-Arek Suroboyo dulu begitu begitu kuat. Mereka mengorbankan nyawa demi mempertahankan kemerdekaan,ā tambahnya saat ditemui setelah menyaksikan aksi teatrikal.
Masih menurut Keisha, untuk mengisi kemerdekaan, generasi muda Indonesia hendaknya memanfaatkan kesempatan untuk meraih pendidikan setinggi mungkin. Dengan pendidikan tinggi dan berkarakter, rantai kemiskinan akan terputus, dan SDM bangsa Indonesia akan setara dengan SDM bangsa lain. Maka, fokus belajar dan melakukan hal-hal positif itu mesti dilakukan sejak dini agar dapat menggenggam kesuksesan.
*****
*****
Pak Lik saya(paman) dulunya juga tentara pelajar di zaman Jepang. Hormat dg hati 5 untuk tentara pelajar tempo dulu
Semangat belajar ya, UI