Menggunakan kendaraan bermotor saat menuju suatu tujuan memang menghemat waktu dan tenaga, namun tidak ramah lingkungan. Kendaraan bermotor salah satu penyumbang meningkatnya polusi udara.
Lantaran itu, Roodebrug Soerabaia giat mengkampanyekan mengurangi polusi perkotaan dengan mengajak gowes bareng ke Mercusuar Sembilangan, Socah Kabupaten Bangkalan (18/1/2020).
Kisaran 25 pesepeda dari beberapa komunititas turut serta. Titik kumpul di area parkir Tugu Pahlawan Surabaya. Para peserta akan menempuh kurang lebih 34 km untuk sampai lokasi lewat penyeberangan Kapal Ferry Pelabuhan Tanjung Perak – Kamal.
“Ini langkah positif, member solusi tanpa emisi. Meski tanpa kendaraan bermotor, kita tetap bersenang-senang. Selain sehat didapat, bisa silaturrahin untuk nambah kekeluargaan,” tutur Ady Setiawan, ketua Roodebrug Soerabaya.
Peninggalan Zaman Kolonial Belanda
Mercusuar Sembilangan merupakan peninggalan Zaman Kolonial Belanda, dibangun pada tahun 1879, yakni pada pemerintahan Z.M. Willem III. Lokasi berada di Jalan Sembilangan, Socah, Kabupaten Bangkalan. Sekitar 6 KM dari Kota Bangkalan.
Menara menjulang setinggi 78 meter terdiri atas 17 lantai itu berguna untuk membantu navigasi hilir mudik kapal yang lewat agar menghindari daerah yang rawan seperti batuan karang serta daerah laut yang dangkal.
Umumnya, sumber cahaya yang digunakan pada lampu mercusuar mulai dari api, lensa hingga lampu. Seiring hadirnya GPS (Global Positioning System), penggunaan mercusuar sebagai pendukung. Masih difungsikan sebagaimana semula.
Pegiat Sejarah Madura, Hidrochin Sabarudin, saat menerima rombongan pesepeda Roodebrug Soerabaia menuturkan, fungsi mercusuar memberi penerangan dan navigasi bagi kapal-kapal yang berlayar di Selat Madura. Karena dangkal dan berkarang, imbuhnya.
“Dulu pengunjung boleh naik sampai lantai teratas. Sekarang dikelola AL dan Dinas Perhubungan, dengan pertimbangan usia dan peralatan yang ada, pengunjung tidak diperkenankan masuk,” pungkas mantan karyawan Dinas Pendidikan Bangkalan.
Spot Foto Ikonik
Mercusuar Sembilangan merupakan ikon wilayah kabupaten Bangkalan. Selaian berkunjung bernilai historis, mengungkap fakta sejarah, pengunjung dapat memanfaatkan spot ini untuk mengabadikan momen dengan selfie maupun welfie.
Berbagai gaya, model, action boleh saja, tak ada yang melarang. Satu hal saat meninggalkan lokasi, buang sampah mesti di tempat yang disediakan.
Di sini mancal bareng peroleh sehat dan senang, dapat wasasan baru bernilai historis, dan zeo waste. Yuuk, kapan Anda mulai bersepeda!