Cuaca petang (12/2/2020) langit tampak cerah meski awan tipis menyelimuti Kota Surabaya. Padahal siang hari sebagian wilayah sempat diguyur hujan deras, menjadikan keraguan apakah rencana Roodebrug Soerabaia : Historical Night Ride. Menyusuri Kalimas, Menyusuri Peradaban Kota itu tetap dilanjut.
Kegiatan Roodebrug Soerabaia : Historical Night Ride. Menyusuri Kalimas, Menyusuri Peradaban Kota dikemas dengan bentuk kegiatan bersepeda pada malam hari, menyusuri sepanjang Kalimas dari Pintu Air Jagir Wonokromo hingga Jembatan Petekan.

Keraguan terhapus juga dengan semakin cerah suasana malam Surabaya. Sesuai dengan kesepakatan, kami, sepuluh pesepeda : Ady Setyawan, Udanto Wahyu, Bagus Yusuf W., Oscar Harun, Johan Asa, Ike Septi Yastari, Rinai Tita Febriana, Andy Bogel, dan Dio Novan Baharudin, dan saya bertemu di titik kumpul, di Monumen Wira Surya Agung Wonokromo.
Ady Setyawan, Ketua Komunitas Roodebrug Soerabaia, sekaligus penggagas Roodebrug : Historical Night Ride. Menyusuri Kalimas, Menyusuri Peradaban Kota, menuturkan bahwa tujuan menyusuri Kalimas agar masyarakat tahu, ternyata Kalimas mempunya potensi dikembangkan menjadi destinasi wisata.

“Bukan melalui wisata air, tetapi menyusuri Kalimas dengan bersepeda pun bisa menikmati suasana kota. Lebih-lebih waktu malam. Menyusuri Kalimas adalah menyusuri peradaban kota,” tutur Ady Setyawan.
Roodebrug : Historical Night Ride. Menyusuri Kalimas, Menyusuri Peradaban Kota mengambil rute dimulai dari start di Monumen Wira Surya Agung Wonokromo hingga finish di Jembatan Petekan.
Saat menikmati perjalanan pserta diajak mampir sejenak di spot-spot yang bernilai historis. Pada kesempatan itu Ady Setyawan menjelaskan secara singkat terkait dengan nilai tersebut. Selain mengabadikan dengan foto bersama tentu.

Spot-Spot Bernilai Historis
Beberapa spot yang bernilai historis, yang sempat disinggahi rombongan Roodebrug : Historical Night Ride. Menyusuri Kalimas, Menyusuri Peradaban Kota antara lain :
Monumen Wira Surya Agung. Sebuah Monumen dibangun untuk mengenang pertempuran fase pertama Pertempuran Merebut Jembatan Wonokromo ketika para Tentara Pelajar bertempur melawan Inggris hingga berhasil merebut jembatan pada tanggal 29 Oktober 1945.
Sedangkan pertempuran fase kedua, November 1945, Jembatan Wonokromo berusaha direbut kembali oleh Inggris dengan menembaki para pejuang dari atas pohon, 19 orang pejuang gugur.

Hingga saat ini pohon besar tempat para tentara Gurkha dan Inggris menembaki pejuang kita masih berdiri dan dibangun monumen sebagai tetenger.
Jika sedang melewati Jembatan Wonokromo menuju arah Kebun Binatang atau sebaliknya, silakan tengok kearah monumen yang menjulang tinggi untuk mengenang mereka yang telah gugur.
Pintu Air Jagir. Pintu Air Jagir dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1917 oleh seorang arsitek Belanda, GC Citroen. Bangunan ini difungsikan untuk mengantisipasi banjir yang sering terjadi di Surabaya kala itu. Sampai sekarang pintu air ini masih berfungsi dengan baik.

Pintu Air Jagir berperan besar dalam mengatur air yang masuk ke Surabaya melalui anak Sungai Brantas, yaitu Sungai Mas. Apabila Sungai Mas menunjukkan kelebihan debit air karena gelontoran dari Sungai Brantas, airnya akan dibuang melalui pintu air ini menuju ke anak Sungai Mas, yaitu Sungai Jagir.
Taman Bantaran Kali Jagir. Selain untuk bersantai pengunjung dapat memanfaatkan taman sebagai sarana olahraga, baik untuk jogging maupun lari. Jika malam temaran lampu menambah suasana romantik, apalagi bersama orang terkasih.
Pemkot Surabaya membangun taman di beberapa bantaran sungai agar bantaran sungai bebas dari bangunan liar dan dapat melakukan pengerukan sungai agar tidak terjadi banjir.

Jembatan Ujung Galuh. Jembatan ini memiliki panjang 46,43 meter, lebar 9 meter. Dilengkapi trotoar lebar, taman hijau, traffic light dan jalan inspeksi. Ujung Galuh adalah nama kota Surabaya di masa keemasan Majapahit.
Konon, Ujung Galuh lokasi terjadinya peristiwa pergelutan antara suro (ikan hiu) dan boyo (buaya) yang kemudian menjadi cikal bakal nama Kota Surabaya. Selain itu Ujung Galuh pada masa Majapahit juga sering menjadi tambatan perahu dan kapal.
Gubeng Sluis. Gubeng Sluis dibangun dengan sistem untuk mendukung transportasi sungai. Saat itu Gubeng Sluis memiliki beberapa lajur pintu yang dapat digunakan perahu untuk melewati pintu air, sistemnya seperti Terusan Suez.
Dibangunnya Gubeng Sluis lantaran di situ ada saluran irigasi yang mengairi perkebunan tebu dan persawahan penduduk. Di samping Gubeng Sluis dahulu terdapat pabrik gula.

Jembatan World Trade Center (WTC). Di sekitar Jembatan WTC ada beberapa spot menarik, di antaranya ada bekas makam massal korban Pertempuran Surabaya.
Di samping itu, ada bekas Markas Kaigun Jepang, yakni Pasukan Udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Yang kini menjadi Mal Grand City.
Museum Pendidikan Surabaya. Bangunan yang berdiri megah dengan arsitektur kuno ini, berada di Jalan Genteng Kali No. 10 Surabaya. Museum ini menyimpan 860 koleksi dari berbagai peninggalan masa lampau hingga sekarang.
Koleksi terdiri atas berbagai jenis, di antaranya, Historika, Filologika, Heraldika, Etnografika, Keramologika, dan Technologika. Termasuk benda sejarah peninggalan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantoro.
Jembatan Bibis. Jembatan bibis merupakan spot menarik juga. Di antaranya ada gedung Lindeteves Stokvis, tempat dulu para pejuang mendapatkan rampasan tank dan panser dari tangan Jepang untuk digunakan melawan Inggris dalam pertempuran Surabaya.

Jalan Panggung. Jalan Panggung ini berada di tengah-tengah Kawasan Ampel dan Kembang Jepun. Jalan ini konon pernah menjadi tempat aktivitas etnis Melayu yang memiliki ciri khas perkampungan Melayu.
Pemerintah Kolonial Belanda yang menerapkan pemisahan etnis kala itu, maka di Surabaya juga ada Kampung Arab, Kampung Pecinan dan Kampung Melayu.
Semula Jalan Panggung dikenal sebagai kawasan pecinan, tampak kusam, tidak terawat selama puluhan tahun. Ditambah lagi ada pasar ikan di jalan tersebut, sehingga menambah kumuh, becek dan macet.
Tetapi kini berubah, sebagian besar bangunan di kawasan yang dikenal sebagai bagian dari Kota Tua Surabaya ini menjadi tampak lebih semarak setelah dicat warna-warni.

Pasar Ikan Pabean. Pasar Pabean merupakan salah satu pasar tertua di Surabaya. Pasar ini dibangung pada tahun 1918. Awal berdirinya, Pasar Pabean sempat menjadi salah satu pusat perdagangan di Surabaya. Namun, kini, Pasar Pabean terkenal sebagai pasar ikan terbesar di Surabaya , bahkan Jawa Timur.
Crane Paling Besar. Crane paling besar berada di pinggir Kalimas, tepat berada di depan sebuah perusahaan baja. Perusahaan ini yang memproduksi alat-alat suku cadang mesin untuk keperluan pabrik gula.
Jembatan Petekan. Jembatan ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1936, Menelan biaya 133.100 Gulden, dikerjakan oleh N.V. Machinefabriek Bratt, perusahaan konstruksi yang berada di Surabaya.

Nama Petekan diambil dari bahasa Jawa. Petekan artinya dipencet atau ditekan. Dulu, jembatan ini bisa dibuka dan ditutup ketika ada kapal berukuran besar yang lewat dari Laut Jawa menuju Jembatan Merah hingga Mojokerto.
Butuh waktu tiga tahun, jembatan ini mulai dioperasikan pada 16 Desember 1939 dengan diberi nama, Ferwerdabrug.
Ferwerdabrug berasal dari gabungan dua kata yaitu Ferwerda dan Brug. Ferwerda, nama seorang panglima perang AL Hindia Belanda, Laksamana Hendrikus Ferwerda (1885-1942).

Panglima ini yang berjasa dalam membuka akses dari Ujung menuju Pangkalan Udara Morokembangan, sekarang Kodikal. Sedangkan Brug berasal dari bahasa Belanda yang artinya jembatan.
Finish Jelang Larut Malam
Meski sampai finish Rabu jelang larut malam, Roodebrug Soerabaia : Historical Night Ride. Menyusuri Kalimas, Menyusuri Peradaban Kota dapat dilalui para peserta dengan tetap bersemangat tinggi. Tanpa ada yang tercecer satu pun, walau ada dua orang anggota remaja putri.

Virus kegiatan semacam ini patut ditularkan kepada masyarakat Surabaya, khususnya kalangan muda. Bersepeda selain sehat, menyusuri Kalimas adalah menyusuri peradaban kota.
Sambil memutar roda dapat mengenang heroisme para pejuang Surabaya dalam merebut maupun mempertahankan kemerdekaan. Yuuk, kapan giliran Anda!