Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 “Teritori Suci”. Begini Kisahnya!

  • EDUKASI
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Share this :

“Dor…, dor…, dor! Tar…, tar…, tar! Blenggg…, blennggg….” bunyi serentetan tembakan saling balas antara pemuda, laskar rakyat dan pejuang dengan tentara Inggris. Kabut mesiu menyelimuti udara kota dan kabur menutup pandangan mata. Sementara mayat-mayat pejuang bergelimpangan di sudut-sudut jalanan. Demikian salah satu adegan teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 “Teritori Suci”.

Roodebrug Soerabaia, komunitas kesejarahan Kota Surabaya, menampilkan drama teatrikal bertajuk “Pertempuran Surabaya 1945 – Teritori Suci”. Acara yang dikemas dengan unjuk teatrikal merupakan paket kerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, di Lapangan Tugu Pahlawan, Minggu (13/10/2022).

Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Para pejuang sedang lalu lalang di jalanan (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Mereka sedang berbincang tentang pendudukan Jepang (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Pemuda, laskar rakyat dan pejuang bergembira merayakan kemerdekaan setelah mendengarkan siaran radio (Foto oleh Redhita)

Satrio Sudarso, Ketua Roodebrug Soerabaia, menuturkan bahwa kisah diawali tampak adanya beberapa pemuda dari Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan dan sejumlah rakyat di beberapa sudut jalan, sambil berjalan mereka terlibat dialog tentang penjajahan Jepang. Sementara di Jembatan Merah, di suatu titik keramaian, di pasar, para pejuang, pemuda dan rakyat saling bertegur sapa.

Di tengah keramaian sayup-sayup terdengar pembacaan naskah proklamasi pada hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Para pejuang dan rakyat tampak mendengarkan pembacaan naskah proklamasi. “Merdeka! Merdeka! Merdeka!”, pekik merdeka bersahut-sahutan diteriakkan oleh para pejuang dan rakyat. Berkumandang di mana-mana, mereka bersuka cita menyambut kemerdekaan bangsa, lanjutnya.

Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Tentara Jepang berjaga di Don Bosco (Foto oleh Redhita)
Tentara Jepang diserbu pejuang untuk merampas senjata (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Terjadi ketegangan antara tentara Jepang dengan para pejuang (Foto oleh Redhita)

“Pada tanggal 17 Agustus 1945, sebuah negara telah lahir, INDONESIA. Namun ancaman asing mengusik negara yang baru saja berusia belasan hari. Seluruh rakyat Indonesia dengan persiapan minim harus siap mempertahankan kedaulatannya,” tutur Satrio.

Sementara, di penjuru Kota Surabaya, tambahnya, para pemuda dan laskar rakyat melakukan pengepungan dan perlucutan senjata dari markas-markas tentara Jepang di Kota Surabaya. Yang terjadi, bentrokan antara pemuda dengan bala tentara Jepang tak bisa dihindarkan. Antara lain, di Markas Kaigun Gubeng, Markas Kohara Butai Gunungsari, Markas Kompetai, dan bahkan di gudang senjata Jepang terbesar di Asia Tenggara, yaitu di Don Bosco.

Para pejuan berhasil merampas senjata dan peralatan perang (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Para pejuang siap siaga terhadap kedatangan tentara Inggris (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Ketika pagi buta tentara Inggris masuk ke Kota Surabaya (Foto oleh Redhita)

Masih menurut Satrio, pada saat bentrokan, tampak pemuda, laskar rakyat, dan BKR mengepung tempat penyimpanan senjata Jepang di Don Bosco. Dengan penuh emosi, M. Jasin negoisasi dalam perundingan, akhirnya Jepang menyerah dan menyilakan pejuang dan rakyat merebut senjata. “Merdeka! Merdeka! Merdeka!, pekik mereka.

“Pada akhir Oktober 1945, tentara Inggris mulai masuk dan tersebar dalam Kota Surabaya. Merasa sebagai pemenang Perang Dunia II, mereka meremehkan kekuatan pemuda-pemuda Surabaya yang telah merebut, seragam, dan peralatan tempur dari bala tentara Jepang, Sebaliknya, semangat dan tekad untuk merdeka para pemuda dan rakyat, tak ada pilihan lain. Hanya merdeka atau mati. Akibatnya, terjadi bentrokan antara tentara Inggris dengan Arek-Arek Suroboyo di berbagai tempat,” imbuhnya.

Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Para pejuang, pemuda dan TKR siap siaga menghadapi tentara Inggris (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Tentara Inggris patroli di dalam Kota Surabaya (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Tentara Inggris berjaga di pos penting di Kota Surabaya setelah pertempuran fase satu kalah (Foto oleh Redhita)

Secara sistematis tentara Inggris mulai memasuki Kota Surabaya, lanjut Satrio, dan secara sepihak menduduki tempat-tempat strategis di dalam kota. Gedung RRI Simpang. Ini yang membangkitkan amarah rakyat Surabaya. Terjadilah peristiwa RRI Simpang, tentara Inggris membabi buta menembaki penduduk yang berkumpul di luar gedung.

Akibat tersebut, para laskar, pemuda, dan anggota TKR yang mendapatkan serangan secara sepihak oleh tentara Inggris, mereka berupaya melancarkan serangan balasan di beberapa tempat. Antara lain, di Wonokromo, Darmo, gedung-gedung sekitar Jalan Rajawali, Gedung Internatio, dan beberapa tempat lain di di dalam Kota Surabaya. Ini merupakan Pertempuran Surabaya Fase I, jelasnya.

Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Terjadi perang fase dua, tentara Inggris baku tembak dengan para pejuang (Foto oleh Redhita)
Terjadi perang fase dua, tentara Inggris baku tembak dengan para pejuang (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Terjadi perang fase dua, tentara Inggris baku tembak dengan para pejuang , para pejuang banyak gugur (Foto oleh Redhita)

“Pada akhir Pertempuran Surabaya Fase I, tentara Inggris mengalami kekalahan. Pasukan Brigade 49 pimpinan Brigadier AWS Mallaby nyaris tersapu bersih, dan Brigadier AWS Mallaby pun tewas pada tanggal 30 Oktober 1945. Para pemuda, laskar rakyat dan TKR memukul mundur pasukan Inggris hingga terdesak di Gedung Internatio,” tambah Satrio.

Untuk membalas kekalahan Pertempuran Surabaya Fase I, jelasnya, tentara Inggris menyebarkan pamflet-pamflet dari udara yang berisi perintah agar Arek-Arek Suroboyo menyerahkan senjata sambil mengangkat tangan kepada tentara Inggris, atau Surabaya dihancurleburkan dari darat, laut, dan udara. Indonesia untuk pertama kalinya dalam mempertahankan kemerdekaan mendapatkan tantangan berperang dengan bangsa asing.

Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Terjadi perang fase dua, tentara Inggris baku tembak dengan para pejuang , para pejuang banyak gugur (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Tak hanya dengan senjata, perlawanan kontak fisik pun terjadi (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Gadis Palng Merah menolong pejuang yang gugur (Foto oleh Redhita)

Bangsa Indonesia pun menjawab tantangan dengan semangat pantang menyerah. Arek-Arek Suroboyo sudah bersiap untuk menghadapi tantangan tentara Inggris tersebut. Mereka penasaran tentang apa isi selebaran pamflet yang disebar oleh tentara Inggris dari helikopter. Beberapa pemuda setelah membaca pamflet lantas mengumpat dengan misuh ala Suroboyoan, sedangkan pemuda yang lain marah dan merobek-robek pamflet.

“Dari Radio Pegupon, Bung Tomo berpidato membakar semangat para pemuda. Para pemuda, laskar rakyat dan tentara TKR berkumpul mendengarkan dengan seksama pidato Bung Tomo. Mereka bangkit bersemangat untuk berjuang melawan tentara Inggris,” imbuh Satrio.

Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Gadis Palng Merah menolong pejuang yang gugur (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Gadis Palng Merah menolong pejuang yang gugur (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Gadis Palng Merah menolong pejuang yang gugur (Foto oleh Redhita)

Pada 10 November, tepat pukul 06.00, lanjutnya, tentara Inggris mewujudkan tantangannya. Pagi itu Kota Surabaya diserang habis-habisan dari darat, laut dan udara. Arek-Arek Suroboyo dan dan para pejuang pun bertahan dengan segenap kemampuannya. Inggris sesumbar bahwa mereka akan menaklukkan Kota Surabaya dalam tiga hari.

Namun, pada kenyataannya pada hari pertama pertempuran, mereka kembali kehilangan nyawa seorang perwira tinggi, Brigadier Robert Loder Symond. Akhirnya, Inggris baru menguasai Kota Surabaya setelah tiga minggu pertempuran yang sangat sengit. Pertempuran ini dikenal dengan Pertempuran Surabaya Fase II. Pejuang dan rakyat kalah, sebagian besar tewas, sebagian ada yang mundur, meninggalkan Kota Surabaya.

Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Gadis Palng Merah menolong pejuang yang gugur (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Gugur satu tumbuh seribu. Para pejuang gugur demi bendera Merah Putih berkibar di angkasa Indonesia (Foto oleh Redhita)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Foto bersama usai memerankan teatrikal (Foto oleh Redhita)

“Pada Desember 1945 Kota Surabaya telah jatuh sepenuhnya ke tangan tentara Inggris, kemudian diserahtetimakan kepada pihak Belanda pada tahun 1946. Namun, perjuangan tidak terhenti sampai di sini. Pertempuran terus berlanjut ke pedalaman, pedesaan, gunung, dan ke dalam hutan. Hingga akhirnya kemenangan jatuh ke tangan Republik Indonesia. Kemerdekaan diakui sepenuhnya oleh pihak Belanda pada Desember 1949,” pungkas salah satu pengajar di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Pada kesempatan yang sama, Fatma, salah satu penonton teatrikal “Pertempuran Surabaya 1945 – Teritori Suci” mengatakan bahwa dengan menonton teatrikal yang diperagakan Roodebrug Soerabaia, menurutnya, ia jadi lebih menghayati bagaimana perjuangan hidup dan mati Arek-Arek Suroboyo di masa penjajahan. Tentu tidak mudah, di tengah keterbatasan senjata. Namun, semangat mereka pantang menyerah untuk mempertahankan kemerdekaan itu patut kita warisi.

“Kiranya semangat pantang menyerah ini sebagai kaca untuk kita mesti berkaca, bagi siapapun yang sedang berjuang dalam melewati fase kehidupan apa pun,” pungkas perempuan yang berminat mendalami pengetahuan kesejarahan.

Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Pose usai teatrikal (Foto alisson.id)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Apresiasi para penonton dengan minta foto bersama (Foto alisson.id)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Apresiasi para penonton dengan minta foto bersama (Foto alisson.id)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Apresiasi para penonton dengan minta foto bersama (Foto alisson.id)
Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 "Teritori Suci". Begini Kisahnya!
Foto sebelum teatrikal dimulai (Foto alisson.id)

Featured Image oleh Redhita

You may also like

1 thought on “Roodebrug Soerabaia Tampilkan Teatrikal Pertempuran Surabaya 1945 “Teritori Suci”. Begini Kisahnya!”

Leave a Reply to Santoso Abetnego Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *