Sebelum pemaparan desain masjid UIN Batusangkar dimulai, rombongan tim Yayasan Global Spirit of Ummah Jakarta, tim Waqaf Desain YMI ITS Surabaya, dan tim Manajemen ADPS Bandung dijadwalkan mengikuti Salat Subuh berjamaah lebih dulu dengan Gubernur Sumatra Barat Buya Mahyeldi di Musala Kompleks Istana Gubernur, Jalan Sudirman 50 Kota Padang, Sabtu (23/7/2022).
Rombongan terdiri atas Ustadz Farrel M. Rizqy, Kamil Mukhtar, Teddy Aria Permana, Arief Sungkar, Adi Dharma, Bayu Sandy Jatmiko, Hedy Handreco Fasya, Yusra Faquar Janur, Ardi Sardi, Irjoni, dan awak alisson.id merasakan suasana Salat Subuh yang penuh suasana khidmat. Selain Gubernur Mahyeldi, beberapa jajaran kepala dinas Pemprov Sumatra Barat yang terkait turut serta Salat Subuh berjamaah.

UIN Batusangkar kepada Gubernur Mahyeldi (nomor 1 dari kiri)


Usai Salat Subuh, di ruang pertemuan Istana, Ar. Teddy Aria Permana ST., IAI, Arsitek pewakaf desain YMI ITS, diberikan kesempatan untuk memaparkan desain masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar. Ia menuturkan bahwa konsep desain masjid diambil dari filosofi “Deta”, yakni penutup kepala raja, atau penghulu adat, maupun penutup kepala yang dikenakan lelaki Minangkabau pada umumnya.
“Deta adalah kain penutup kepala khusus dikenakan oleh kaum lelaki Minangkabau. Dalam keseharian lelaki Minangkabau dahulu, deta selalu dipakai sebagai kelengkapan yang tidak terpisahkan. Kaum lelaki Minangkabau belum merasa lengkap jika tidak memakai deta di kepalanya, lebih-lebih di lingkup keluarga atau kerabat kerajaan,” tutur pria yang akrab disapa dengan Bang Tedd.



Umumnya, lanjut Bang Tedd, desain gedung pemerintah, rumah ibadah, maupun bangunan hunian di Sumatra Barat, memiliki atap berbentuk gonjong. Menurut tambo (cerita), gonjong sebagai simbol kemenangan orang Minangkabau dalam adu kerbau dengan raja dari Jawa zaman dulu. Masyarakat Minangkabau kemudian membuat rumah dengan gonjong di bagian atap menyerupai tanduk kerbau.
“Kami mencoba mengenalkan desain yang berbeda, namun tak meninggalkan kearifan lokal. Deta pun merupakan kekayaan budaya Minang yang perlu kita angkat,” tambahnya.



Deta berbentuk selembar kain persegi, lanjutnya, yang dibentuk sedemikian rupa menjadi sebuah tutup kepala dengan bentuk yang sederhana hingga paling rumit. Semakin rumit bentuknya melambangkan semakin tinggi kedudukannya. Deta dengan lipatan mengibaratkan kepala yang sedang berpikir, dengan mengkerutkan kening. Ini yang mengihami desain untuk masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar.
“Nilai filosofi yang dikandung deta, yakni semakin banyak kerutan meyimbolkan semakin banyak akal budi dan undang-undang yang diketahui. Kerutan deta juga memberikan makna bahwa ketika hendak berbuat mesti mengerutkan kening untuk berpikir terlebih dahulu sehingga tidak tergesa-gesa dalam bertindak,” tambah Alumni A/32 Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS).


foto bersama Gubernur Mahyeldi
Masih menurut Bang Tedd, desain masjid berdasar dari morfologi deta tersebut, dan diambil bentuk deta dengan lima kerutan/lipatan yang ilhami desain. Lima lipatan tersebut mewakili lima Rukun Islam sebagai kewajiban beragama paling mendasar umat Islam. Di samping itu, lima lipatan mewakili pula dari lima Sila Pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia.
“Berpegang pada falsafah dasar ketauhidan, yakni “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” dan falsafah Pancasila, kemudian desain bangunan masjid UIN Batusangkar ini dirancang dengan lima lantai. Fungsi masing-masing lantai dan sarana pendukungnya sebagai sarana ‘halal tourism’ disesuaikan dengan kerangka berpikir, kajian lingkungan, dan masukan-masukan dari pemberi tugas”, tambah Bang Tedd.



Ada ikon desain yang berbeda antara Masjid Raya Sumatra Barat dengan Masjid UIN Batusangkar, namun keduanya sebenarnya bersumber dari ikon khas masyarakat Minang. Masjid Raya Sumatra Barat menampilkan desain dengan ikon gonjong, layaknya bangunan-bangunan di Tanah Minang. Sementara desain Masjid UIN Batusangkar menampilkan ikon ‘deta’ atau tutup kepala kaum lelaki Minang, pungkas salah satu owner dari Biro Konsultan Arsitektur dan Engineering, T+D.
Gubernur beserta jajaran kepala dinas Pemprov Sumatra Barat mengapresiasi desain Masjid UIN Mahmud Yunus tersebut sangat sesuai dibangun di Kabupaten Tanah Datar yang merupakan pusat peradaban budaya Minang. Keberadaan masjid di UIN Batusangkar diharapkan menjadi ikon kedua setelah Masjid Raya Sumatera Barat di Kota Padang, masjid beratap gonjong khas Minangkabau.



“Secara garis besar kami mendukung, apalagi Kabupaten Tanah Datar merupakan pusat peradaban budaya Minang. Desain masjid yang dikembangkan dengan konsep ‘halal tourism’ nantinya diharapkan bisa turut menciptakan magnet ekonomi syariah,” sambut Gubernur Mahyeldi.
Sehari sebelumnya, yakni pada Jumat (22/7/2022), Rektor UIN Mahmud Yunus Batusangkar – Tanah Datar, Prof. Dr. Marjoni Imamora, M.Sc., memberikan kesempatan kepada Tim Waqaf Desain YMI ITS Surabaya yang didampingi Tim Yayasan Global Spirit of Ummah Jakarta, dan Manajemen ADPS Bandung di ruang pertemuam Rektorat UIN Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar.

di Istana Gubernur


Sukses ya Pak Ali…prestasi makin nyata ini, kepiawaian menulis dan mengambil gambar mesti diakui, Allah SWT jeli memilih hambanya…selamat ya Pak Ali…semoga amanah, Aamiiin