Street photography atau orang menyebutnya dengan fotografi jalanan. Ia salah satu genre fotografi, yakni memotret objek maupun subjek foto, dan suatu peristiwa di ruang publik. Street photography merekam kenyataan yang real time. Oleh karena itu street photography bersifat spontan, maka diperlukan kepekaan yang kuat terhadap momen-momen yang terjadi di jalanan.
Di samping itu, street photography umumnya dilakukan dengan candid camera, yaitu teknik memotret dengan cara sembunyi-sembunyi, dalam kondisi yang tidak beraturan (chaos). Maksudnya, ketika fotografer memotret objek maupun subjek foto, ia tidak bisa mengatur segala hal yang ada di sekelilingnya. Berbeda dengan memotret model atau product, ia bisa mengatur sesuai apa konsepnya.
Apa sih perbedaan objek dengan subjek foto itu? Objek foto adalah gambaran skala besar yang ada dalam sebuah komposisi foto. Contohnya suatu tempat, jalanan, desa, sawah, laut, hutan, dan sebagainya. Sedangkan subjek foto, yakni suatu elemen yang lebih kecil yang ada dalam suatu komposisi foto. Contohnya orang, benda, hewan, rumah dan lain sebagainya.
Dirangkum dari http//kumparam.com tentang tips etika dan sikap yang-perlu diketahui di street photography, hal utama yang harus diperhatikan yakni etika dalam memotret. Etika sebelum memotret perlu dijadikan catatan penting bagi para fotografer jalanan, di antaranya :
Bangun Interaksi
Karena tempat memotret adalah ruang publik, disarankan untuk memulai pembicaraan pembuka. Misalnya, dengan menyapa atau sekadar basa basi, karena dengan berinteraksi dapat mempermudah untuk mengeksplor aktivitas subjek foto. Atau, sekadar menggoyangkan kamera sebagai sinyal untuk memotret. Maka, perlu kesabaran menunggu momen yang tepat untuk klik kamera agar foto yang diperoleh natural.
Kalau Memungkinkan Bisa Izin
Sebenarnya memotret subjek foto orang di area publik adalah legal. Namun, kita harus memahami hak hukum di area tersebut, karena jika ada yang tidak ingin kita mengambil fotonya, itu bisa disebut sebagai tindakan yang tidak menyenangkan. Jadi, kita harus lebih hati-hati melatih kepekaan dengan memperhatikan situasi dan kondisi saat itu. Atau, bilamana memungkinkan meminta izin.
Jika dicermati lebih dalam, persoalan meminta izin ini jadi paradoksal dengan konsep street photography itu sendiri. Dengan meminta izin terlebih dahulu, subjek foto akan terlihat kaku, tidak natural, dan tidak realistis. Padahal, street photography memiliki nilai penting sebagai catatan sejarah, yakni merekam visual tentang tempat, orang, dan peristiwa yang seharusnya tak hilang dari sejarah sosial.
Bawa Gear Seperlunya
Street photography lebih mengutamakan mobilitas, jadi bawa peralatan yang sekiranya diperlukan saja. Karena jika peralatan yang dibawa terlalu banyak akan merepotkan diri sendiri, juga akan memberi respons yang macam-macam bagi subjek foto. Heran maupun kaget. Cukup peralatan yang ringkas, sesuai keperluan.
Dalam street photography dibutuhkan banyak bergerak atau berpindah-pindah ketika memotret, maka bawa gear seperlunya. Gear adalah istilah dalam dunia fotografi maupun videografi yang sering digunakan untuk mendefinisikan sebuah peralatan yang digunakan dalam proses pengambilan gambar. Seperti body camera, lensa, gimbal, tripod, lighting, dan lainnya.
Bila Perlu Riset Lokasi
Dengan melakukan riset lokasi, berarti mempelajari dan memahami lokasi objek foto. Hal ini agar bisa lebih banyak mengeksplorasi gambar dengan berbagai teknik maupun angle saat memotret. Riset lokasi bukan hanya soal tempat secara literasi, namun satu kesatuan interaksi dengan elemen visual yang terdapat di lokasi tersebut. Maka, perlu juga melakukan interaksi dengan warga sekitar untuk meminimalkan kecurigaan.
*
Nah, jika ingin mendapatkan foto candid dan realistis kita mesti memotret objek maupun subjek foto secara diam-diam dan tanpa gestur yang mencurigakan. Street photography mengabadikan momen nyata dari kehidupan nyata dari apa yang ada di jalanan. Upayakan tanpa mengganggu atau menaruh curiga subjek foto saat mereka menjalani aktivitasnya.
Pada ujungnya akan berpulang pada seberapa kepiawaian Anda medapatkan kesempatan dan memanfaatkan momen yang mungkin datang hanya hitungan dalam detik. Jadikan subjek foto tak menyadari bahwa Anda telah memotretnya. Dengan begitu, foto Anda akan bernilai natural, apa adanya, realistis, dan dalam real time.
Susahnya jadi fotografer. Di samping objek, angel, atmosfer , juga sarpras yang harus mendukung. Cita rasa, karsa, hasil karya juga jadi prrhitunga. Piawai seorang fotografer jadi penentu hasil karya itu sendiri. Profesional atau maestro. Anggite gak ngelu tah… Yo gak se.
Etika pada hakikatnya peraturan tidak tertulis tapi melekat di masyarakat. Melanggar etika berarti nenyederai hati masyarakat.