Surabaya Walking Tour Gandeng Komunitas Mata Hati, Komunitas Tunanetra, dalam “Exploring Regentstraat Soerabaia”

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Share this :

Surabaya Walking Tour (SWT) adalah suatu acara yang mengajak warga masyarakat untuk berjalan-jalan atau bersepeda sambil mengulik tempat-tempat bernilai sejarah di Surabaya yang lama terpendam oleh waktu. Dengan menggandeng Komunitas Mata Hati (KMH), komunitasnya penyandang tunanetra, SMT mengadakan kegiatan blusuk’an bertajuk “Exploring Regentstraat Soerabaia”, Minggu (11/12/2022) sore.

“Exploring Regentstraat Soerabaia” yakni jalan kaki menjelajahi dengan mengambil rute dari Tugu Pahlawan, Jalan Kebonrojo, Jalan Pahlawan, hingga Kampung Kraton. Di setiap titik spot personel KMH, yakni Danny Heru Dwi Hartanto, Prana Carenza, dan Fadhlakal Jamal Ghofiru Azwar bergantian memandu peserta dengan menjelaskan sejarahnya. Mereka dibantu dengan menampilkan peraga berupa cetak foto-foto lama terkait dengan tempat-tempat bernilai sejarah.

Ady Setyawan, pendiri Surabaya Walking Tour, yang juga pendiri Roodebrug Soerabia, menuturkan bahwa sebelum kegiatan diadakan pertemuan untuk persiapan. Saat itu anggota KMH dibekali materi sejarah tentang kawasan sekitar Tugu Pahlawan, Jalan Kebonrojo, Jalan Pahlawan hingga Kampung Kraton. Setelah itu, baru praktik memandu peserta “Exploring Regentstraat Soerabaia”

“Danny dan rekan-rekannya telah dibekali materi dan dilatih menjadi pemandu wisata. Memang tidak mudah, semuanya butuh waktu untuk membimbing mereka,” tutur Ady Setyawan.

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Sebagian peserta “Exploring Regentstraat Soerabaia” sedang mengikuti acara
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Sebagian peserta “Exploring Regentstraat Soerabaia” sedang mengikuti acara

Selain menambah wawasan, kegiatan tersebut sekaligus menambah opsi profesi baru bagi para penyandang tunanetra. Jadi, bukan tidak mungkin Danny dan teman-teman di KMH menjadi pemandu wisata sejarah Kota Surabaya. Untuk bisa sampai kategori mahir menguasai materi, tentu masih butuh pendampingan pihak lain, selain butuh pendampingan saat berjalan menuju objek lantaran mereka tunanetra, tambah penulis lima buku tentang Pertempuran Surabaya 1945.

Danny Heru Dwi Hartanto, mewakili teman-teman di KMH, mengatakan bahwa merasa bangga bisa menjelaskan kepada pengunjung terkait sejarah Kota Surabaya, meski dirinya berangkat dari komunitas penyandang tunanetra. Merasa bangga, karena mereka menjadi bagian dari kota ini, siapapun mereka, apapun latar belakangnya, lantaran mereka telah diberi kesempatan setara dengan orang yang berfisik normal.

“Kami merasa bangga, siapapun kami, apapun latar belakang kami, lantaran kami telah diberi kesempatan setara dengan orang yang berfisik normal,” tambah pria yang juga pandai memainkan gitar.

Adapun rute blusuk’an “Exploring Regentstraat Soerabaia” meliputi tempat-tempat bernilai sejarah seperti Kompleks Tugu Pahlawan, Jalan Kebonrojo, Jalan Pahlawan, dan Kampung Kraton, sebagaimana dilansir dari tourism.surabaya.go.id di antaranya sebagai berikut :

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Sebagian peserta “Exploring Regentstraat Soerabaia” sedang mengikuti acara
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Sebagian peserta “Exploring Regentstraat Soerabaia” sedang mengikuti acara

Kompleks Tugu Pahlawan Surabaya

Tugu Pahlawan berada di tengah kota Surabaya, yaitu diantara Jl. Bubutan, Jl. Tembaan, Jl. Pahlawan, dan Jl. Kebonrojo. Monumen Tugu Pahlawan dibangun berbentuk “paku terbalik” setinggi 45 yard atau 40,50 meter. Pada bagian bawah tugu dihiasi ukiran bergambar trisula, cakra, stamba, dan padma sebagai simbol api perjuangan. Di kompleks Tugu Pahlawan dibangun pula Museum Sepuluh Nopember 1945, berbagai koleksi maupun diorama dipajang.

Tugu Pahlawan mengandung nilai filosifis monumental sebagai simbol semangat kepahlawanan arek-arek Suroboyo dalam menghadapi penjajah. Peletakan batu pertama oleh Presiden RI, Ir. Soekarno pada tanggal 10 November 1951 dan diresmikan pada 10 November 1952. Monumen Tugu Pahlawan dibangun untuk mengenang sejarah perjuangan Pahlawan Kemerdekaan Bangsa Indonesia dalam peristiwa pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya.

Area yang dahulu merupakan bangunan gedung pengadilan Belanda merupakan episentrum pertempuran dahsyat ketika Pertempuran Surabaya 10 November 1945 berlangsung. Saat penggalian untuk proses pembangunan Tugu Pahlawan ditemukan puluhan kerangka para pejuang yang gugur saat berperang. Kerangka mereka emudian dipindahkan di Taman Makam Pahlawan di Jalan Kusuma bangsa Surabaya denga penanda nisan bertuliskan “Pahlawan Tak Dikenal”.

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Peserta foto bersama di Kompleks Tugu Pahlawan Surabaya
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Anggota Komunitas Mata Hati didampingi para relawan foto bersama

Viaduk Tugu Pahlawan

Viaduk dibangun antara tahun 1926 sampai 1930, dan setelah diresmikan viaduk tersebut dikenal sebagai Het viaduct op de Pasar Besar in Soerabaja. Viaduk ini tak hanya dikenang sebagai jalur penyeberangan kereta api, namun juga pernah menjadi garis pertahanan yang kokoh bagi para pejuang dalam bertahan terhadap gempuran pasukan Inggris dari berbagai arah.

Karena menolak ultimatum dari pasukan Sekutu yang dipimpin oleh pasukan Inggris dengan dibantu oleh NICA, dan memilih melawan dengan jiwa dan raganya, para pejuang siap melakukan pertempuran. Selama berlangsungnya pertempuran mempertahankan viaduk, bala bantuan berdatangan, antara lain dari Surakarta, Bali dan Madura. Dari Surakarta datang bantuan 60 orang pemuda bersenjata yang kemudian langsung diikutsertakan pada front viaduct.

Untuk membersihkan viaduk yang masih dipertahankan oleh para pejuang, Inggris melakukan gerakan melingkar. Dalam gerakan pada tanggal 13 November 1945, Inggris mengerahkan kekuatannya yang terdiri atas sebagian satuan-satuan Brigade 123 dan Brigade 9 sebanyak dua kompi langsung di bawah perintah Panglima Divisi.

Selama berlangsungnya pertempuran di viaduk itu, pihak pejuang kehilangan 25 orang rekannya yang gugur. Serangan balasan dari pihak pejuang dilaksanakan pada tanggal 15 November 1945. Pada hari itu mereka melancarkan serangkaian tembakan. Karena mungkin tidak sempat berlatih atau kurangnya latihan praktek menembak, mereka akhirnya terdesak mundur.

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Fadhlakal Jamal Ghofiru Azwar menjelaskan tentang Viadu Tugu Pahlawan
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Sylvi Mutiara sedang menunjukkan foto Viaduk Tugu Pahlawan zaman dulu

Gedung Kantor Pos Kebonrojo

Gedung Kantor Pos Kebonrojo dibangun pada tahun 1926, dengan diarsiteki oleh G.P.J.M.
Bolsius dari Departemen Burgerlijke Openbare Werken (BOV) Batavia. Sebelum menjadi kantor pos, gedung ini digunakan sebagai Kantor Kabupaten Surabaya sekitar tahun 1800 – 1881. Karena ini jugalah Jalan Kebonrojo dulu dikenal dengan nama Regenstraat.

Dan Pada saat digunakan sebagai kantor bupati itu, gedung ini memiliki atap yang rata, tidak menjulang seperti sekarang. Setelah itu, gedung ini beralih fungsi lagi menjadi gedung HBS (Hogere Burgerschool) hingga tahun 1923. Salah satu lulusannya yang terkenal adalah Soekarno (1915-1920). Selain Soekarno, beberapa tokoh lain yang juga bersekolah di sini adalah Hubertus Jan van Mook (1906-1913) dan Christian Eichholtz (1916-1923).

HBS merupakan sekolah anak-anak bangsa Eropa, putra bangsawan pribumi atau putra para tokoh pribumi terkemuka, dengan pengantar bahasa Belanda. Gedung ini juga sempat dipakai sebagai gedung Kepala Komisaris Surabaya (Hoofdcommissariaat van Politie) sebelum akhirnya digunakan sebagai kantor pos hingga sekarang. Gedung ini pernah dikuasai Jepang pada masa pendudukan Jepang, tetapi berhasil direbut kembali oleh para pegawai pos pribumi sekitar Oktober 1945.

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Gedung Kantor Pos Kebonrojo Surabaya
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Peserta mendapatkan penjelasan seputar Gedung Kantor Pos Kebonrojo

Gedung Bank Mandiri

Gedung ini terletak di pojok jalan antara Jalan Pahlawan dan Jalan Kebun Rojo. Pada zaman Hindia Belanda Gedung ini bernama Gedung NV Lindeteves, Saat ini gedung digunakan Bank Mandiri, di sebut Gedung Bank Mandiri. Gedung Bank Mandiri ini dibangun Th 1911 oleh Hulswit dengan nama Gedung Lindeteves Stokvis, Digunakan pabrik mesin pemerintah Hindia Belanda dan perbaikan kapal-kapal perang.

Pada saat pendudukan Jepang difungsikan sebagai Kitahama Butai, bengkel perbaikan dan penyimpanan kendaraan dan senjata berat. Pada 1 Oktober 1945, TKR berhasil merampas kendaraan perang dan persenjataan di tempat ini. Semasa pertempuran 10 Nopember 1945, salah satu ruangan dalam gedung ini dijadikan kamar mayat. Gedung ini memiliki menara jam yang masih berfungsi hingga sekarang.

Rumah-rumahan kaca berjeruji sebagai sumber cahaya menjadi ornamen manis di atap Gedung Bank Mandiri Surabaya. Menara tunggal Gedung Bank Mandiri Surabaya itu memiliki ornamen lengkung di bagian tengah, tonjolan seperti balkon di atasnya, dan jam-jam dinding di bawah kubahnya. Gerbang masuk gedung ini berbentuk lengkung dengan dinding tebal. Di jalan depan gedung masih tampak sisa rel trem.

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Menara Jam Gedung Mandiri tampak dari kejauhan
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Sisa rek trem di depan Gedung Mandiri yang masih tersisa hingga sekarang

Gedung PT Pelni

Gedung PT Pelni mulai dibangun pada 1931. Pada saat itu proses pembangunannya memakan waktu selama dua tahun. Kemudian pada 1932, barulah bangunan ini berdiri dengan tegaknya. Pada awalnya, Gedung PT Pelni bernama Stoomvaart Maatschappij Nederland (SMN). Sebelumnya, SMN merupakan sebuah perusahaan pelayaran samudera yang berdiri sejak 1870.

Mengutip dari berbagai sumber, perusahaan SMN dibangun untuk menyelenggarakan pelayaran dari Belanda menuju Hindia-Belanda, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi, ketika masa pendudukan Jepang tempat ini berubah fungsi menjadi Kantor Berita Domei.

Di gedung ini pula, pada Jumat, 17 Agustus 1945 berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diterima oleh Markonis Yacob. Dengan cepatnya berita tersebut menyebar dan diterima sampai ke seluruh wilayah Jawa Timur, walaupun pada saat itu Jepang menyensor berita tersebut. Untuk menghindari sensor, berita disiarkan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Madura.

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Prasasti Bangunan Cagar Budaya Gedung Pelni
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Peserta mendapatkan penjelasan tentang Gedung Pelni

Titik 0 (Nol) Kota Surabaya

Titik 0 (Nol) adalah suatu patokan untuk mengukur jarak kota satu ke kota lainnya. Misalkan jarak antara Kota Surabaya dan Kota Malang, maka pengukuran akan dilakukan dengan menghubungkan Titik 0 (Nol) dari kedua daerah tersebut. Lantas, di manakah Titik 0 (Nol) Kota Surabaya?

Sebelum tahun 2018, sebagian besar warga Kota Surabaya tidak mengetahui di mana Titik 0 (Nol) kota ini berada. Banyak yang asal sebut, seperti di Bundaran Waru, Balai Kota, Tanjung Perak atau di Tugu Pahlawan. Hal ini dikarenakan Titik 0 (Nol) Kota Pahlawan masih tersembunyi di dalam pekarangan Kantor Gubenur Jawa Timur yang terletak di seberang Tugu Pahlawan.

Baru akhir tahun 2018 Gubenur Soekarwo meresmikan tugu yang bernama Tugu Parasamnya Purnakarya Nugraha. Tugu yang identik dengan beragam kesenian yang ada di Provinsi Jawa Timur ini menjadi latar belakang dari Tugu Titik 0 (Nol) Kota Surabaya. Tugu yang terbuat dari kuningan ini karya I Nyoman Nuarta, seniman yang juga membuat Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Tugu ini menggambarkan beragam kesenian khas Provinsi Jawa Timur. Beragam kesenian yang ditampilkan disini adalah seni Reog Ponorogo, Karapan Sapi, hingga Tari Gandrung. Sedangkan pada bagian bawah terdapat kolam ikan dan replika dari penghargaan yang pernah diperoleh oleh Provinsi Jawa Timur, sebagaimana dilansir dari www.kabarsurabaya.org.

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Fadhlakal Jamal Ghofiru Azwar menjelaskan area Tugu Titik 0 (Nol) Kota Surabaya
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Peserta mendaptkan tambahan penjelasan tentang Titik 0 (Nol) Kota Surabaya

Kantor Gubenur Jawa Timur

Bangunan pada masa pemerintahan Hindia Belanda ini dibangun oleh Nederlandsche Aanneming Maarschappij dengan arsitek W.B. Carmiggelt dari Jawatan Gedung-Gedung Negara. Pada 10 Desember 1931 resmi dibuka sebagai Gouverneurs Kantoor (Kantor Gubernur), dan Residensi Kantoor (Kantor Residen).

Pada masa pendudukan Jepang gedung ini juga difungsikan sebagai kantor Syuucho (Karesidenan). Hingga kini banguan cagar budaya yang satu ini juga berfungsi yang sama yaitu sebagai Kantor Gubernur Jawa Timur. Di area ini juga ada sebuah penanda Titik 0 (Nol) Kota Surabaya. Kantor Gubernur di Jalan Pahlawan ini, sekarang dikenal dengan Kantor Gubernur lama) berdiri di atas sebidang tanah seluas 11 .612 m2.

Bangunan pokoknya terdiri atas 2 (dua) lantai bergaya ‘Roma’ dengan luas bangunan 7.865 m2 yang dimodernisasi. Pembangunan gedung ini menelan biaya sebesar 805.000 gulden. Gedung Kantor Gubernur ini mengalami renovasi beberapa kali, baik karena kerusakan akibat pengeboman pada masa perang kemerdekaan, maupun karena disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Peserta mendapatkan penjelasan seputar Gedung Kantor Gubernur Jawa Timur
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Titik 0 (Nol) Kota Surabaya yang berada di area Gedung kantor Gubernur Jawa Timur

Kampung Kraton Surabaya

Semenjak terjadi Perang Surabaya tahun 1710-1723, cerita mengenai Kraton Surabaya hilang begitu saja. Kawasan yang disebut Kraton Surabaya saat ini sudah tidak dapat kita jumpai, tetapi adanya bukti berupa tembok kraton yang sekarang menjadi gapura Kampung Kraton dan beberapa nama kampung di Surabaya memiliki arti yang dapat menggambarkan keberadaan Kraton Surabaya.

Hal ini merupakan bukti bahwa Surabaya dulu pernah menjadi sebuah kerajaan tanpa raja, namun dipimpin oleh seorang adipati, sehingga disebut Kadipaten Surabaya. Gapura kraton ini memiliki tinggi empat meter. Selain berfungsi sebagai pintu masuk, juga sebagai tempat pengintaian. Di dalam kompleks Kampung Kraton terdapat peninggalan pabrik lilin.

Dari komplek Kraton, sebelah selatan terdapat Alun Alun Contong. Kawasan Alun-Alun Contong merupakan titik pertemuan lima jalan, yakni Jalan Pahlawan, Jalan Kramat Gantung, Jalan Baliwerti, Jalan Gemblongan dan Jembatan Peneleh. Disebut Alun-Alun Contong karena mirip contong, atau kerucut. Jejak Keraton Surabaya kini tak bisa ditemui. Yang tersisa hanya toponimi atau nama-nama daerah dan jalan.

Beberapa kampung khusus zaman keraton yang masih bisa dikunjungi hingga kini, antara lain, Pandean (tempat pandai besi), Kawatan (pusat kerajinan kawat), Bubutan (pusat kerajinan bubut), Plampitan (pusat lampit/industri rumah tangga), Kranggan (tempat tinggal rangga atau pejabat birokrasi), Praban (tempat tinggal praba atau putra mahkota), dan Kebonrojo (hutan imitasi tempat raja berburu).

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Pintu gerbang Kampung Kraton Surabaya
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Di area Kampung Kraton terdapat gedung bekas pabrik lilin
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Kondisi di dalam gedung bekas pabrik lilin

*****

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia

Danny Heru Dwi Hartanto, Prana Carenza, dan Fadhlakal Jamal Ghofiru Azwar
Danny Heru Dwi Hartanto, Prana Carenza, dan Fadhlakal Jamal Ghofiru Azwar sedang menghibur peserta di sela-sela kegiatan
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Danny Heru Dwi Hartanto, Prana Carenza, dan Fadhlakal Jamal Ghofiru Azwar sedang menghibur peserta di sela-sela kegiatan

*****

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Danny Heru Dwi Hartanto, Prana Carenza, dan Fadhlakal Jamal Ghofiru Azwar sedang menghibur peserta di sela-sela kegiatan
Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Danny Heru Dwi Hartanto, Prana Carenza, dan Fadhlakal Jamal Ghofiru Azwar sedang menghibur peserta di sela-sela kegiatan

*****

Surabaya Walking Tour Gandeng Mata Hati, Komunitas Tunanetra, Exploring Regentstraat Soerabaia
Peserta berkesempatan foto bersama

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *