Terpeleset di Jalan yang Rata

  • EDUKASI
Terpeleset di Jalan yang Rata
Share this :

Entah karena keisengan atau keusilan saya, ketika sambang ke rumah sahabat yang layaknya sudah seperti sedulur (Jw), begitu menginjakkan kaki di teras rumahnya menatap sebuah lukisan tergantung di dinding teras. Lukisan seekor kuda terpeleset atau terjatuh padahal jalan digambarkan rata. Lantas seonggok pertanyaan langsung berenang di kepala, apa gerangan yang ingin disampaikan lukisan itu, Selasa (16/11/2021).

Pikir saya, pada umumnya terpeleset, tersandung, atau terjatuh itu terjadi lantaran kurangnya daya cengkeram antara gerakan kaki dengan permukaan yang dipijak. Beberapa penyebab mungkin karena permukaan tidak rata, berupa gundukan, basah, berminyak., atau ada material tertentu tercecer di permukaan seperti pasir, kerikil, batu, atau kayu sehingga mengakibatkan kehilangan keseimbangan.

Kecelakaan akibat dari terpeleset, tersandung, atau terjatuh secara fisik akan dapat menyebabkan lebam, cedera patah tulang, atau bahkan bisa merenggut nyawa. Maka upaya yang mesti dilakukan untuk menghindari bahaya terpeleset, tersandung, atau terjatuh di permukan tidak rata yakni dengan mengatur gerakan pijakan kaki dengan tepat, tidak sembrono (Jw)

Hal itu, jika berbicara terpeleset, tersandung, atau terjatuh dalam konteks medis. Tentu berbeda dengan apa yang divisualisasikan oleh lukisan karya H. Sulistiyo, sedulur saya itu, yang berjudul “Terpeleset di Jalan yang Rata”. Lukisan yang didominasi warna kekuningemasan itu menggambarkan seekor kuda sedang terpeleset. Anehnya, mengapa di jalan yang rata si kuda gagah justru terjatuh?

H. Sulistiyo, sang pelukis, menuturkan bahwa lukisan itu hanya sebuah simbolis. Jangan dipandang sebagai sebuah visual dengan makna konkrit seperti apa yang digambarkan dan tampak dalam lukisan. Namun, jika mau menelaah dan masuk ke jauh dalam, ada makna filosofis yang terkadung dalam lukisan tersebut. Yakni, tentang fenomena kehidupan manusia kini. Kehidupan di era digital.

“Zaman sekarang hampir semua orang hidup serba memperoleh kemudahan, ibarat berjalan di jalan rata. Namun, dengan kemudahan itu justru membuat sebagian orang terpeleset jatuh dan kehilangan esensi kemanusiaannya sebagai makhluk individu, sosial, dan relegius,” tuturnya.

Dari apa yang dikatakannya itu, lantas saya coba dengan cara pandang sendiri bahwa hidup di era digital saat ini kemajuan teknologi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Produk teknologi memberikan banyak kemudahan bagi manusia dalam beraktivitas. Munculnya setiap inovasi berdampak memberikan manfaat positif. Dalam menjalani aktivitas sehari-hari manusia telah menikmati banyak manfaat yang dihasikan oleh inovasi teknologi tersebut.

Pendek kata, kemajuan teknologi kini benar-benar dirasakan telah banyak memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Pekerjaan yang dulunya menuntut kemampuan fisik yang cukup kuat, kini tergantikan oleh perangkat mesin otomatis, misalnya. Kemampuan otak manusia seakan telah digeser oleh perangkat komputer super pintar. Manusia serba dimudahkan.

Lantaran terbius kemajuan teknologi dan serba dimudahkan, lantas problema baru muncul di tengah kehidupan manusia. Kemajuan teknologi berakibat menjadikan sebagian orang terasing di tengah hingar bingar kehidupan. ‘Kesepian’. Rasa sosial, empati, solidaritas, kebersamaan, setia kawan, dan tenggang rasa semakin mengambil jarak. Terjebak dalam keegoan, atau kadang berperilaku melanggar norma yang berlaku.

Salah satu contoh saja, hadirnya smartphone memberi kemudahan tak hanya sekadar alat kumunikasi, apa pun dapat diakses dalam genggaman. Namun, di balik itu ia membawa dampak membuat sebagian orang dari level usia berapa pun terlena. Lantas smartphone menjadi teman setia. Tragisnya, perhatian kepada orang lain, bahkan isteri/suami atau anak seakan bukan prioritas. Belum lagi dampak negatif lain yang ditimbulkan.

*

Ibarat terpeleset di jalan rata. Kemajuan teknologi telah mampu membius sebagian orang sehingga sisi humanis cenderung terabaikan. Apabila tidak menyadari hal ini, maka mereka akan kehilangan sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya, yakni kebersamaan, hubungan kekeluargaan, simpati, empati, dan rasa sosial yang hangat. Sebenarnya teknologi tak lebih sebagai alat bantu, jangan mendewakannya.

You may also like

6 thoughts on “Terpeleset di Jalan yang Rata”

  1. Itulah Kenyataan hidup yang kita alami saat ini, tentu yang bisa mencegah terpeleset itu hanya iman.
    Iman menjaga kita semua dalam bertindak dan berprilaku di dunia ini.

    1. Pak Irwandhono,
      Inggih, setuju banget atas apresiasi Panjenengan. Iman adalah kunci keselamatan hidup kita.
      Semoga kita tetap diteguhkan dengan keimanan kita,. Aamiin….
      Semoga Panjenengan beserta keluarga besar sehat-sehat selalu.
      Matur suwun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *