Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah

Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah
Share this :

“Tidak, Mas. Kami semua yang ada di sini sudah tahu,” tolak Sambudi dengan halus, sebagaimana yang dituliskan Ady Setyawan dalam Catatan #4, Jelajah Tiga zaman Jalan Raya Pos Anyer – Panarukan di akun instagramnya @adysetyawan1403.

Sambudi sosok seorang abdi negara level bawah di Benteng Speelwijk, berpakaian kerja sederhana dengan topi dan berkaos hitam bertuliskan BPCB Banten, tanpa wewangian parfum. Pergi dan pulang bekerja tentu tanpa fasilitas pengawalan dengan sirine meraung-raung, menyibak pengguna jalan untuk menepi.

Benteng Speelwijk terletak di kampung Pamarican, sekitar 600 meter ke arah Barat Laut Keraton Surosowan, Banten Lama. Benteng ini berdenah persegi panjang tidak simetris dan setiap sudutnya terdapat bastion. Benteng Speelwijk didirikan pada tahun 1682, kemudian mengalami perluasan pada tahun 1685 dan 1731. Benteng ini dirancang oleh Hendrick Lucaszoon Cardeel.

Nama benteng diambil dari nama gubernur VOC, Cornelis Jansz Speelman. Benteng ini seakan menjadi simbol kekuasaan kolonial Belanda, dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Abu Nasr Abdul Kahhar, dikenal sebagai Sultan Haji. Ia putra Sultan Ageng Tirtayasa yang mudah dibujuk Belanda, sangat berbeda dengan sang ayah yang sangat tegas dalam urusan politik.

Ketika sampai benteng, tutur Ady Setyawan, sebenarnya ia dan Hadi Saputro, teman seperjalanan dalam projek ini, bingung hanya mutar-mutar sekitar benteng untuk mencari spot foto. Petugas parkir teriak-teriak agar ia memarkir kendaraan di tempat yang disediakan. Sembari memarkir kendaraan, Ady minta izin untuk bisa memotret benteng lantaran ia datang dari jauh untuk keperluan kesejarahan.

Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah
Salah satu sudut Benteng Speelwijk (Foto : Ady Setyawan)
Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah
Ady Setyawan tiba di Benteng Speelwijk, Banten Lama (Foto : Ady Setyawan)

Dipertemukanlah Ady Setyawan dan Hadi Saputro dengan sekuriti benteng tersebut. Meski tampak kekar, berotot, dan berkesan sangar, namun sekuriti tersebut tegas, terukur, tetapi ramah sekali. Profesional begitu. Cerita punya cerita, akhirnya mereka dipersilakan masuk dengan membawa kuda besinya. Kemudian dipanggilkan pula, Sambudi, sang pemegang otoritas keamanan kunci benteng.

Sambudi tak sekadar membukakan pintu-pintu benteng, sambil berkeliling di area benteng ia bercerita panjang lebar tentang sejarah keberadaan Benteng Speelwijk dengan detail, menunjukkan spot-spot penting dari bagian benteng. Di samping juga dengan sabarnya, Sambudi mau menunggu saat pembuatan dokumentasi berupa video maupun foto.

Ady Setyawan merasa tersentak dengan jawaban yang polos dari Sambudi ketika menolak pemberiannya. Jawaban yang tak disangka-sangka dari seorang Sambudi, abdi negara di level bawah di jajaran BPCB Banten. Peristiwa tersebut saat Sambudi usai mengantarkan dirinya berjalan menyusuri lorong-lorong kawasan benteng . Sebagai ucapan terima kasih telah dibantu, ia bermaksud memberi sekadar tips uang atas jasa Sambudi.

“Saya sudah sangat lama bekerja di tempat ini, Mas. Saya menjaganya mulai masih dibayar 100 ribu. Saya akan tetap selalu menjaganya,” cerita Sambudi usai diajak foto bersama Ady Setyawan, Jumat (27/5/2022)

Sikap Sambudi yang sangat memegang kode etik, integritas, dan kehormatan diri itu yang menjadikan Ady Setyawan merasa memperoleh pembelajaran tentang nilai luhur. Bahwa, Sambudi dan kawan-kawan meski pegawai rendahan namun tetap menjunjung tinggi aturan, yang dikatakannya dengan “Kami semua yang ada di sini sudah tahu.” Tahu ada aturan, tak perlu dilanggar meski ada kesempatan, simpul Ady Setyawan.

Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah
Salah satu lorong di dalam Benteng Speelwijk (Foto : Ady Setyawan)
Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah
Salah satu fungsi cagar budaya, Benteng Speelwijk, sebagai ruang edukasi terbuka (Foto : Ady Setyawan)

Sosoknya Patut Jadi Teladan

Sambudi, sebagai cerminan sosok seorang abdi negara, Aparatur Sipil Negara (ASN), andai ada indikasi menerima sesuatu dari pihak luar untuk kepentingan pribadi tentu akan menjadi sorotan publik. Dampak yang ditimbulkan tak hanya kepada pribadi yang bersangkutan, namun akan menimbulkan efek negatif terhadap reputasi institusinya.

Saat seorang pegawai mencoreng nama baik institusinya melalui perbuatan yang tidak pantas, melanggar kode etik, semisal menerima gratifikasi dari pihak luar. Maka, persepsi positif yang telah lama terbangun, dan kepercayaan masyarakat yang telah tertanam di institusi tersebut, tentu akan pupus dan sirna seketika sebab ulah yang dilakukan.

Taruhlah Sambudi diibaratkan sebagai pemimpin, menjadi panutan dan menentukan apa yang akan dilakukan oleh level di bawahnya. Namun tidak semua pemimpin itu baik dan memiliki karakter yang bisa ditiru. Lalu seperti apa pemimpin yang baik itu, apakah harus bersikap lembut atau haruskah bersikap tegas kepada yang dipimpin?

Kualitas dan tingkah laku seorang pemimpin bisa dimiliki oleh siapa saja tanpa mengenal kelas, status, dan profesinya di dalam masyarakat. Yang membedakan yakni terletak pada karakter dasar dari individu masing-masing. Jadi, karakter kepemimpinan tidak terbatas oleh level atau status tertentu yang ia sandang.

Bukan berarti orang yang memiliki status sosial tinggi di masyarakat lantas membuatnya menjadi pemimpin yang baik. Bisa saja seseorang dari kalangan yang dianggap paling bawah dalam kelas sosial masyarakat bisa menjadi pemimpin yang baik, menjadi sosok yang layak diteladani lantaran memiliki integritas yang tinggi.

Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah
Berfungsi juga sebagai destinasi wisata (Foto : Ady Setyawan)
Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah
Juga ruang bermain anak-anak (Foto : Ady Setyawan)

*

Integritas tak hanya sekadar bicara, pemanis retorika, namun sebuah tindakan nyata. Yang dibutuhkan saat ini dan masa akan datang adalah sosok abdi negara yang memiliki integritas, kredibilitas, dan karakter mulia yang lain. Darinya akan terpancar sikap wibawa, jujur, percaya diri, dan tak mudah terpengaruh hal-hal yang sifatnya hanya untuk keuntungan dan kesenangan sesaat.

Sambudi sosok abdi negara level bawah di Benteng Speelwijk Banten, bagai sebutir pasir di dalam padang pasir ASN di negeri ini, ia memiliki pribadi yang patut diteladani. Kita tentu berharap, di negeri ini akan lahir Sambudi-sambudi baru, khususnya bagi para pengambil kebijakan yang memiliki posisi strategis terhadap kepentingan negara dan kesejahteraan bangsa. Bukan untuk kepentingan pribadi maupun golongannya.

Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah
Kuda besi “Royal Enfield” tunggangan Ady Setyawan , menemani Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos Anyer – Panarukan (Foto : Ady Setyawan)

Featured Image : by Ady Setyawan

You may also like

4 thoughts on “Tolak Gratifikasi, Sambudi Patut Jadi Teladan Meski Dirinya Pegawai Level Bawah”

    1. Mas Santoso A.,
      Semoga begitu. Aamiin.
      Inggih, dia ibarat sebutir pasir di dalam lautan ASN di negeri ini. Langka.
      Matur nuwun atas apresiasi Panjenengan.
      Semoga sehat selalu bersama keluarga besar.

    1. Bu Kun Mariyati,
      Aamiin. Semoga doa Panjenengan dikabulkan Allah SWT, Bu.
      Matur nuwun atas apresiasi Panjenengan.
      Semoga sehat selalu bersama keluarga besar.

Leave a Reply to Ali Muchson Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *