“Sehat.”. Sehat itu sendiri harus berarti sehat secara total atau ‘total fitness’. Sebagian orang terlunta menempuh kehidupan sehat jauh lebih rentan dibanding mereka yang sejak awal sudah berinvestasi sehat. Sakit berarti ongkos. Kita tak selalu memiliki kemampuan untuk membayar yang dapat mengembalikan kesehatan yang sudah terlanjur rusak.
Agar tidak terjerembab dalam kondisi demikian, memberi cukup bekal jasmani, mental sosial, dan spiritual sejak dini merupakan sebuah cara berinvestasi sehat. Itu juga berarti sebuah fondasi yang kelak memberi peluang bakal meraih sosok sehat secara total. Penyakit bisa menggerogoti itu terjadi lantaran hidup sehat tidak dibangun sejak dini.
Sehat total harus menjadi target semua orang yang bercita-cita mampu meraih umur dengan sehat yang optimal. Maka, tak cukup berkonsentrasi hanya urusan jasmani saja. Lebih dari itu, jiwa pun perlu sehat, selain bugar pula secara sosial yakni bergaul dan berkomunikasi, juga bugar dalam hal spiritualitas.
Orang yang badannya sehat, tetapi tidak bergaul, tak punya komunitas, tergolong masih belum utuh sosok sehatnya. Demikian pula bila hanya badan, atau jiwa, dan sosialnya saja yang sehat, namun sakit spiritualitasnya. Maka, menumbuhkan kualitas iman dan budi pekerti itu perlu. Peranan bekal-bekal ini juga sebuah investasi demi terbangun sosok hidup sehat sejak usia muda.
Hal lain, bahwa untuk menjadi sehat, pintar saja pun tak lagi cukup, begitu juga untuk meraih sukses. Ada peran jenis kecerdasan lain yang diperlukan seseorang. Yakni, peranan kecerdasan emosi atau emotional quotient (EQ), yang peranannya empat kali lebih besar dari kecerdasan intelek atau intelligence quotient (IQ).
Maka, jangan sampai kelak terlahir generasi yang kehilangan makna hidup atau meaningless life. Hidup yang membuat manusia menjadi ‘kesepian’ di tengah keramaian. Hidup yang tak punya makna, yang tak tahu arah kompas ke mana. Barangkali bisa jadi, itu yang tak mengantarkan seseorang menuju jalan hidup sukses.
Menanamkan arah hidup yang benar, dan benar pula cara menempuhnya, merupakan bentuk investasi lain agar kelak seseorang memiliki potensi menjadi orang sukses. Orang yang salah arah berpotensi melahirkan ‘racun’ masyarakat atau toxic person. Kehadirannya selain tak sehat buat dirinya, juga bagi keluarga maupun masyarakat.
Hidup sehat selalu memilih jalur sebuah keteraturan dalam hidup. Semua dilakukan serba tertib dan teratur. Tubuh kita mempunyai loncengnya sendiri atau biological clock. Lonceng ini harus disetel sejak dini, semua kebiasaan baik dan normatif disemai, ditumbuhkembangkan, sehingga kelak akan menuai total fitness maupun kesuksesan hidup sejatinya.
Sumber : Buku “Sehat itu Murah” karya Dr. Handrawan Nadesul, hadiah dari Bapak Agus Wahyudi – Bandung
Alhamdulillah
Alhamdulilla, semoga sehat-sehat selalu, Bu.
Matur suwun.