Judul buku : Tragedi Batavia 1629
Pengarang : Ady Setyawan
Penerbit : Matapadi Pressindo
Tahun Terbit : 2022
Tebal halaman : 236 Halaman
Rempah-rempah. Komoditas yang nilai ekonomisnya sungguh menggiurkan, yang menjadi salah satu sumber pemicu Tragedi Batavia 1629. Betapa tidak, Nusantara yang kaya sumber alam dan penghasil rempah-rempah pada abad ke-16 menjadi daya tarik bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba mencari rute pelayaran agar sampai wilayah kepulauan yang kini disebut Indonesia, sehingga kedatangan mereka mengancam dominasi Portugis.
Saat itu, rempah-rempah merupakan barang dagangan primadona dunia, nilai ekonomisnya setara dengan emas, bahkan momen-momen tertentu harganya bisa melambung jauh di atas harga logam mulia. Inilah yang menggiring bangsa Eropa memulai kisah penjelajahan samudera antar benua, yang pada ujungnya menumbuhkan praktik kolonialisme, feodalisme, dan imperalisme di bumi Nusantara.
Batavia adalah nama salah satu dari dua armada pelayaran yang diberangkatkan VOC menuju ke Timur, ke Batavia yang kini disebut Jakarta, pada 29 Oktober 1628. Satu armada pelayaran pertama dipimpin Jacques Specx, dan satu armada pelayaran kedua dipimpin Francisco Pelsaert, yakni dengan kapal Batavianya. Francisco Pelsaert sebagai komandan, dan Jeronimus Cornelisz sebagai orang keduanya. Perseturuan dua sosok ini yang menjadi penyebab timbulnya tragedi.
Membaca buku Tragedi Batavia 1629 dengan redaksi bahasa yang diramu meluncur ringan serasa pikiran dan emosi kita diajak berenang kembali ke lima abad silam. Bermodal dari hasil riset dan literatur di West Australia Shipwreck Museum, Freemantle, Perth – Australia, Ady Setyawan begitu detail mendeskripsikan kejadian demi kejadian dalam tragedi yang dialami Kapal Batavia.
Membaca buku ini tak sekadar mengikuti alur kisah tentang tragedi kecelakaan kapal yang menabrak jajaran karang di Pulau Becon Australia pada 4 Juni 1629, namum juga mengaduk-aduk emosi pembaca sebagai sosok yang seakan turut terlibat dalam tragedi tersebut. Bagaimana kondisi kapal, dan kepanikan seluruh penumpang yang ada dalam kapal pada pekatnya malam hitam di tengah samudera.
Bagaimana pula Francisco Pelsaert sebagai komandan berupaya menyelamatkan seluruh awak, penumpang, dan harta yang dibawa. Serta bagaimana Jeronimus Cornelisz berkomplot dan berkhianat menyusun kekuatan untuk merampok harta yang dibawa kapal, dan membunuh dengan brutal. Itu semua adalah sebuah kisah nyata yang sangat menegangkan, pemberontakan, pembunuhan keji, dan ketamakan untuk memburu harta karun.
Kapal Batavia berlayar dari Texel selama 15 bulan sebelumnya, 216 orang terbunuh dari total 332 jiwa. Prosentase kematian yang nyaris sama dengan tragedi Kapal Titanic. Fancisco Pelseart dan tim penyelamat sampai di Batavia (Jakarta) membawa 74 orang tersisa, 10 peti uang di antaranya peti nomor 3 berisi 9 kantung koin emas, peti dengan perhiasan senilai 58.000 gulden, dan beberapa kerajinan perak dari kapal karam Kapal Batavia.
Tak butuh lama menamatkan Tragedi Batavia 1629, buku 236 halaman dan terdiri atas 28 subjudul bahasan. Di balik kisah Tragedi Batavia 1629, Ady Setyawan tak hanya mengajak pembaca menggali sejarah awal zaman kolonial di Indonesia. Namun juga memberikan wawasan bagaimana para peneliti dan teknologi diupayakan sehingga dapat menemukan dan mengangkat reruntuhan Kapal Batavia yang kini menghuni West Australia Shipwreck Museum di Freementle, Perth – Australia.
Resensinya luar biasa
Mas El Wiyono,
Matur nuwun atas apresiasi Panjenengan
Buku layak baca, pembaca diajak menjadi saksi tragedi pelayaran empat abad silam.
Semoga sehat selalu.
Karya sage memang perlu dihadirkan di tengah masyarakat yg kurang peduli sejarah.Hidup sejarah.
Mas Santoso A.,
Referensi yang memotret kembali dalam tulisan tragedi kapal karam Kapal Batavia tahun 1629.
Pembaca digiring seakan menyaksikan tragedi tersebut penuh ketegangan.
Semoga sehat selalu. Matur nuwun.
Resensi yang membangkitkan rasa ingin tahu, ujung-ujungnya jadi penasaran.
Pak Hendro,
Inggih, leres sanget, Pak.
Semoga bisa memancing keingintahuan sehingga menambah wawasan.
Tetap sehat selalu bersama keluarga. Matur nuwun.