Vespa P100TS : Dulu Dianggap Rongsokan dan Tak Diminati, Kini Jadi Buruan

  • EDUKASI
Vespa P100TS : Dulu Dianggap Rongsokan dan Tak Diminati, Kini Jadi Buruan
Share this :

“Wow, keren. Vespanya gak dijual ya, Pak?” atau
“Wah, vespanya masih mulus banget. Dijual apa gak, Om?”
Di antara kalimat-kalimat sapaan sekaligus pertanyaan tersebut yang acapkali dilontarkan orang-orang ketika bertemu pada saat saya sedang mengendarai Vespa P100TS di jalan.

Yang saya alami, saat kendarai Vespa P100TS, secara tak langsung memang membuat penampilan serasa ada aura yang berbeda jika dibandingkan dengan kendarai jenis motor lain. Ketika melintas di jalan bakal banyak dipandang orang atau pengendara lain karena dianggap unik. Tak peduli sejelek apa pun, selama mengendarai vespa, apalagi yang model klasik, saat di jalan dijamin bakal ditoleh karena mencuri perhatian banyak orang.

Menyoal anggapan sebagai rongsokan dan tak diminati, sebenarnya tak bisa menyalahkan juga jika sebagian banyak orang beranggapan bahwa memelihara varian dari vespa, yakni Vespa P100TS atau orang menyebut PTS100, itu susah. Mengapa? Selain mesin tipe 2-stroke, silinder tunggal, berkapasitas 96,12cc yang tentu tenaganya kurang, sparepart sulit dicari, dan langkanya bengkel yang mau ‘merawat’ varian vespa jenis ini.

Barangkali orang dulu lebih berpikir, buat apa membeli motor lawas jenis ini jika merawatnya susah, kalau pun ada bengkel yang bisa merawat, selain harga sparepart mahal, jasa servis pun mahal. Apalagi berbagai pabrikan motor roda dua telah berlomba-lomba melemparkan produk varian baru dengan segala spesifikasi dan kecanggihannya di pasaran. Sekali pencet tombol starter, tarik handle gas, “wuuuzzz…”, menghilang.

Seiring perjalanan waktu, Vespa P100TS termasuk kategori Vespa Smallframe, beberapa tahun terakhir varian vespa jenis ini justru menjadi buruan para Scooterist. Kini menjadi barang langka, Vespa P100TS sulit ditemukan, dan kalaupun ada harganya bisa dikatakan tak masuk akal. Tak ada patokan harga dasar yang pasti lantaran barang ini ‘tak bernilai’, artinya nilai ekonomi jauh lebih tinggi daripada sekedar wujud barangnya.

Harga Vespa P100TS 10 atau 15 tahun lalu bisa dibeli dengan budget kurang dari satu juta hingga kurang dari dua juta. Kini, lantaran banyak penggemar yang mengincar, harganya jadi melambung jauh, berpuluh-puluh kali lipat. Mereka berburu karena untuk mendapatkan sparepart yang original maupun aftermarket bisa ditemukan di layanan berbagai marketplace, di samping juga adanya bengkel yang bisa membantu perbaikan.

Alih-alih cerita, saya mendapatkan Vespa P100TS ini sebetulnya tak sengaja. Saat itu, tahun 2001, dalam suatu urusan dari Magelang kemudian baliknya mampir di Yogyakarta, di rumah seorang famili. Saya tahu beliau memiliki vespa, tetapi ketika itu tak tampak di garasi atau di ruang lainnya. Iseng-iseng saya tanyakan keberadaan vespa tersebut. Jawabannya malah saya jadi kaget.

“Vespa di rumah tetangga yang biasa membantu di sini, kalau kamu pengin, bawa saja ke Surabaya,” jawabnya.

Sebenarnya saat itu jangankan kepengin, berpikir untuk memiliki vespa lawas pun tidak. Lantaran famili menawari dengan begitu polos dan lugunya, akhirnya baru muncul keinginan memboyong vespa tersebut ke Surabaya. Tak ada transaksi apa pun, sebenarnya vespa diberikan secara cuma-cuma. Ya, lantaran sebagai ‘orang timur’, saya pun ninggali tak seberapa uang sebagai tanda terima kasih, itupun setengah memaksa.

Vespa P100TS : Dulu Dianggap Rongsokan dan Tak Diminati, Kini Jadi Buruan
Vespa Smallframe P100TS tahun 1980 milk saya

Sekilas Tentang Vespa P100TS

Vespa sebagai merek sepeda motor jenis skuter. Yakni, kendaraan bermotor roda dua yang memiliki lantai di bagian dasarnya untuk diinjak oleh pengendara. Jika pada sepeda motor biasa mesin diletakkan di bagian bawah rangka tengah, skuter memiliki posisi mesin di belakang, bisa di samping atau depan roda belakang, dengan posisi di bawah tempat duduk pengendara. Beroda kecil, kurang dari 16 inci.

Dilansir dari https://sepeda-motor.info/spesifikasi-vespa-pts-100, Vespa PTS merupakan bagian dari Vespa Small Frame asal Italia, memiliki desain serba kompak di seluruh bodinya. Vespa dirancang oleh Corradano D’Ascanio, diproduksi berdasarkan tuntutan pasar yang saat itu sedang ramai oleh munculnya motor Jepang dengan spesifikasi sederhana, salah satunya Honda Super Cub (C50).

Untuk memenuhi keinginan pasar tersebut, pada tahun 1963, Piaggio kemudian menciptakan Vespa Small Frame sebagai skuter dengan desain bodi yang kecil, ramping, dan memiliki mesin berkapasitas kecil untuk menghemat konsumsi bahan bakar. Di Indonesia, kehadiran Vespa Small Frame ini ditangani oleh PT Dan Motors Indonesia (DMI) yang mendapat lisensi penuh dari Piaggio Italia.

Lalu, pada tahun 1976, guna menghadapi persaingan ketat di segmen motor dengan mesin berkapasitas mini, Piaggio meluncurkan Vespa P90TS. Dua tahun kemudian, PT DMI merilis varian PTS dengan mesin 100cc, yakni P100TS, sebagai alternatif bagi para penggemar skuter pada saat itu.

Penampakan model Vespa P100TS, meski secara sekilas mirip dengan model Vespa P90TS, namun varian ini memiliki ciri khas yang membedakannya dengan saudaranya tersebut. Jika Vespa P90TS memiliki emblem bertuliskan Vespa Special, maka Vespa P100TS memiliki emblem bertuliskan 100 Special serta emblem P100TS yang terletak di bagian bawah box bagasi.

Selain itu, Vespa P100TS juga memiliki speedometer yang tertera mencapai angka 120 km per jam, sedangkan Vespa P90TS hanya 80 km per jam. Varian yang dirilis sebelum tahun 1980-an menggunakan tutup kunci stang dengan desain bulat. Sementara, model yang dikeluarkan di atas tahun 1980-an, memiliki tutup stang dengan desain lonjong.

Untuk sektor jantung pacu, Vespa P100TS menggendong mesin tipe 2-stroke, silinder tunggal, berkapasitas 96,12cc. Dengan modal tersebut, skuter ini diklaim mampu mencapai kecepatan maksimal hingga 90 km per jam melalui sistem transmisi manual tiga percepatan. Nah, itu rancangan dahulu. Kini usianya sudah mencapai 42 tahun lebih, jika menggeber atau memacu vespa jenis ini tentu harus menyesuaikan usianya.

*

Kiranya tak bisa dipungkiri, desain vespa itu memang unik dan cukup member daya tarik. Apakah itu vespa klasik maupun modern, semua desainnya tak lekang oleh waktu. Mau bagaimana pun modelnya, klasik, modern, ataupun ekstrem, performance vespa selalu menarik perhatian orang, terutama saat meluncur di jalan. Banyak orang menyapa dan bertanya. Naik vespa, saya menjadi makin ramah saja.

Dikendarai dengan santai saat sore hari keliling di lingkungan tempat tinggal sambil hunting camilan, atau dinaiki saat pagi-pagi berangkat olahraga di tempat yang agak jauh dari rumah akan terasa nyamannya. Berkendara vespa dengan santai, sambil menikmati semilir angin menerpa wajah dan bagian tubuh yang lain, sungguh menghadirkan satu kenikmatan tersendiri.
Jadi ingat kalimat iklan zaman dulu, “Lebih Baik Naik Vespa!

Vespa P100TS : Dulu Dianggap Rongsokan dan Tak Diminati, Kini Jadi Buruan
Ketika di parkir di tempat-tempat tertentu, misalnya saat di tempat olahraga, tak sedikit para ibu minta dipotret dengan pose ‘tongkrongan’ di atas vespa. (Vespa Sprint 150 warna merah maron milik seorang teman komunitas jalan kaki OSIGAWA MERR)

You may also like

2 thoughts on “Vespa P100TS : Dulu Dianggap Rongsokan dan Tak Diminati, Kini Jadi Buruan”

Leave a Reply to Siti Nur Hasanah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *