Meski tak semua wanita, namun kebanyakan kaum hawa ini pada umumnya suka jika difoto. walaupun begitu, ternyata tidak semua perempuan lho yang senang di foto. Memang ada sih sebagian kecil dari mereka tidak suka diabadikan dirinya dalam bentuk foto, entah karena tidak percaya diri atau karena alasan tertentu.
Bagi wanita yang suka difoto, tak perlu heran jika di dalam gallery gadget, laptop, atau di media sosial (medsos) mereka seperti facebook, instagram, telegram, tweeter, atau lainnya dipenuhi oleh koleksi foto-foto diri. Bahkan Anda tak perlu gusar juga jika di antara kaum ini sering ganti picture profile (PP) di medsos mereka.
Kiranya tak salah juga sih, sebagai bagian dari sebuah dokumentasi, foto akan bercerita tentang sejarah perjalanan hidup. Rekam jejak berupa gambar tak bergerak menjadi sebuah cermin bagi si pemiliknya. Waktu-waktu tertentu ketika foto itu dilihat kembali maka akan ada sebuah memorabilia yang patut untuk dikenangkan kembali. Mungkin bersama keluarga, sahabat, bahkan orang terkasih.
Dengan teknologi gadget dilengkapi perangkat kamera cukup canggih, beruntung sekali kita hidup di era saat ini. Di mana, kapan, dan dengan suasana apa saja ingin dipotret atau memotret tak ada kesulitan. Dengan gadget di tangan, berbagai subjek dapat diabadikan, wanita termasuk salah satunya. Hal ini, barangkali karena wanita acapkali dilambangkan sebagai kecantikan dan keindahan.
Ini Alasannya!
Bukan merupakan rahasia lagi, umumnya wanita sangat senang difoto. Bukan saja para remaja putri, kaum ibu, ibu-ibu sosialita, bahkan sampai yang nenek-nenek pun gemar beraksi di depan kamera. Lantaran mereka sebagai lambang kecantikan dan keindahan, maka dengan memotretnya akan menyuguhkan sebuah seni dan keindahan.
Tak dipungkiri, hampir semua wanita di planet bumi ini menyadari bahwa dirinya indah, sehingga menjadikannya layak untuk diabadikan dalam bentuk sebuah lukisan atau sebuah foto. Lantaran alasan ini, para seniman dahulu mengabadikan kecantikan wanita dalam bentuk lukisan. Satu contoh, Anda bisa melihat lukisan Mona Lisa karya Leornado Da Vinci, lukisan paling fenomenal di dunia.
Lisa del Giocondo adalah nama asli dari wanita dalam lukisan Leonardo da Vinci, sebelumnya tak satu pun orang yang tahu nama wanita yang dipanggil Mona Lisa ini. Jika menatap lukisan yang dibuat abad 16 tersebut tidak hanya melihat sebuah potret biasa, akan melihat kecerdasan seorang seniman sangat jenius. Sebab itu, lukisan Mona Lisa misterius, terkenal, dan sangat tinggi nilainya.
Sebagaimana dikatakan Donovan Phity, pelukis kelahiran Pontianak 1968, dalam lifestyle.okezone.com bahwa wanita memiliki peran sentral dalam kehidupan. Tanpa wanita, kehidupan ini pun tak akan ada. Sebab, manusia terlahir dari rahim wanita. Berkat wanita kehidupan menjadi penuh warna. Wanita memberi keindahan sekaligus ikon kehidupan itu sendiri.
Dalam pandangannya, wanita sebagai simbol kehidupan ini, adalah makhluk yang penuh kasih. Wanita idealnya adalah figur seorang perempuan yang penuh kasih sayang dan siap berkorban demi keluarga. Meski wanita berada dalam situasi yang berbeda, mereka tetap memberikan cerita sama, yaitu keindahan serta kasih sayang.
Amelia Hapsari, Jurnalis & Sutradara Film Dokumenter, dalam nengranifitriani.wordpress.com menyoroti bahwa sebagian besar foto-foto portrait yang dihasilkan oleh fotografer Indonesia, yang sebagian besar pria, adalah foto-foto wanita, tentang ilusi, tentang kecantikan dan pribadi yang menyenangkan kaum pria. Bagaimanapun kepribadian aslinya, wanita itu akan digambarkan sebagai figur lembut, penuh pengabdian, atau merangsang secara seksual.
*
Lepas dari konteks wanita sebagai subjek foto atau lukisan, sejatinya wanita berhati baik tentu akan lahir dalam performance tampak cantik. Namun, wanita yang wajahnya cantik belum tentu hatinya baik. Hati yang bersih terpancar dari wajah selalu tampak ceria, dan memiliki sikap baik berhubungan dengan siapa pun. Salah satu ciri wanita bahagia, yakni berteman dengan banyak orang, dan bersahabat dengan siapa saja.
Meski wanita sebagai subjek kecantikan, keindahan maupun seni, maka bagi yang hobi untuk difoto tetap ada rambu-rambu yang mesti diperhatikan. Di antaranya yakni tentang kepantasan, etika sosial, dan etika agama. Sehingga jejak rekam berupa gambar yang dihasilkan kamera tidak menimbulkan permasalahan kelak di kemudian hari jika gambar tersebut diunggah di media sosial.