Waspadai Gejala ‘Burnout Syndome’ bagi Para Penggila Kerja

  • EDUKASI
Waspadai Gejala ‘Burnout Syndome’ bagi Para Penggila Kerja
Share this :

Tujuan paling mendasar seseorang harus bekerja adalah untuk mencari nafkah, yaitu mendapatkan hal-hal mendasar yang dibutuhkan untuk bisa terus hidup, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain. Untuk memenuhi semua itu dibutuhkan biaya, maka seseorang perlu bekerja keras sehingga dapat membayar biaya tersebut.

Hal terpenting yang diperoleh dari kerja keras adalah membentuk seseorang menjadi lebih disiplin, tekun, dan pantang menyerah. Lebih jauh lagi, juga untuk mendapatkan rasa aman, mencari kepuasan, dan aktualisasi diri. Sedangkan yang lebih tinggi tingkatannya, bekerja untuk berkarier. Yakni, untuk pengembangan diri sehingga posisinya dalam pekerjaan pun makin meningkat.

Namun, tidak sedikit lantaran tuntutan untuk berkarier dengan bekerja keras, dan beban kerja berat, terkadang muncul berbagai tekanan yang menimbulkan stres saat kerja. Hal tersebut cukup mengganggu karena bisa memengaruhi kondisi fisik, emosional, dan mental seseorang. Akibat stres kerja tidak jarang justru bisa membawa seseorang ke dalam hidup yang tidak sehat, gangguan kesehatan mengancam dirinya.

Kini, tentu setiap orang tak asing lagi mendengar istilah stres. Yakni, suatu kondisi yang mengubah kondisi fisiologis dan/atau psikologis sedemikian rupa sehingga memaksa seseorang menyimpang dari fungsi normalnya. Apalagi di dunia kerja, setiap pekerjaan pasti memiliki tantangan, hambatan, dan kesulitan masing-masing sehingga tak dapat dikerjakan dengan cepat dan menguras waktu.

Di lingkungan kerja stres karena pekerjaan sering dikenal dengan istilah burnout syndrome. Burnout adalah kondisi stres kronis, saat pekerja merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional gara-gara pekerjaannya. Siapa saja bisa mengalami burnout. Namun, kondisi ini lebih banyak terjadi pada orang yang sering memaksa diri untuk terus bekerja, beban kerja berat, atau pekerjaan yang monoton.

Burnout ditandai dengan tiga hal, pertama kelelahan fisik. Mereka selalu merasa kekurangan energi dan merasa lelah sepanjang waktu. Kedua, ditandai dengan kelelahan emosional, yakni depresi, dan perasaan tidak berdaya. Ketiga, kelelahan mental. Mulai timbul rasa sinis dan negatif terhadap orang lain maupun pekerjaan, bahkan kehilangan minat untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut burnout sebagai ‘fenomena kelelahan bekerja’, dan mengklasifikasikannya dalam penyakit internasional terbaru. Burnout digambarkan sebagai sindrom ‘stres kronis akibat pekerjaan yang belum berhasil dikelola. Hal ini dapat disebabkan oleh pekerjaan, misalnya memforsir diri, beban kerja terlalu berat, rutinitas yang monoton, dan tak dapat apresiasi.

Saat ini popularitasnya meledak, dan burnout kini adalah menjadi fenomena global. Meskipun statistik tentang prevalensi burnout secara khusus sulit didapat, namun sebanyak 595.000 orang di Inggris saja menderita stres di tempat kerja pada tahun 2018. Tak ketinggalan juga, olahragawan mengalaminya. bintang YouTube mengalaminya, dan pengusaha pun mengalaminya.

Burnout yang tidak teratasi dengan baik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan fisik, emosional, dan mental. Oleh karena itu, jika ada tanda-tanda gejala burnout muncul, disarankan untuk mengatasinya dengan langkah-langkah sebagaimana dilansir dari www.alodokter.com/ciri-ciri-burnout-dan-cara-mengatasinya, sebagai berikut ini :

Tetapkan Prioritas

Buatlah prioritas pekerjaan dari yang penting ke yang kurang penting. Dengan begitu, Anda tahu mana yang perlu dikerjakan terlebih dahulu, sehingga energi yang terkuras tidak terlalu banyak. Mengenali sampai mana batas kemampuan diri dalam menanggung beban pekerjaan adalah hal yang penting untuk mengurangi stres dalam pekerjaan.

Bicarakan dengan Atasan

Komunikasikan dengan atasan mengenai kerisauan yang dirasakan. Saat diberikan pekerjaan yang terlalu banyak, ungkapkan bahwa pekerjaan tersebut membuat kamu terbebani dan membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikannya.

Jika atasan kamu yang menjadi pemicu burnout di tempat kerja, coba ajak bicara bagian departemen sumber daya manusia (HRD) mengenai hal tersebut. Ia mungkin akan mencarikan solusi yang tepat, misalnya memindahkan kamu ke tim yang lain.

Kurangi Ekspektasi dan Berikan Apresiasi terhadap Diri Sendiri

Atur pola pikir dan bersikaplah realistis, sehingga kamu dapat menurunkan ekspektasi terhadap pekerjaan yang tengah dikerjakan. Dengan begitu, kecemasan dan stres di tempat kerja dapat berkurang. Selain itu, jangan lupa untuk memberi apresiasi terhadap diri sendiri terhadap prestasi yang pernah dicapai.

Ceritakan kepada Orang yang Dapat Dipercaya

Coba ceritakan apa yang kamu rasakan kepada orang-orang terdekat yang dapat dipercaya. Meski tidak selalu mendapatkan solusi, cara ini dapat membantu melepaskan emosi negatif dan mengurangi stres pekerjaan.

Jaga Keseimbangan Hidup

Jaga keseimbangan hidup dengan baik. Satu saat kamu juga perlu untuk bersantai dan melupakan pekerjaan sejenak dengan pergi bersama teman, atau melakukan hal yang disukai seusai jam kerja berakhir.

Hal ini dapat membuat pikiran kembali jernih dan kamu siap untuk bekerja kembali keesokan harinya. Jika memungkinkan, ambil cuti dan pergi berlibur, karena ini juga dapat membuat pikiran kembali jernih, semangat, dan termotivasi kembali.

Ubah Gaya Hidup

Terapkan gaya hidup sehat dengan cara mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, dan tidur yang cukup. Hal tersebut dapat mendukung tubuh menjadi sehat dan pikiran lebih mudah fokus, sehingga menurunkan risiko terjadinya burnout. Bisa juga mencoba mencari hobi baru atau melakukan hal-hal positif yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

*

Burnout bukan hal yang bisa disepelekan begitu saja, kehadirannya dapat mempengaruhi produktivitas bekerja maupun kualitas hidup. Jika sedang mengalami burnout, segera kamu bergegas untuk mengatasinya. Sebaliknya, jika saat ini dalam kondisi baik-baik saja, maka lakukan upaya pencegahan dengan mengelola waktu secara bijak, dan ciptakan suasana positif agar tetap bersemangat dalam bekerja.

Featured image by Fatma

You may also like

3 thoughts on “Waspadai Gejala ‘Burnout Syndome’ bagi Para Penggila Kerja”

  1. Stres dapat terjadi karena hal sepele;goreng telur hangus,sandal dikrikiti tikus,nonton tv gak ada yg bagus. Dan bila banyak yg harus diurus. Hidup santai kerja keras tapi tahu batas,itulah cara mengatasinya.

  2. Ciri orang terkena “Syndrome Burnout” saya baru tahu. Berarti saya pernah mengalami sewaktu jadi Ketua Katar. Kerja banyak masalah dan tekanan dari atas maupun bawah. Merasa diri tak mampu. Doktrin terus menyerbu. Stres berat. Sampai ditangani Kak Kresno di RS Karang Menjangan. Home visit oleh Dr Isnomo Wahyudi (semoga masih sehat walafiat). Wah…Plong mujarab aksennya.

  3. Ciri orang terkena “Syndrome Burnout” saya baru tahu. Berarti saya pernah mengalami sewaktu jadi Ketua Katar. Kerja banyak masalah dan tekanan dari atas maupun bawah. Merasa diri tak mampu. Doktrin terus menyerbu. Stres berat. Sampai ditangani Kak Kresno di RS Karang Menjangan. Home visit oleh Dr Isnomo Wahyudi (semoga masih sehat walafiat). Wah…Plong mujarab aksennya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *